Majalah Farmasetika (V1N6-Agustus 2016). PT. Bio Farma melanjutkan kegiatan Forum Riset Vaksin Nasional (FRVN) yang diselenggarakan pada tahun 2015 dengan tema “Hilirisasi Hasil Riset Nasional Bidang Life Science untuk Meningkatkan Kualitas Hidup Bangsa”. Tahun ini kembali menyelenggarakan Forum Riset Life Science (FRLN) bertemakan, “Tantangan Menuju Kemandirian Riset Nasional Bidang Life Science”.
Perubahan dari FRVN menjadi FRLN bertujuan memperluas cakupan pengembangan produk sesuai misi Bio Farma yaitu, “Menyediakan dan Mengembangkan Produk Life Science Berstandar Internasional untuk Meningkatkan Kualitas Hidup”. Produk Life Science dimaksud adalah produk yang dihasilkan dari organisma hidup melalui proses bioteknologi.
Menurut Iskandar, Direktur Utama Bio Farma, FRLN bertujuan meningkatkan sinergi riset bidang life scienceantara pemerintah, perguruan tinggi, industri, serta komunitas pendukung. Tujuannya untuk mempercepat hilirisasi serta tujuan akhir komersialisasi produk Life Science yang akan diakui sebagai produk nasional hasil kerja nyata putra-putri terbaik Bangsa Indonesia.
“Ini merupakan bagian dukungan terhadap Inpres No.6 tahun 2016, yang mana pemerintah menyatakan mendorong pengembangan biofarmasetikal. Termasuk di dalamnya penguasaan teknologi dan inovasi bidang farmasi dan alat kesehatan, sehingga kemandirian bangsa bidang farmasi dan alat kesehatan dapat tercapai”.
Menurut Iskandar, produk Life Science nasional akan mendorong tersedianya Biofarmasetikal berharga terjangkau bagi seluruh rakyat Indonesia. Juga, akan mendukung tujuan ke-3 SDG’s (Sustainable Development Goals) yaitu menjamin kehidupan yang sehat serta mendorong kesejahteraan hidup untuk seluruh masyarakat di segala umur.
Iskandar menambahkan, konsorsium penelitian yang sudah terbentuk dalam enam tahun terakhir ini telah mendapat dukungan pendanaan Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi seperti 5 (lima) konsorsium penyakit Tuberkulosis, Hepatitis B, Dengue, HPV dan HIV. Disamping itu, juga telah terbentuk 7 (tujuh) working group : Eritropoietin (EPO), Rotavirus, Malaria, Influenza, Stem cell, Delivery Systems & Adjuvant dan Pneumokokus.
Namun demikian, konsorsium dan working group riset di bidang life science masih memerlukan dukungan pengembangan. Yakni di bidang sumber daya manusia, platform teknologi terbaru, laboratorium inti yang dapat digunakan bersama, serta pendanaan yang berkesinambungan agar riset dapat dikomersialkan.
Riset Life Science yang bersifat inovatif dan implementatif di Indonesia masih memiliki banyak tantangan. Untuk itu, diperlukan program yang dibuat para pemangku kepentingan supaya peneliti dapat meningkatkan kemandirian penelitiannya, sehingga tujuan hilirisasi dan komersialisasi produk Life Science dapat diperoleh sesuai waktu yang ditetapkan.
“Selain itu, juga diperlukan langkah-langkah untuk mengidentifikasi hambatan yang dihadapi para peneliti secara komprehensif guna mendapatkan solusi yang tepat,” sambung Iskandar.
Upaya percepatan hilirisasi produk Nasional oleh Kementerian Riset, Teknologi, Pendidikan Tinggi Republik Indonesia dengan pengembangan program Hillirisasi dan Komersialisasi hasil penelitian di perguruan ini patut disambut hangat.
Melalui program ini, penelitian yang telah memiliki hak paten dan siap dikomersialisasi akan diupayakan kerjasama dengan pihak industri yang akan memanfaatkan hasil penelitian dengan tujuan komersialisasi.
Dalam bidang pendanaan, Lembaga Pengelolaan Dana Pendidikan (LPDP) yang berada di Kementerian Keuangan diharapkan dapat mendorong riset strategis dan inovatif yang implementatif dan menciptakan nilai tambah melalui pendanaan riset.
“Pendanaan diharapkan dapat mempercepat berhasilnya suatu riset yang berkualitas dan meningkatkan daya saing bangsa dengan mengembangkan atau menghasilkan produk,” pungkas Iskandar.
Sumber : http://www.biofarma.co.id/news/melalui-forum-riset-life-science-hadirkan-biofarmasetikal-mandiri-terjangkau-rakyat-indonesia-2/
Majalah Farmasetika - Kementerian Kesehatan Republik Indonesia resmi mengesahkan Susunan Organisasi Kolegium Farmasi periode 2024-2028 melalui Keputusan…
Majalah Farmasetika - Yogyakarta, 5 Desember 2024 – Upaya untuk memperkokoh eksistensi dan profesionalisme tenaga…
Majalah Farmasetika - Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI Komisi III, Muhammad Rofiqi, menyampaikan klarifikasi…
Majalah Farmasetika - Metformin, salah satu obat diabetes paling populer di dunia, telah lama dikenal…
Majalah Farmasetika - Anggota Komisi III DPR RI Dapil 1 Kalimantan Selatan, dan juga Ketua…
Majalah Farmasetika - Pedagang Besar Farmasi (PBF) adalah perusahaan yang memiliki izin untuk menyediakan, menyimpan,…