Majalah Farmasetika (V1N6-Agustus 2016). Memahami bagaimana obat-obatan bekerja dalam tubuh merupakan hal yang penting dalam menjalani profesi kefarmasian. Selain itu, bagaimana bisa seorang apoteker memberikan konseling pada pasien secara efektif mengenai apa yang akan terjadi terhadap obat yang akan dikonsumsi jika tidak mengetahui mekanisme kerja obatnya?
Tekanan darah merupakan salah satu parameter vital yang mengindikasikan keadaan fungsional tubuh. Nilai tekanan darah, bersama dengan suhu tubuh, laju denyut jantung, dan laju pernapasan, membantu menentukan keadaan fisik seseorang, memberikan petunjuk mengenai kemungkinan-kemungkinan penyakit, dan menunjukkan status pemulihan.
Steve Leuck, PharmD, seorang apoteker pendiri Audible Consumer Medication Information (AudibleRx), menguraikan sistem renin-angiotensin-aldosteron secara sederhana. Sistem ini merupakan sistem hormon dalam tubuh yang luar biasa yang membantu mengatur keseimbangan cairan dan tekanan darah. Lebih mengesankan lagi, sistem ini menjalankan fungsinya pada waktu-waktu kita terfokus pada masalah-masalah lain yang tampaknya lebih penting.
Saat tubuh mendeteksi tekanan darah rendah, ginjal melepaskan suatu senyawa yang dinamakan renin. Renin ini kemudian disirkulasikan melalui aliran darah dan berinteraksi dengan senyawa lain yang disebut angiotensinogen, yang dihasilkan oleh hati. Interaksi ini membentuk suatu senyawa yang dinamakan angiotensin.
Setelah itu, suatu enzim yang dinamakan angiotensin-converting enzyme (ACE) berinteraksi dengan angiotensin, yang kemudian membentuk suatu senyawa yang dinamakan angiotensin II. Senyawa ini bekerja langsung pada pembuluh darah, menyebabkan konstriksi dan meningkatkan tekanan darah. Senyawa ini juga menstimulasi produksi aldosteron dari korteks adrenal.
Aldosteron bekerja pada ginjal untuk menurunkan jumlah natrium yang hilang dalam urin. Senyawa ini meningkatkan jumlah natrium yang bersirkulasi dalam aliran darah sehingga kemudian meningkatkan volume darah dan, pada akhirnya, meningkatkan tekanan darah.
Pada orang yang sehat, sistem ini bekerja dengan baik untuk mempertahankan tekanan darah yang normal. Pada individu dengan tekanan darah yang sedikit lebih tinggi, peningkatan angiotensin II memperburuk kondisi dengan meningkatkan tekanan darah di atas rentang normal.
Inhibitor ACE menghambat konversi angiotensin menjadi angiotensin II. Hal ini kemudian membatasi produksi angiotensin II dan membantu merelaksasikan pembuluh darah.
Sementara itu, bloker reseptor angiotensin II (ARB) bekerja secara langsung pada pembuluh darah, menjaganya tetap rilaks selama menghambat pengaruh dari angiotensin II.
Menguraikan mekanisme ini setahap demi setahap membuat suatu sistem yang rumit menjadi sangat sederhana untuk dipahami. Tentu saja, informasi pada tingkat ini tidak diberikan pada pasien di apotek, tetapi memahami mekanisme ini dapat membantu apoteker dalam menjelaskan garis besar pengendalian tekanan darah pada pasien.
Sumber:
Majalah Farmasetika - Kementerian Kesehatan Republik Indonesia resmi mengesahkan Susunan Organisasi Kolegium Farmasi periode 2024-2028 melalui Keputusan…
Majalah Farmasetika - Yogyakarta, 5 Desember 2024 – Upaya untuk memperkokoh eksistensi dan profesionalisme tenaga…
Majalah Farmasetika - Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI Komisi III, Muhammad Rofiqi, menyampaikan klarifikasi…
Majalah Farmasetika - Metformin, salah satu obat diabetes paling populer di dunia, telah lama dikenal…
Majalah Farmasetika - Anggota Komisi III DPR RI Dapil 1 Kalimantan Selatan, dan juga Ketua…
Majalah Farmasetika - Pedagang Besar Farmasi (PBF) adalah perusahaan yang memiliki izin untuk menyediakan, menyimpan,…