Produksi

Atasi 92% Bahan Baku Obat Impor, Pabrik Garam Kimia Farma Jadi Percontohan

Atasi 92% Bahan Baku Obat Impor, Pabrik Garam Kimia Farma Jadi Percontohan. Pemerintah Indonesia klaim telah memiliki solusi jitu untuk mengurangi ketergantungan bahan baku obat impor yang sebagian besar dari China dan India. Salah satunya dengan swasembada garam pharmaceutical grade yang saat ini telah berhasil dilakukan oleh PT. Kimia Farma.

“Kita ingin mereka (BUMN) kurangi ketergantungan impor bahan baku obat. Karena hampir 92% itu bahan baku kita masih impor, parasetamol sadar atau tidak itu semua impor,” jelas Deputi Bidang Usaha Industri Agro dan Farmasi Kementrian BUMN, Wahyu Kuncoro, ditemui di kantornya, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta, Kamis (24/3/2016)

Wahyu menuturkan, dengan skala bisnis dari BUMN farmasi yang ada saat ini, sulit membangun industri kimia dasar yang mampu memproduki bahan baku obat untuk kebutuhan dalam negeri.

“Industri kimia dasar ini belum berkembang di Indonesia. Satu obat itu dari bahan kimia puluhan jenis. Kita bangun industri kimia dasar antar BUMN, kalau mau layak bisnis support dengan skala masif terbangun. Nah, kita belum sampai skala usaha seperti China dan India,” ujarnya.

Untuk membangun industri kimia dasar skala besar tersebut, pihaknya saat ini tengah mempercepat skema sinergi usaha antar BUMN farmasi tanpa harus melakukan holding.

“Kontribusi kita hanya 5% bagi BUMN di industri farmasi. Biofarma paling besar, kemudian Kimia Farma, dan Indofarma,” ungkap Wahyu.

Dia menuturkan, kemajuan dari sinergi BUMN ini antara lain dengan terbangunnya pabrik garam farmasi PT Kimia Farma dengan kapasitas 2.000 ton pada tahun ini.

“Kimia Farma sekarang baru selesai tahap pertama yang mampu produksi 2.000 ton setahun. Tahap kedua tahun depan selesai kapasitas 4.000 ton, jadi tahun depan kita swasembada garam farmasi. Kimia dasar lain akan segera menyusul,” tutupnya.

Sumber : finance.detik.com.

farmasetika.com

Farmasetika.com (ISSN : 2528-0031) merupakan situs yang berisi informasi farmasi terkini berbasis ilmiah dan praktis dalam bentuk Majalah Farmasetika. Di situs ini merupakan edisi majalah populer. Sign Up untuk bergabung di komunitas farmasetika.com. Download aplikasi Android Majalah Farmasetika, Caping, atau Baca di smartphone, Ikuti twitter, instagram dan facebook kami. Terimakasih telah ikut bersama memajukan bidang farmasi di Indonesia.

Share
Published by
farmasetika.com

Recent Posts

Menkes Rilis Pengurus Organisasi Kolegium Farmasi 2024-2028

Majalah Farmasetika - Kementerian Kesehatan Republik Indonesia resmi mengesahkan Susunan Organisasi Kolegium Farmasi periode 2024-2028 melalui Keputusan…

4 hari ago

IVFI dan Kolegium Farmasi Indonesia Bersinergi untuk Kemajuan Tenaga Vokasi Farmasi

Majalah Farmasetika - Yogyakarta, 5 Desember 2024 – Upaya untuk memperkokoh eksistensi dan profesionalisme tenaga…

2 minggu ago

Anggota Dewan Klarifikasi Istilah Apoteker Peracik Miras di Dunia Gangster

Majalah Farmasetika - Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI Komisi III, Muhammad Rofiqi, menyampaikan klarifikasi…

3 minggu ago

Penggunaan Metformin pada Pasien Diabetes Tingkatkan Risiko Selulitis, Infeksi Pada Kaki, dan Amputasi

Majalah Farmasetika - Metformin, salah satu obat diabetes paling populer di dunia, telah lama dikenal…

3 minggu ago

Anggota DPR Minta Maaf, Salah Pilih Kata Apoteker bukan Secara Harfiah

Majalah Farmasetika - Anggota Komisi III DPR RI Dapil 1 Kalimantan Selatan, dan juga Ketua…

3 minggu ago

Peran Penting Apoteker dalam Menjamin Distribusi Aman Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi (NPP)

Majalah Farmasetika - Pedagang Besar Farmasi (PBF) adalah perusahaan yang memiliki izin untuk menyediakan, menyimpan,…

1 bulan ago