Eksipien

Zat Eksipien di Obat Bukan Lagi Bersifat Inert Tapi Bisa Pengaruhi ADME

Zat Eksipien di Obat Bukan Lagi Bersifat Inert Tapi Bisa Pengaruhi ADME. Zat pembantu atau tambahan dalam suatu formulasi obat saat ini diartikan bukan lagi sebagai zat inert atau zat yang tidak mempengaruhi terapi atau bereaksi dengan suatu obat.

David P. Elder mempublikasikan penelitiannya di Jurnal European Journal of Pharmaceutical Sciences dengan judul Pharmaceutical excipients — quality, regulatory and biopharmaceutical considerations membahas tuntas mengenai zat eksipien yang dapat berdampak pada adsorbsi, distribusi, metabolisme dan eliminasi (ADME) proses obat yang diformulasikannya.

Selain itu, memberikan gambaran tentang proses regulasi untuk mendapatkan eksipien baru yang disetujui di berbagai negara dan juga diskusi tentang regulasi terbaru terutama di Amerika dan Eropa.

Hampir semua obat mengandung eksipien, yang ditambahkan untuk tujuan peningkatan produksi, penerimaan pasien, meningkatkan stabilitas, pengendalian rilis dan lainnya. Biasanya eksipien merupakan komponen utama dari produk obat, dengan molekul zat aktif hanya hadir dalam jumlah relatif kecil.

Secara historis, eksipien disebut komponen tidak aktif. Tetapi itu dulu, dan saat ini justru eksipien dapat mempengaruhi proses ADME, seperti berikut ini :

Absobrsi

Penyerapan obat erat kaitannya dengan kelarutan suatu obat. Peningkatan jumlah zat aktif yang tidak larut dalam air berdampak pada penggunaan dan pemilihan zat eksipien. Akibatnya, telah terjadi peningkatan penggunaan eksipien untuk membantu kelarutan, misalnya cosolvents, surfaktan, siklodekstrin, fosfolipid, polimer, dan lainnya.

Tantangan bagi formulator adalah untuk memilih kombinasi terbaik dari eksipien yang akan mengatasi masalah yang berkaitan dengan bioavailabilitas yang memadai, stabilitas yang baik dan manufakturabilitas baik. Sering kali modifikasi perlu diperlukan misalnya menambahkan eksipien untuk meningkatkan bioavailabilitas yang akan berdampak negatif pada stabilitas bentuk sediaan.

Distribusi

Permeabilitas obat bisa dipengaruhi dengan adanya zat tambahan. Penelitian Bendels pada tahun 2007 mengevaluasi beberapa eksipien sehubungan dengan bagaimana mereka mempengaruhi permeabilitas membran secara pasif.

Penelitian ini dilanjutkan dengan studi tentang bagaimana pH dan lapisan batas air dapat mempengaruhi kelarutan dan permeabilitas obat tertentu pada tahun 2008. Secara khusus, mereka menilai dampak dari beberapa bahan pengisi kunci (misalnya, natrium taurokolat, hidroksipropil-β-siklodekstrin kalium klorida, propilen glikol, metilpirolidon dan polietilen glikol 400) pada parameter ini, dan hasilnya divisualisasikan sebagai peta klasifikasi gradien.

Mereka menemukan bahwa bahan pengisi biasanya menurunkan permeabilitas, tetapi sering tidak secara benar-benar timbal balik dengan kenaikan kelarutan diamati. Zat aktif diteliti menunjukkan perbedaan “penyerapan potensial “(difasilitasi oleh eksipien ini), dalam urutan: clotrimazole> griseofulvin> progesteron> dipyridample> glibenclamide> asam mefanamic> butacaine> astemizol. Menariknya, data untuk Albendazole dan glibenclamide dengan hidroksipropil-β-siklodekstrin tampaknya selaras dengan in vivo Cmax data.

Metabolisme

Beberapa eksipien untuk meningkatkan kelarutan, misalnya PEG dan Cremophor EL (CrEL) telah terbukti menghambat proses metabolisme enzim (sitokrom P450) dan efflux transporters, misalnya P Glycoprotein (PGP) ABCB1, dan multidrug resistant terkait protein 2 (ABCC2). Engel et al pada tahun 2012 melaporkan pengaruh empat bahan pengisi (PEG 400, CrEL, solutol HS (SOL) dan hidroksipropil-β-siklodekstrin (HPCD)) pada jangkauan yang lebih luas dari transportasi organic anion transporting protein systems (OATP).

Aspek regulasi untuk eksipien baru bervariasi secara signifikan, misalnya FDA akan menilai eksipien baru dalam hubungannya dengan NDA, sedangkan di Eropa itu diperlakukan sebagai aplikasi obat baru.

Sumber : http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0928098715300920

Untuk download gratis bisa menggunakan sci-hub.io [Baca : Buruan Catat! Cara Download Jurnal Full Text Gratis Berbagai Publisher]

farmasetika.com

Farmasetika.com (ISSN : 2528-0031) merupakan situs yang berisi informasi farmasi terkini berbasis ilmiah dan praktis dalam bentuk Majalah Farmasetika. Di situs ini merupakan edisi majalah populer. Sign Up untuk bergabung di komunitas farmasetika.com. Download aplikasi Android Majalah Farmasetika, Caping, atau Baca di smartphone, Ikuti twitter, instagram dan facebook kami. Terimakasih telah ikut bersama memajukan bidang farmasi di Indonesia.

Share
Published by
farmasetika.com

Recent Posts

Sistem Penghantaran Obat Terkontrol untuk Mengatasi Tingkat Kepatuhan Pasien

Majalah Farmasetika – Salah satu penyebab gagalnya terapi pengobatan pada pasien adalah tingkat kepatuhan yang…

2 hari ago

Liposom sebagai Penghantaran Obat Tertarget untuk Terapi Kanker

Majalah Farmasetika - Metode utama dalam pengobatan kanker meliputi pembedahan, radioterapi, kemoterapi, dan imunoterapi. Namun…

2 hari ago

Pentingnya CAPA dalam Menjaga Mutu Produk pada Distribusi Farmasi

Majalah Farmasetika - Distribusi farmasi merupakan salah satu tahapan kritis dalam rantai pasok obat, dimana…

2 minggu ago

Tablet Coating : Tak Sekadar Estetika, Namun Penjaga Stabilitas Juga

Majalah Farmasetika – Pada industri farmasi, serangkaian proses pembuatan obat dilakukan dengan tetap memperhatikan mutu…

3 minggu ago

Suplemen Kolagen Viral Byoote vs Coolvita vs Noera, Mitos atau Fakta : Benarkah Sampai ke Kulit?

Majalah Farmasetika - Fenomena kolagen minum tak terbantahkan. Tapi, sebagai farmasetika, kita harus bertanya: Bagaimana…

3 minggu ago

Alasan Obat Jerawat Benzolac (BPO) Bisa Bikin Sunscreen Azarine (Avobenzone) Gagal Melindungi?

Majalah Farmasetika - Banyak pejuang jerawat tidak sadar. Menggabungkan Benzoyl Peroxide dengan filter sunscreen yang…

3 minggu ago