Farmasetika.com – Pembasmi jentik nyamuk demam berdarah dengue (DBD) saat ini masih populer menggunakan produk Abate yang mengandung bahan kimia temephos.
Efek samping Abate
Abate memiliki efek samping berbahaya pada beberapa kondisi (terutama tertelan) dapat menghambat kolinestresase yang berdampak pada sistem saraf.
Beberapa efek samping abate lainnya meliputi:
- Mual
- Muntah
- Diare
- Kram perut
- Gangguan penglihatan
- Pusing
- Sakit kepala
- Masalah koordinasi otot
- Fasikulasi otot
- Lemas
- Rasa kantuk
Pembasmi jentik nyamuk berbahan alami
Lima mahasiswa Universitas Padjadjaran (Unpad) mengembangkan produk pembasmi jentik nyamuk dengan menggunakan bahan alami dari limbah kulit jeruk nipis.
Produk yang dinamakan “Jemuki” yaitu singkatan dari jentik nyamuk mati itu dikembangkan Muhamad Imam Muhajir (FMIPA), Ajar Faflul Abror (FMIPA), Regi Admar Yusup (FMIPA), Sandi Sudjatmiko (FISIP), dan Diani Citra Ayu (Fikom).
Teknologi granul efervescent
Sesuai dengan namanya, Jemukti merupakan obat yang fokus untuk membasmi anak nyamuk atau jentik. Obat ini bukan berbentuk serbuk, melainkan menggunakan teknologi granul effervescent.
Lewat teknologi ini, konsumen tidak perlu repot membubuhkan obat ke berbagai genangan air. Dengan mencelupkan tablet effervescent, secara otomatis obat akan melarut dalam air.
“Ide awal nya pada saat itu lagi musim hujan, di wilayah kampus Jatinangor itu banyak sekali yang mengidap penyakit demam bedarah,” kata Imam sebagai ketua produksi Jemukti tersebut di Bandung, Kamis (4/7/2019).
Berdasarkan literatur, kata Imam, kulit jeruk mengandung banyak sekali metabolisme yang aktif. Setelah melakukan penelitian, akhirnya ia dan mahasiswa lainnya sepakat untuk berkonsultasi dengan dosen pembimbing.
Didukung Kemenristekdikti
Pengembangan produk Jemukti diikutsertakan dalam Program Kreativitas Mahasiswa Unpad untuk kategori Kewirausahaan. Saat ini, tim PKM-K “Jemukti” berhasil mendapat pendanaan dari Kementerian Riset Teknologi dan Perguruan Tinggi (Kemenristekdikti).
Selain itu, menurutnya saat ini di Indonesia sudah banyak industri jeruk peras yang limbah kulit jeruknya belum dimanfaatkan. Maka dari itu ia juga ingin turut meminimalisir limbah.
“Apalagi di daerah Kuningan, itu banyak pembuat jeruk nipis peras, kan jeruk itu digunakan sari nya saja, tetapi kulitnya dibuang,” kata dia.
Siap untuk produksi massal
Untuk proses pembuatannya, kata Imam, akan menghabiskan waktu sekitar empat hari. Namun timnya masih menunggu rekomendasi dari pihak Kemenristekdikti untuk produksi secara massal.
Sementara itu, berdasarkan analisisnya di Indonesia sendiri produk pembasmi jentik nyamuk masih belum ramah lingkungan.
Menurutnya, pembasmi jentik nyamuk lain itu berbahan sintetis dan mengandung bahan berbahaya.
“Alih-alih menghindari jentik nyamuk, tapi kita malah mendapat penyakit lain dari produk tersebut,” kata dia.
Imam berharap obat pembasmi jentik nyamuk yang dibuat bersama temannya tersebut bisa mengurangi penyebaran penyakit demam berdarah dengue (DBD).
“Ya harapannya ini bisa berdampak besar, dapat juga mengatasi masalah jentik nyamuk yaitu DBD. Selain itu juga mengganti dari yang sintetis jadi yang alami,” katanya.
sumber :
Mahasiswa Unpad Daur Ulang Kulit Jeruk Jadi Pembasmi Jentik. https://m.ayobandung.com/read/2019/07/05/56877/mahasiswa-unpad-daur-ulang-kulit-jeruk-jadi-pembasmi-jentik
Mahasiswa Unpad Olah Limbah Kulit Jeruk Jadi Pembasmi Jentik Nyamuk. http://www.unpad.ac.id/2019/07/mahasiswa-unpad-olah-limbah-kulit-jeruk-jadi-pembasmi-jentik-nyamuk/
Abate: Fungsi, Dosis, dan Efek Samping. https://www.google.com/amp/s/doktersehat.com/abate/amp/