Download Majalah Farmasetika

Viloxazine, Terapi ADHD Non-Stimulan Baru dalam Satu Dekade Terakhir

Majalah Farmasetika – ADHD atau Attention Deficit/Hyperactivity Disorder merupakan suatu kelainan pada mental dimana anak sulit untuk memusatkan perhatian, selalu bertingkah impulsif, dan terlalu aktif. ADHD biasa terdiagnosis awal di masa kanak-kanak dan biasanya berlangsung hingga masa dewasa.

Anak yang mengalami kondisi ini mungkin menunjukkan gejala berupa: sering melamun, mudah lupa atau sering kehilangan barang, sering terlihat cemas dan gelisah, berbicara terlalu banyak, seringkali melakukan kesalahan ceroboh atau mengambil tindakan berisiko yang tidak diperlukan, memiliki kesulitan dalam bersosialisasi (CDC, 2021).

Walaupun kebanyakan orang juga dapat mengalami kesulitan dalam memusatkan perhatian, aktivitas pergerakan yang tidak terfokus, dan selalu bertindak impulsif, namun bagi penderita ADHD, perilaku-perilaku tersebut terasa lebih parah, terjadi lebih sering, dan dapat mengganggu dengan kualitas aktivitas sosial mereka sehari-hari, contohnya di sekolah, tempat kerja, dan tempat-tempat lainnya.

ADHD merupakan gangguan neurologis yang kompleks dan memiliki faktor risiko seperti yang terkait pada gangguan neurologis lainnya, yaitu genetik dan lingkungan. ADHD terjadi karena adanya penurunan fungsi pada beberapa bagian pada otak seperti basal ganglia, prefrontal cortex, dan parietal lobe saat melakukan tugas yang membutuhkan perhatian dan fokus. Penurunan fungsi tersebut meliputi rendahnya kadar neurotransmitter dopamine (Dipiro,2020).

Liddle et.al., menunjukkan bahwa pengobatan dengan stimulan dapat menormalkan kondisi tersebut. Golongan stimulan dibagi menjadi dua kelompok yaitu Methylphenidate dan Amfetamin, dengan mekanisme memblokir reuptake dopamin presinaptik dan norepinefrin, selain itu amfetamin juga meningkatkan pelepasan dopamin. Kedua golongan ini menginhibisi monoamine oxidase. Penggunaan obat golongan stimulan mempunyai efek samping terutama insomnia, penurunan berat badan, nyeri kepala serta perut (Dipiro, 2020).

PENGOBATAN QELBREE

Qelbree merupakan suatu produk mengandung viloxazine (C13H20NO3Cl) yang merupakan senyawa inhibitor reuptake norepinefrin selektif. Mekanisme aksi viloxazine dalam pengobatan ADHD belum diketahui, namun, diperkirakan melalui penghambatan reuptake norepinefrin (FDA, 2021).

Baca :  FDA Terima Aplikasi Lisensi Biologis (BLA) untuk Garadacimab sebagai Pengobatan Bulanan untuk Angioedema Herediter

Menurut Jack A. Khattar, Presiden dan Chief Executive Officer Supernus Pharmaceuticals, Qelbree memberikan alternatif baru yang unik untuk pengobatan ADHD. Qelbree memberikan terapi yang bukan zat terkontrol dengan kemanjuran yang terbukti dan keamanan yang dapat ditoleransi. Persetujuan pengobatan Qelbree didukung oleh hasil uji klinik fase III yang melibatkan lebih dari 1000 pasien anak dari usia 6-17 tahun dan data hasil positif pada uji klinik fase III pasien dewasa dengan ADHD (Supernus Pharmaceuticals, 2021).

Pada tahap farmakokinetik, Viloxazine Cmax dan AUC dapat meningkat secara proporsional pada rentang dosis dari 100-400 mg sekali sehari. Steady-state tercapai setelah dua hari pemberian sekali sehari, dan tidak ada akumulasi yang diamati. Ketersediaan hayati relatif viloxazine berkisar 88%. Median waktu untuk konsentrasi plasma puncak viloxazine (Tmax) adalah sekitar 5 jam, dengan kisaran 3-9 jam, setelah dosis tunggal 200 mg. Viloxazine 76-82% terikat pada protein plasma manusia pada rentang konsentrasi darah 0,5-10 mcg/mL, dan untuk waktu paruh viloxazine berkisar antara 7,02 ± (4,74 jam) (FDA, 2021).

Viloxazine dimetabolisme oleh CYP2D6, UGT1A9, dan UGT2B15. Metabolit utama yang terdeteksi dalam plasma adalah 5-hidroksi-viloxazine glucuronide. Viloxazine dieksresikan melalui rute utama ekskresi ginjal. Setelah pemberian viloxazine radiolabeled, 90% dari dosis ditemukan dalam urin dalam 24 jam pertama pasca-dosis. Kurang dari 1% dari dosis diekskresikan dalam tinja (FDA, 2021).

Dosis yang direkomendasikan untuk penggunaan obat ini adalah :

  • Pasien anak usia 6-11 tahun : Dosis awal 100 mg per oral sekali sehari, dengan dosis maksimum 400 mg sekali sehari.
  • Pasien anak usia 12-17 tahun : Dosis awal 200 mg per oral sekali sehari, dengan dosis maksimum 400 mg sekali setiap hari.
Baca :  FDA Cabut Izin Penggunaan Emergensi Klorokuin Untuk COVID-19

Dosis yang diberikan dapat disesuaikan hingga dosis maksimum, tergantung pada respon dan tolerabilitas.

Pengobatan Qelbree tidak lepas dari efek samping yang umum terjadi (≥5% dan setidaknya dua kali lipat tingkat plasebo) yaitu mengantuk, nafsu makan berkurang, kelelahan, mual, muntah, insomnia, dan mudah marah. Efek samping yang serius yang dapat terjadi berupa pikiran dan perilaku bunuh diri, tekanan darah dan detak jantung meningkat, aktivasi mania atau hipomania, serta somnolen (letargi) dan kelelahan (FDA, 2021). Efek samping berat umumnya terjadi pada bulan-bulan pertama mulai pengobatan atau saat perubahan dosis. Awasi secara ketat akan adanya perubahan mood, tingkah laku, pikiran, dan perasaan. Hubungi dokter segera jika tiba-tiba terjadi perubahan baru.

Qelbree tidak dapat dikonsumsi bersamaan dengan obat untuk depresi yang disebut inhibitor monoamine oksidase (MAOI) atau berhenti minum MAOI dalam 14 hari terakhir; atau sedang mengkonsumsi obat alosetron, duloxetine, ramelteon, tasimelteon, tizanidine, atau teofilin karena peningkatan risiko krisis hipertensi (FDA, 2021; Supernus Pharmaceuticals, 2021).

SUMBER

CDC. 2021. What is ADHD?. Tersedia online di https://www.cdc.gov/ncbddd/adhd/facts.html [diakses 10 Oktober 2021].

DiPiro, J.T., Yee, G.C., Pose, M.L., Haines, S.T., Nolin, T.D., dan Ellingrod, V. 2020. Pharmacotherapy: A Pathophysiologic Approach. Edisi ke-XI. New York: McGrawHill.

FDA. 2021. Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD), Reference ID: 4772843. Tersedia online di https://www.accessdata.fda.gov/drugsatfda_docs/label/2021/211964s000lbl.pdf [Diakses 12 Oktober 2021].

Supernus Pharmaceuticals. 2021. Non-Stimulant ADHD Medication Tersedia secara online di https://www.qelbree.com [Diakses 12 Oktober 2021].

Penulis: Rekianarsyi A.NW.P (098), Aida Roja Fadlilah (099), Wanda Raihana D. (100), Syaffa Az Zahra (103), Michelle Eka P. (104), Nabilah Azka N. (106), Annisa Nur R. (108).

Share this:

About Annisa Nur Rahmayanti

Check Also

Paparan Ansestesi pada Pasien Prenatal Diketahui Dapat Meningkatkan Risiko Berkembangnya ADHD

Majalah Farmasetika – Paparan prenatal terhadap anestesi dapat meningkatkan risiko anak tersebut mengembangkan gangguan hiperaktivitas …

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.