Edukasi

Kolaborasi Dokter, Apoteker, dan Perawat Turunkan Kadar Glukosa Darah Penderita Diabetes

farmasetika.com – Sebuah penelitian terbaru yang dilakukan terhadap para penderita Diabetes Melitus (DM) Tipe 2 di Puskesmas dan Balai Pengobatan Fakfak, Papua Barat menunjukkan sistem perawatan kolaborasi tenaga kesehatan (Collaborative Care System/CCS) termasuk didalamnya tenaga profesional dokter, apoteker, dan perawat mampu membantu menurunkan kadar glukosa darah sewaktu.

Apa itu Collaborative Care System/CCS?

Collaborative Care System/CCS atau perawatan kolaboratif adalah sistem intervensi pada tingkat pelayanan kesehatan yang menggunakan manajemen kasus untuk menghubungkan penyedia perawatan primer dengan pasien.

Bentuk perawatan kolaboratif adalah dengan menggabungkan tiga kepedulian tenaga profesional kesehatan, yaitu perawatan medis (medical care), pelayanan farmasi (pharmaceutical care), dan perawatan perawat (nurses care).

Dengan adanya perpaduan tiga layanan ini diharapkan satu sama lain mampu bekerja sama mencapai tujuan dalam pengelolaan pasien dengan menekankan tanggung jawab bersama dalam pengelolaan perawatan pasien.

Proses pengambilan keputusan bilateral yang berdasarkan pendidikan dan kemampuan praktisi, sehingga profesional kesehatan (dokter, perawat dan apoteker) dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sesuai dengan standar kompetensi masing-masing profesi dan menghindari konflik kesehatan personil dalam pengelolaan pasien.

Hasil penelitian menunjukkan perawatan kolaborasi efektif menurunkan kadar gula darah

Penelitian yang telah dipublikasikan di Jurnal Farmasi Klinik Indonesia (Indonesian Journal of Clinical Pharmacy) oleh Nuryati Kuman dan Bangunawati Rahajeng dari Sekolah Farmasi, Universitas Muhammadiyah, Yogyakarta, memiliki tujuan untuk mengetahui pengaruh sistem collaborative care pada kadar glukosa darah pasien diabetes mellitus tipe 2.

Data diperoleh dengan mengukur kadar glukosa darah sewaktu pada pasien dengan diabetes mellitus tipe 2. Sampel terdiri dari 66 pasien diabetes dibagi menjadi 2 kelompok : 35 pasien pada kelompok intervensi di Puskesmas Fakfak dan 31 pasien dalam kelompok kontrol di Balai Pengobatan Misi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem collaborative care pada kelompok intervensi yang dilakukan selama 1 bulan menunjukkan kadar glukosa darah sewaktu rata-rata sebelum SCC adalah 276,11 mg/dL dan setelah CCS adalah 222,43 mg/dL.

Pada kelompok kontrol sebelum CCS adalah 217,32 mg/dL dan setelah SCC adalah 266,45 mg/dL. Hasil uji statistik menunjukkan perbedaan yang signifikan (p<0,05) antara kadar glukosa darah sewaktu sebelum dan sesudah CCS pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Sistem collaborative care memengaruhi penurunan kadar glukosa darah acak pada pasien dengan DM tipe 2.

“Sistem CCS pada kelompok intervensi dapat menurunkan gula darah sewaktu yang disebabkan DM Tipe 2. Keberhasilan ini bukan hanya melibatkan dokter dan pasien atau keluarga pasien tetapi juga apoteker, perawat, ahli giji dan tenaga kesehatan lainnya dengan melaksanakan penatalaksaan terkait 5 pilar, yakni edukasi, pengaturan diet, olahraga, dan kepatuhan minum obat, serta pemantauan kadar glukosa darah secara rutin” ujar Bangunawati Rahajeng kepada farmasetika.com (4/12/16).

“Berdasarkan hasil dari penelitian ini, kami sarankan 5 pilar tersebut menjadi suatu sistem penatalaksanaan DM, ada baiknya pemerintah atau lembaga-lembaga terkait melakukan inisiasi pembentukan grup yang beranggotakan minimal dokter, apoteker, perawat untuk melakukan CCS pada pasien DM, sehingga 5 pilar bisa dilakukan secara optimal dan pasien DM dapat terkontrol kadar gula darahnya” tutupnya.

Sumber :

Nuryati Kuman, Bangunawati Rahajeng. Pengaruh Collaborative Care System (CCS) terhadap Kadar Glukosa Darah Pasien Rawat Jalan dengan Penyakit Diabetes Melitus Tipe 2. Volume 5, No. 1 (2016). 10.15416/ijcp.2016.5.1.11.

farmasetika.com

Farmasetika.com (ISSN : 2528-0031) merupakan situs yang berisi informasi farmasi terkini berbasis ilmiah dan praktis dalam bentuk Majalah Farmasetika. Di situs ini merupakan edisi majalah populer. Sign Up untuk bergabung di komunitas farmasetika.com. Download aplikasi Android Majalah Farmasetika, Caping, atau Baca di smartphone, Ikuti twitter, instagram dan facebook kami. Terimakasih telah ikut bersama memajukan bidang farmasi di Indonesia.

Share
Published by
farmasetika.com

Recent Posts

Sistem Penghantaran Obat Terkontrol untuk Mengatasi Tingkat Kepatuhan Pasien

Majalah Farmasetika – Salah satu penyebab gagalnya terapi pengobatan pada pasien adalah tingkat kepatuhan yang…

2 hari ago

Liposom sebagai Penghantaran Obat Tertarget untuk Terapi Kanker

Majalah Farmasetika - Metode utama dalam pengobatan kanker meliputi pembedahan, radioterapi, kemoterapi, dan imunoterapi. Namun…

2 hari ago

Pentingnya CAPA dalam Menjaga Mutu Produk pada Distribusi Farmasi

Majalah Farmasetika - Distribusi farmasi merupakan salah satu tahapan kritis dalam rantai pasok obat, dimana…

2 minggu ago

Tablet Coating : Tak Sekadar Estetika, Namun Penjaga Stabilitas Juga

Majalah Farmasetika – Pada industri farmasi, serangkaian proses pembuatan obat dilakukan dengan tetap memperhatikan mutu…

3 minggu ago

Suplemen Kolagen Viral Byoote vs Coolvita vs Noera, Mitos atau Fakta : Benarkah Sampai ke Kulit?

Majalah Farmasetika - Fenomena kolagen minum tak terbantahkan. Tapi, sebagai farmasetika, kita harus bertanya: Bagaimana…

3 minggu ago

Alasan Obat Jerawat Benzolac (BPO) Bisa Bikin Sunscreen Azarine (Avobenzone) Gagal Melindungi?

Majalah Farmasetika - Banyak pejuang jerawat tidak sadar. Menggabungkan Benzoyl Peroxide dengan filter sunscreen yang…

3 minggu ago