Edukasi

Obat Batuk Mengandung Kodein Berbahaya Untuk Anak

Majalah Farmasetika (V1N7-September 2016) – Ikatan dokter anak di Amerika Serikat (The American Academy of Pediatrics/AAP) saat ini telah merekomendasikan untuk tidak memberikan obat batuk mengandung kodein/codein untuk anak-anak. Hal ini disebabkan adanya sensitivitas opioid yang dapat berakibat fatal pada anak-anak.

Kodein digunakan untuk menghilangkan rasa sakit

Menurut laporan klinis baru dari AAP terbaru, meskipun kodein banyak digunakan untuk menghilangkan rasa sakit, variabilitas genetik dalam metabolisme obat pasien menyebabkan hasil efikasi yang bervariasi. Oleh karenanya AAP menyarankan agar tidak memberikan kodein kepada pasien karena kodein tergantung pada bagaimana tubuh mereka mampu dengan cepat memetabolisme opioid, dan pasien yang metabolisme cepat mungkin menunjukkan reaksi yang kuat.

Terutama pada anak-anak dengan gangguan napas saat tidur, berada pada risiko tertentu untuk sensitivitas opioid. Karena itu, dosis standar kodein dapat berakibat fatal pada anak-anak. Bahkan, laporan kasus terkait penggunaan codeine telah secara konsisten menimbulkan depresi pernafasan fatal yang mengancam jiwa anak-anak.

Data penelitian melaporkan kasus kematian pada anak-anak yang menggunakan kodein.

Satu studi yang dikutip dalam laporan AAP mengungkapkan terdapat lebih dari 800.000 pasien yang lebih muda dari 11 tahun yang diresepkan kodein antara tahun 2007 dan 2011. Sebuah tinjauan data sistem pelaporan efek samping FDA pada 1965-2015 mengungkapkan 64 kasus pediatrik terkait kodeine mengalami depresi pernafasan parah dan 24 kasus kematian, 21 di antaranya melibatkan anak-anak dibawah 12 tahun.

Laporan AAP menemukan 3 faktor umum di antara penyebab tidak efektifnya terapi dengan kodein:

1. Mayoritas anak-anak.
2. Anak-anak ditempatkan pada rejimen nyeri pasca operasi dengan pemberian parasetamol dan kodein.
3. Anak-anak yang telah menjalani adenotonsilektomi yang menyebabkan gangguan napas saat tidur.

Cara efektif untuk mengurangi efek samping kodein

Menurut AAP, cara yang paling efektif untuk mengurangi efek samping terkait kodein adalah untuk mengeksplorasi obat alternatif untuk menghilangkan rasa sakit.

Laporan klinis menyebutkan obat-obatan seperti oxycodone, tramadol, dan tapentadol sebagai jalan potensial untuk pengobatan untuk pasien anak. Namun demikian, menentukan pengobatan alternatif definitif yang aman dan efektif adalah sulit dan membutuhkan penelitian lebih lanjut.

“manajemen nyeri yang efektif untuk anak-anak tetap menantang karena obat proses tubuh anak-anak berbeda dari orang dewasa.” kata ketua peneliti Joseph D. Tobias, MD, FAAP, menyatakan dalam siaran pers,

Para peneliti telah mengalihkan fokus mereka ke penggunaan analgesik pasca operasi nonopioid, seperti parasetamol dan obat anti-inflamasi nonsteroid, seperti ibuprofen, untuk menghilangkan rasa sakit akut pada pasien anak.

Pada 2015, FDA merekomendasikan penggunaan obat batuk mengandung kodein kontraindikasi pada anak-anak dibawah 18 tahun. Sedangkan dari situs PIONAS BPOM menuliskan bahwa obat batuk kodein tidak dianjurkan untuk anak di bawah 12 tahun; toleransi dan ketergantungan dapat terjadi pada penggunaan jangka panjang;

Sumber :

  1. http://www.pharmacytimes.com/news/stop-giving-codeine-to-children-aap-says
  2. http://pionas.pom.go.id/monografi/kodein-fosfat
farmasetika.com

Farmasetika.com (ISSN : 2528-0031) merupakan situs yang berisi informasi farmasi terkini berbasis ilmiah dan praktis dalam bentuk Majalah Farmasetika. Di situs ini merupakan edisi majalah populer. Sign Up untuk bergabung di komunitas farmasetika.com. Download aplikasi Android Majalah Farmasetika, Caping, atau Baca di smartphone, Ikuti twitter, instagram dan facebook kami. Terimakasih telah ikut bersama memajukan bidang farmasi di Indonesia.

Share
Published by
farmasetika.com

Recent Posts

Menkes Rilis Pengurus Organisasi Kolegium Farmasi 2024-2028

Majalah Farmasetika - Kementerian Kesehatan Republik Indonesia resmi mengesahkan Susunan Organisasi Kolegium Farmasi periode 2024-2028 melalui Keputusan…

3 hari ago

IVFI dan Kolegium Farmasi Indonesia Bersinergi untuk Kemajuan Tenaga Vokasi Farmasi

Majalah Farmasetika - Yogyakarta, 5 Desember 2024 – Upaya untuk memperkokoh eksistensi dan profesionalisme tenaga…

2 minggu ago

Anggota Dewan Klarifikasi Istilah Apoteker Peracik Miras di Dunia Gangster

Majalah Farmasetika - Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI Komisi III, Muhammad Rofiqi, menyampaikan klarifikasi…

2 minggu ago

Penggunaan Metformin pada Pasien Diabetes Tingkatkan Risiko Selulitis, Infeksi Pada Kaki, dan Amputasi

Majalah Farmasetika - Metformin, salah satu obat diabetes paling populer di dunia, telah lama dikenal…

2 minggu ago

Anggota DPR Minta Maaf, Salah Pilih Kata Apoteker bukan Secara Harfiah

Majalah Farmasetika - Anggota Komisi III DPR RI Dapil 1 Kalimantan Selatan, dan juga Ketua…

3 minggu ago

Peran Penting Apoteker dalam Menjamin Distribusi Aman Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi (NPP)

Majalah Farmasetika - Pedagang Besar Farmasi (PBF) adalah perusahaan yang memiliki izin untuk menyediakan, menyimpan,…

1 bulan ago