Majalah Farmasetika (V1N5-Juli 2016). Hasil penelitian terbaru menunjukkan 30% dari resep antibiotik diketahui tidak diperlukan dan memicu timbulnya resistensi antibiotik. Saat ini, para ilmuwan telah menemukan cara yang menjanjikan untuk membantu dokter memutuskan kapan obat antibiotik harus diresepkan melalui tes darah untuk memeriksa 7 profil genetik yang mampu membedakan infeksi karena bakteri atau virus.
Untuk menghindari infeksi bakteri merajalela yang resisten dan tidak dapat diobati, para ahli mengatakan pengurangan penggunaan yang tidak perlu dari antibiotik adalah sangat penting. Hal ini termasuk resep obat yang hanya untuk infeksi bakteri bukan untuk infeksi virus.
Gejala yang ditunjukkan oleh infeksi karena bakteri dan orang dengan gejala flu relatif sama sehingga menyulitkan dokter dalam meresepkan obat antibiotiknya.
Baru-baru ini para ilmuwan di Universitas Stanford dan laporan pengujian darah dari Rumah Sakit Anak Medical Center Cincinnati mampu membedakan antara infeksi bakteri dan virus. Tes terlihat pada protein yang dibuat oleh tujuh gen; dengan adanya bakteri, empat dari gen menjadi lebih aktif, sedangkan pada keberadaan virus, tiga dari mereka akan aktif. Dengan mengukur protein ini, tes dapat memberitahu dengan pasti dan terpercaya apakah infeksi disebabkan oleh bakteri atau virus.
Ini adalah pengujian yang merupakan kejutan bagi para peneliti. “Gagasan bahwa hanya ada tujuh sasaran dengan akurasi yang benar-benar baik cukup mengejutkan,” kata Dr Timothy Sweeney, seorang peneliti di Stanford University dan penulis utama dari jurnal yang diterbitkan di Science Translational Medicine edisi 6 Juli 2016.
Studi sebelumnya mengidentifikasi puluhan atau ratusan gen yang dikaitkan dengan infeksi baik bakteri atau virus yang didapat dari satu set data sekelompok pasien. Sweeney dan timnya menganalisis gabungan data yang tersedia secara publik dari hampir dua lusin kelompok orang dengan infeksi yang terdokumentasikan. Ini berkisar dari kasus flu biasa untuk hemoragik demam virus, infeksi telinga dan syok septik. Pada akhirnya ditemukan tujuh gen yang menunjukkan aktivitas konsisten yang berbeda dalam keberadaan bakteri dan virus.
Menurut Centers for Disease Control Amerika, sekitar sepertiga dari 154 juta resep dari dokter yang menulis untuk antibiotik diketahui tidak diperlukan, dan mungkin akan lebih berbahaya dalam hal mempromosikan resistensi bakteri, daripada mengobati infeksi.
“Saat ini tidak ada sebuah tes yang baik di mana kita dapat mengatakan Anda tidak memiliki infeksi sehingga kita dapat menahan pemberian antibiotik,” kata Sweeney.
Profil tujuh gen protein ini dapat mengubah hal itu, tapi untuk digunakan di klinik dan rumah sakit perlu pengujian klinis beberapa tahun sebelum menjadi cukup handal untuk digunakan secara komersial. Sementara Sweeney dan rekan-rekannya menguji panel dalam kelompok hampir 100 anak-anak dengan infeksi, pengujian lebih pada pasien lebih lanjut diperlukan untuk memverifikasi akurasi panel profil 7 gen ini.
Untuk saat ini, tes memakan waktu empat sampai enam jam, terlalu lama ketika pasien mungkin bisa menderita sepsis yang dapat berkembang dengan cepat dalam beberapa jam.
Tujuan penelitian berikutnya adalah untuk menyempurnakan teknologi pemindaian darah untuk profil tujuh gen dalam waktu sekitar satu jam. “Banyak orang mengatakan kita perlu tes seperti ini, dan kami berharap bisa kami uji lebih lantut sehingga akan membantu mengurangi penggunaan antibiotik berlebihan “kata Sweeney.
Sumber : http://time.com/4393916/antibiotics-cold-flu-symptoms-drug-resistant/
Majalah Farmasetika - Pedagang Besar Farmasi (PBF) adalah perusahaan yang memiliki izin untuk menyediakan, menyimpan,…
Majalah Farmasetika - Produk farmasi, seperti obat-obatan, memerlukan stabilitas tinggi untuk menjaga efektivitas dan kualitasnya…
Majalah Farmasetika - Dalam dunia perdagangan obat, surat pesanan memiliki peran yang sangat penting. Di…
Majalah Farmasetika - Di fasilitas distribusi farmasi, memastikan obat-obatan dan alat kesehatan tetap berkualitas sepanjang…
Majalah Farmasetika - Studi kohort yang baru-baru ini diterbitkan dalam Annals of Medicine Journal menetapkan…
Jakarta - BPOM resmi mengumumkan penarikan produk pangan olahan impor latiao asal Tiongkok penyebab keracunan.…