farmasetika.com – Sebuah penelitian terbaru yang dilakukan terhadap para penderita Diabetes Melitus (DM) Tipe 2 di Puskesmas dan Balai Pengobatan Fakfak, Papua Barat menunjukkan sistem perawatan kolaborasi tenaga kesehatan (Collaborative Care System/CCS) termasuk didalamnya tenaga profesional dokter, apoteker, dan perawat mampu membantu menurunkan kadar glukosa darah sewaktu.
Collaborative Care System/CCS atau perawatan kolaboratif adalah sistem intervensi pada tingkat pelayanan kesehatan yang menggunakan manajemen kasus untuk menghubungkan penyedia perawatan primer dengan pasien.
Bentuk perawatan kolaboratif adalah dengan menggabungkan tiga kepedulian tenaga profesional kesehatan, yaitu perawatan medis (medical care), pelayanan farmasi (pharmaceutical care), dan perawatan perawat (nurses care).
Dengan adanya perpaduan tiga layanan ini diharapkan satu sama lain mampu bekerja sama mencapai tujuan dalam pengelolaan pasien dengan menekankan tanggung jawab bersama dalam pengelolaan perawatan pasien.
Proses pengambilan keputusan bilateral yang berdasarkan pendidikan dan kemampuan praktisi, sehingga profesional kesehatan (dokter, perawat dan apoteker) dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sesuai dengan standar kompetensi masing-masing profesi dan menghindari konflik kesehatan personil dalam pengelolaan pasien.
Penelitian yang telah dipublikasikan di Jurnal Farmasi Klinik Indonesia (Indonesian Journal of Clinical Pharmacy) oleh
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem collaborative care pada kelompok intervensi yang dilakukan selama 1 bulan menunjukkan kadar glukosa darah sewaktu rata-rata sebelum SCC adalah 276,11 mg/dL dan setelah CCS adalah 222,43 mg/dL.
Pada kelompok kontrol sebelum CCS adalah 217,32 mg/dL dan setelah SCC adalah 266,45 mg/dL. Hasil uji statistik menunjukkan perbedaan yang signifikan (p<0,05) antara kadar glukosa darah sewaktu sebelum dan sesudah CCS pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Sistem collaborative care memengaruhi penurunan kadar glukosa darah acak pada pasien dengan DM tipe 2.
“Sistem CCS pada kelompok intervensi dapat menurunkan gula darah sewaktu yang disebabkan DM Tipe 2. Keberhasilan ini bukan hanya melibatkan dokter dan pasien atau keluarga pasien tetapi juga apoteker, perawat, ahli giji dan tenaga kesehatan lainnya dengan melaksanakan penatalaksaan terkait 5 pilar, yakni edukasi, pengaturan diet, olahraga, dan kepatuhan minum obat, serta pemantauan kadar glukosa darah secara rutin” ujar Bangunawati Rahajeng kepada farmasetika.com (4/12/16).
“Berdasarkan hasil dari penelitian ini, kami sarankan 5 pilar tersebut menjadi suatu sistem penatalaksanaan DM, ada baiknya pemerintah atau lembaga-lembaga terkait melakukan inisiasi pembentukan grup yang beranggotakan minimal dokter, apoteker, perawat untuk melakukan CCS pada pasien DM, sehingga 5 pilar bisa dilakukan secara optimal dan pasien DM dapat terkontrol kadar gula darahnya” tutupnya.
Sumber :
, Pengaruh Collaborative Care System (CCS) terhadap Kadar Glukosa Darah Pasien Rawat Jalan dengan Penyakit Diabetes Melitus Tipe 2. Volume 5, No. 1 (2016).Majalah Farmasetika - Pedagang Besar Farmasi (PBF) adalah perusahaan yang memiliki izin untuk menyediakan, menyimpan,…
Majalah Farmasetika - Produk farmasi, seperti obat-obatan, memerlukan stabilitas tinggi untuk menjaga efektivitas dan kualitasnya…
Majalah Farmasetika - Dalam dunia perdagangan obat, surat pesanan memiliki peran yang sangat penting. Di…
Majalah Farmasetika - Di fasilitas distribusi farmasi, memastikan obat-obatan dan alat kesehatan tetap berkualitas sepanjang…
Majalah Farmasetika - Studi kohort yang baru-baru ini diterbitkan dalam Annals of Medicine Journal menetapkan…
Jakarta - BPOM resmi mengumumkan penarikan produk pangan olahan impor latiao asal Tiongkok penyebab keracunan.…