Categories: BeritaRiset

Konsumsi Vitamin B12 Kadar Tinggi untuk Mencegah dan Menangani Pankreatitis Akut

Majalah Farmasetika – Sejumlah peneliti menilai peran vitamin B12 dalam pencegahan dan mitigasi pankreatitis akut untuk menentukan apakah vitamin tersebut menunjukkan efek terapeutik dalam mereduksi keparahan penyakit. Para peneliti menggabungkan studi epidemiologi genetik manusia dan hewan uji untuk memastikan peran vitamin B12.

Pankreatitis akut disebabkan oleh inflamasi pankreas, secara spesifik ditandai oleh nekrosis sel actinar dan inflamasi lokal yang luas dan sistemik. Pankreatitis akut merupakan salah satu penyebab utama rawat inap di rumah sakit akibat penyakit saluran cerna. Meskipun penyakit ini dapat menjangkiti individu dalam semua rentang usia dan biasanya tampak sebagai pankreatitis akut yang sembuh dengan sendirinya, sekitar 20% individu menderita pankreatitis akut menengah hingga berat. Menurut peneliti, jika penyakitnya berat, laju kematiannya sekitar 20%-40%, dengan komplikasi sepanjang hidup pada pasien yang mengalami kesembuhan.

Pada perkembangan pankreatitis akut stadium dini sel acinar adalah jenis sel pertama yang terluka, memicu respons proinflamasi steril dan menyebabkan sindrom respons inflamasi sistemik (SIRS) setelah produksi sitokin. Jika sindrom respons inflamasi sistemik berat, mediator proinflamasi dapat memicu kegagalan banyak organ. Akan tetapi, bukti ilmiah sebelumnya menunjukkan bahwa vitamin B12 dosis tinggi dapat memodulasi respons inflamasi pada berbagai organ, termasuk sindrom respons inflamasi sistemik) pada pasien yang bergejala parah.

Tim peneliti, yang dipimpin oleh Chuanwen Fan, MD, Department of Gastrointestinal Surgery, West China Fourth Hospital, Sichuan University, dan Department of Biomedical and Clinical Sciences, Linkoping University, melakukan meta-analisis genome-wide association studies (GWAS) yang menggunakan dataset genetic terbesar yang tersedia untuk pankreatitis.

Tim ini menggunakan analisis Mendelian randomized (MZ) yang menggunakan single mucleotide polymorphism (SNP) untuk menelusuri hubungan antara banyak nutrien metabolisme satu-karbon dan risiko pankreatitis. Analisis ini menunjukkan bahwa kadar vitamin B12 berkaitan dengan pembentukan berbagai jenis pankreatitis.

Tim peneliti kemudian menilai apakah vitamin B12 memiliki dampak teurapeutik pada pankreatitis akut, menggunakan hewan uji mencit pankreatitis CD320. Dari dua hewan uji, salah satunya teramati merespons luka pankreatitis dan satu lainnya teramati mengalami progres patologis pankreatitis akut.
Hasil ini menunjukkan bahwa peningkatan B12 dalam serum secara sengaja sebelum dan setelah inisiasi pankreatitis mengurangi keparahan kondisi dan meningkatkan perbaikan jaringan setelah luka pankreatik. Selain itu, penulis juga menekankan bahwa vitamin B12 dan produksi ATP yang lebih tinggi pada jaringan pankreatik, mengurangi nekrosis serl acinar dan menurunkan progres penyakit.

“Penemuan baru yang menarik ini menambah bukti ilmiah bahwa vitamin B12 dapat menurunkan keparahan pankreatitis akut dengan meningkatkan kadar ATP pada jaringan pankreatik, memberikan pandangan baru terhadap strategi terapeutik yang potensial untuk penyakit ini. Penelitian ini memberikan landasan baru penerapan klinis vitamin B12 di masa depan dalam mengelola pankreatitis akut,” ujar Xianming Mo, penulis senior West China Center of Excellence for Pancreatitis, Institute of Integrated Traditional Chinese and Western Medicine, Laboratory of Stem Cell Biology, State Key Laboratory, West China Hospital, Sichuan University, dalam sebuah wawancara berita.

Referensi
1. Vitamin B12 Identified as a potential therapeutic agent in the prevention and treatment of acute pancreatitis. EurekAlert!. News release. October 17, 2024. Accessed October 17, 2024. https://www.eurekalert.org/news-releases/1061675.
2. Vitamin B12 protects necrosis of acinar cells in pancreatic tissues with acute pancreatitis. Wiley. News release. October 15, 2024. Accessed October 17, 2024. https://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1002/mco2.686.

Hafshah

Hafshah Nurul Afifah, S.Farm., Apt. meraih gelar sarjana dari Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran pada tahun 2012. Gelar apoteker diperoleh dari Program Studi Profesi Apoteker Universitas Padjadjaran pada tahun 2016. Tahun 2012 hingga 2013 bekerja full-time sebagai editor buku farmasi di CV. EGC Penerbit Buku Kedokteran dan hingga saat ini masih aktif sebagai editor dan penerjemah lepas. Penulis pernah bekerja sebagai ASN di Badan Pengawas Obat dan Makanan pada Maret 2019-Juni 2020 sebagai Pengawas Farmasi dan Makanan Ahli Pertama (analis laboratorium vaksin), namun saat ini kembali bekerja sebagai Spv. Registration Officer di sebuah industri farmasi swasta di Bandung.

Share
Published by
Hafshah

Recent Posts

Potensi Teknologi Mikroenkapsulasi dalam Pengembangan Obat Herbal di Indonesia

Majalah Farmasetika – Mikroenkapsulasi adalah salah satu teknologi yang digunakan dalam sistem penghantaran obat. Mikroenkapsulasi…

58 menit ago

Sistem Penghantaran Obat Terkontrol untuk Mengatasi Tingkat Kepatuhan Pasien

Majalah Farmasetika – Salah satu penyebab gagalnya terapi pengobatan pada pasien adalah tingkat kepatuhan yang…

3 hari ago

Liposom sebagai Penghantaran Obat Tertarget untuk Terapi Kanker

Majalah Farmasetika - Metode utama dalam pengobatan kanker meliputi pembedahan, radioterapi, kemoterapi, dan imunoterapi. Namun…

3 hari ago

Pentingnya CAPA dalam Menjaga Mutu Produk pada Distribusi Farmasi

Majalah Farmasetika - Distribusi farmasi merupakan salah satu tahapan kritis dalam rantai pasok obat, dimana…

2 minggu ago

Tablet Coating : Tak Sekadar Estetika, Namun Penjaga Stabilitas Juga

Majalah Farmasetika – Pada industri farmasi, serangkaian proses pembuatan obat dilakukan dengan tetap memperhatikan mutu…

3 minggu ago

Suplemen Kolagen Viral Byoote vs Coolvita vs Noera, Mitos atau Fakta : Benarkah Sampai ke Kulit?

Majalah Farmasetika - Fenomena kolagen minum tak terbantahkan. Tapi, sebagai farmasetika, kita harus bertanya: Bagaimana…

3 minggu ago