Majalah Farmasetika (V1N6-Agustus 2016). Mencari terapi yang optimal untuk seorang pasien terkadang tidak mudah. Banyak faktor-faktor spesifik pada pasien yang harus dipertimbangkan untuk kemudian memilih salah satu obat dari berbagai golongan untuk mengobati penyakit-penyakit seperti depresi, hipertensi, hiperlipidemia, diabetes, dan berbagai kondisi lainnya. Salah satu faktor penting yang harus dipertimbangkan yaitu kehamilan atau rencana kehamilan pasien, sebab kehamilan dapat sangat mengubah rekomendasi pengobatan.
Pereda Nyeri
Beberapa obat bebas yang banyak direkomendasikan untuk menangani nyeri, seperti ibuprofen, aspirin, dan naproxen, tidak aman digunakan saat periode kehamilan. Pada kenyataannya, penggunaan obat AINS selama kehamilan dikaitkan dengan meningkatnya risiko keguguran. Dengan demikian, parasetamol adalah analgesik yang direkomendasikan selama kehamilan.
Hipertensi
Pada kebanyakan pasien, pengobatan hipertensi dapat berupa inhibitor angiotensin-converting enzyme (ACE) atau angiotensin receptor blocker (ARB), tetapi obat-obat ini tidak dapat digunakan pada pasien hamil. Pajanan terhadap inhibitor ACE pada trimester pertama meningkatkan risiko malformasi kongenital (janin cacat lahir), sedangkan obat-obat yanng bekerja pada sistem renin-angiotensin dapat menyebabkan kerusakan serius pada janin yang sedang bekembang dan, lebih parah lagi, kematian janin. Obat-obat pilihan pertama untuk pengobatan hipertensi selama kehamilan yaitu labetalol, metildopa, dan nifedipin.
Anti Depresi
Pengobatan depresi pada pasien hamil juga harus dengan hati-hati. Banyak senyawa selective serotonin reuptake inhibitor (SSRI) yang digunakan untul menangani depresi, meliputi fluoxetine, sertraline, escitalopram, dan citaloptam, termasuk ke dalam kategori kehamilan C. Produk-produk paroxetine yang diindikasikan untuk kondisi psikiatrik termasuk ke dalam kategori kehamilan D.
Penggunaan SSRI selama kehamilan dapat bersifat toksik terhadap janin, memberikan risiko perkembangan komplikasi kardiovaskular dan paru. Selain itu, pajanan terhadap terapi antidepresan selama kehamilan juga dikaitkan dengan keguguran secara tiba-tiba. Risiko dan manfaat penggunaan tetapi antidepresan harus sangat dipertimbangkan. Penghentian tetapi antidepresan dapat mengganggu kondisi kesehatan pasien dan menyebabkan bahaya terhadap janin.
The American Congress of Obstetricians and Gynecologists merekomendasikan terapi SSRI selama kehamilan harus diindividualisasikan terhadap faktor-faktor yang spesifik pada pasien. Pengobatan depresi selama kehamilan harus disertai pertimbangan klinis dari dokter kejiwaan, dokter kandungan, dokter anak, dan dokter umum.
Dislipidemia
Pada kebanyakan pasien, pengobatan dislipidemia biasanya mencakup obat-obat golongan statin karena penggunaan obat ini terbukti menurunkan profil lipid pada pasien. Akan tetapi, penggunaan statin selama kehamilan dikontraindikasikan karena menghambat pembentukan kolesterol, yang sangat penting untuk perkembangan janin.
Asam lemak omega-3 dapat aman digunakan selama kehamilan untuk membantu menurunkan kadar trigliserida. Karena kurangnya penelitian terkait penggunaan obat-obat fibrat selama kehamilan, fibrat tidak direkomendasikan pada pasien hamil. Jika pasien ternyata hamil saat mengonsumsi statin, segera hentikan pengobatan dan direkomendasikan untuk evaluasi penggunaan obat lebih lanjut oleh dokter.
Kesimpulan
Banyak faktor yang harus dipertimbangkan dalam memutuskan terapi yang optimal untuk pasien dan jauh lebih banyak lagi faktor yang dipertimbangkan saat mengobati wanita yang sedang hamil atai berencana untuk hamil.
Risiko dan manfaat harus dihitung saat mempertimbangkan penghentian terapi pemeliharaan. Meskipun beberapa pengobatan dapat meningkatkan risiko kerusakan janin, penghentian terapi pada beberapa kasus dapat menyebabkan bahaya pada pasien, yang kemudian dapat berbahaya untuk janin. Rekomendasi pengobatan dapat berbeda-beda bergantung pada kondisi pasien yang hamil atau berencana untuk hamil.
Sumber: http://www.pharmacytimes.com/contributor/shivam-patel-pharmd-candidate/2016/08/medication-considerations-in-pregnancy
Majalah Farmasetika - Kementerian Kesehatan Republik Indonesia resmi mengesahkan Susunan Organisasi Kolegium Farmasi periode 2024-2028 melalui Keputusan…
Majalah Farmasetika - Yogyakarta, 5 Desember 2024 – Upaya untuk memperkokoh eksistensi dan profesionalisme tenaga…
Majalah Farmasetika - Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI Komisi III, Muhammad Rofiqi, menyampaikan klarifikasi…
Majalah Farmasetika - Metformin, salah satu obat diabetes paling populer di dunia, telah lama dikenal…
Majalah Farmasetika - Anggota Komisi III DPR RI Dapil 1 Kalimantan Selatan, dan juga Ketua…
Majalah Farmasetika - Pedagang Besar Farmasi (PBF) adalah perusahaan yang memiliki izin untuk menyediakan, menyimpan,…