Majalah Farmasetika (V1N8-Oktober 2016). Pasien dengan sakit tenggorokan, infeksi telinga dan infeksi sinus ternyata mendapatkan antibiotik yang salah setidaknya hampir setengah dari jumlah total resepnya, peneliti melaporkan Senin kemarin (24/10).
Ketika orang mendapatkan terapi antibiotik yang salah, tidak hanya sulit sembuh, tetapi juga dapat membuat resistensi antibiotik dan bakteri berevolusi menjadi “superbug”, menurut para peneliti.
[Baca : Apoteker Harus Tahu Asal-usul Bakteri “Superbug” Karena Resistensi Antibiotik]
Dalam sebuah penelitian terkait produk antibiotik, menemukan bahwa azitromisin (Zithromax) adalah salah satu obat yang paling umum disalahgunakan.
“Secara keseluruhan, hanya 52 persen dari pasien yang diobati dengan antibiotik untuk infeksi sinus, infeksi telinga tengah dan faringitis (radang tenggorokan) menerima obat lini pertama yang direkomendasikan oleh pedoman resep,” Dr. David Hyun, spesialis penyakit menular di Pew Charitable Trusts , mengatakan kepada NBC News.
Penemuan sebelumnya yang dirilis awal tahun ini menunjukkan setidaknya sepertiga dari orang-orang yang mendapatkan antibiotik tidak membutuhkannya. Secara bersama-sama, dua studi menunjukkan banyak penggunaan resep antibiotik yang buruk , para peneliti menulis dalam laporan lengkap diterbitkan dalam Journal of the American Medical Association’s JAMA internal Medicine.
Tim di Pew, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit, University of Utah dan di tempat lain memilih infeksi telinga, sakit tenggorokan dan infeksi sinus karena mereka menghasilkan 44 juta resep antibiotik dalam setahunnya.
Radang tenggorokan mudah diobati dengan antibiotik, dan jika seorang anak dengan infeksi telinga tengah memiliki nanah mengalir keluar, dokter anak biasanya akan memberikan antibiotik. Infeksi sinus yang berlama-lama dapat dibantu dengan antibiotik.
Tapi tenggorokan dan infeksi telinga disebabkan oleh virus, maka antibiotik tidak akan melakukan apa-apa untuk membantu pasien. Infeksi sinus kadang-kadang dapat melibatkan bakteri tetapi sering disebabkan oleh virus atau jamur.
Terapi lini pertama yang tepat biasanya amoksisilin. Pada kenyataannya tidak seperti itu.
“Yang paling sering diresepkan non-lini pertama antibiotik untuk infeksi sinus, infeksi telinga tengah dan faringitis yaitu makrolida (seperti azitromisin), kelas antibiotik spektrum luas (yang menargetkan berbagai bakteri patogen) sering diresepkan untuk pasien rawat jalan , “tulis tim Pew dalam laporan mereka.
“Namun, makrolida tidak dianjurkan untuk infeksi sinus atau telinga tengah dan direkomendasikan untuk faringitis hanya untuk pasien dengan alergi terhadap kelas penisilin antibiotik.” lanjutnya.
Permintaan pasien adalah salah satu alasan, kata Hyun. “Kami telah melihat penelitian yang menunjukkan dokter resep dipengaruhi oleh jenis-jenis tekanan pasien dan harapan untuk menerima antibiotik,” katanya.
“Saya mendapat Zithromax terakhir kali dan saya menjadi lebih baik segera,” kata Hyun mengulangi ucapan pasiennya.
Azitromisin terkadang dapat bekerja jika diambil hanya tiga sampai lima hari, waktu yang lebih singkat dibandingkan amoksisilin, ia menambahkan, yang juga dapat menarik baik bagi pasien maupun dokter yang khawatir bahwa pasien akan berhenti minum obat mereka terlalu cepat.
Hyun mengatakan dokter mungkin bisa juga tidak sependapat terhadap kepercayaan pasien ketika mereka ingin antibiotik tertentu. Ini penting, bagi dokter untuk menjelaskan mengapa harus atau tidak meresepkan antibiotik tertentu, kata dia.
Kabar baiknya adalah bahwa sebagian besar anak-anak dengan infeksi telinga yang mendapatkan resep yang tepat. Dalam laporan terpisah di JAMA Internal Medicine, Dr. Adam Hersh dari Universitas Utah dan rekan menemukan bahwa 67 persen – dua pertiga – anak-anak dengan infeksi telinga mendapat resep yang benar. Tapi hanya 37 persen orang dewasa dengan sakit tenggorokan dan infeksi sinus yang tepat peresepannya.
Tim menggunakan dua survei nasional yang besar dari tahun 2010 dan 2011, “Kami tidak memiliki alasan untuk percaya pola praktek telah secara substansial berubah,” tulis tim Hersh ini.
“Studi ini memberikan bukti berlebihan substansial antibiotik non-lini pertama untuk tiga dari kondisi yang paling umum dalam perawatan rawat jalan yang secara kolektif mencapai lebih dari 40 juta resep antibiotik setiap tahunnya,” mereka menyimpulkan.
Para ahli medis telah mengeluh tentang penyalahgunaan antibiotik selama dua dekade, namun pesan masih belum tersampaika, kata Hyun.
Solusinya adalah edukasi dan pendidikan yang lebih. Pasien juga perlu bersikap keras pada diri mereka sendiri dan dokter mereka, katanya.
“Mereka harus bertanya, ‘Apakah antibiotik benar-benar diperlukan? Apakah ini antibiotik yang benar?'” Katanya.
CDC (Centers for Disease Control and Prevention) mengatakan lebih dari 2 juta orang terinfeksi oleh kuman yang resisten terhadap obat setiap tahun, dan 23.000 mati dari infeksi mereka
Apoteker tentunya bisa berperan dengan berkomunikasi efektif dengan dokter untuk mencegah terjadinya kesalahan peresepan.
Sumber : http://www.nbcnews.com/health/health-news/wrong-antibiotic-prescribed-half-time-report-finds-n671881
Majalah Farmasetika - Pedagang Besar Farmasi (PBF) adalah perusahaan yang memiliki izin untuk menyediakan, menyimpan,…
Majalah Farmasetika - Produk farmasi, seperti obat-obatan, memerlukan stabilitas tinggi untuk menjaga efektivitas dan kualitasnya…
Majalah Farmasetika - Dalam dunia perdagangan obat, surat pesanan memiliki peran yang sangat penting. Di…
Majalah Farmasetika - Di fasilitas distribusi farmasi, memastikan obat-obatan dan alat kesehatan tetap berkualitas sepanjang…
Majalah Farmasetika - Studi kohort yang baru-baru ini diterbitkan dalam Annals of Medicine Journal menetapkan…
Jakarta - BPOM resmi mengumumkan penarikan produk pangan olahan impor latiao asal Tiongkok penyebab keracunan.…