Categories: Edukasi

Sistem Suspensi Flokulasi Memiliki Peran dalam Mempengaruhi Efek Terapi Obat

farmasetika.com – Dalam dunia kesehatan khususnya farmasi, mendengar kata suspensi mungkin sudah tidak asing lagi. Nah, bagaimana dengan masyarakat yang belum mengetahuinya ?? kebanyakan masyarakat hanya mengetahui obat oral hanya dalam bentuk sediaan tablet, kapsul atau sirup. Umunya untuk sediaan obat cair, menyebutnya dengan sirup, padahal sediaan sirup itu bermacam-macam bentuknya ada suspensi, emulsi, eliksir dan lain sebagainya.

Apakah sediaan suspensi itu ?

Suspensi adalah sediaan yang mengandung bahan obat padat dalam bentuk halus dan tidak larut, terdispersi dalam cairan pembawa. Zat padat yang terdispersi tersebut dapat memisah secara perlahan-lahan namun dapat segera terdispersi (tercampur) kembali dengan mudah. Berbeda dengan larutan yang semua zat aktifnya terlarut, suspensi cenderung membentuk endapan sehingga diperlukan penggojogan/pengocokan sebelum digunakan.Pengocokan ini erat kaitannya dengan homogenitas dosis yang digunakan setiap dikonsumsinya yang otomatis berpengaruh terhadap efek terapinya.

Dalam suspensi, terdapat dua fase yaitu fase internal (fase terdispersi) dan fase eksternal (fase dispersi). Fase internal terdiri atas partikel padatan yang tidak larut dengan range ukuran tertentu (untuk menjamin homogenitasnya) yang terdispersi dalam fase eksternal dengan bantuan suatu suspending agent tertentu (tunggal maupun kombinasi). Sedangkan fase eksternal pada umumnya merupakan fase air tetapi dapat juga berupa fase organik atau cairan berminyak untuk pemakaian non oral.2

Apa itu sistem suspensi flokulasi ?

Partikel sistem flokulasi berbentuk agregat yang dapat mempercepat terjadinya sedimentasi. Hal ini disebabkan karena setiap unit partikel dibentuk oleh kelompok partikel sehingga ukurann agregat relatif besar.2

Karakteristik sistem suspensi flokulasi dan pengaruhnya terhadap obat2,3 : 

  1. Bentuk partikel yang terdispersi

Dalam sistem suspensi flokulasi maka partikel obat terdispersi dalam bentuk agregat (kelompok).

  1. Laju pengendapan

Sistem suspensi flokulasi memiliki laju pengendapan yang cepat, hal ini disebabkan karena partikel terdispersi pada sistem flokulasi itu berkumpul.

  1. Waktu terbentuknya endapan

Dengan memiliki laju pengendapan yang cepat maka terbentuknya endapan pada sistem suspensi flokulasi akan lebih cepat. Terbentuknya endapan tentu menjadikan zat aktif tidak terdispersi secara merata (tidak homogen) sehingga bisa mempengaruhi keseragaman dosis tipa pengambilan. Maka dari itulah sediaan suspensi selalu diberi peringatan untuk dikocok terlebih dahulu sebelum digunakan.

  1. Konsistensi endapan

Sistem suspensi flokulasi mengendap dalam bentuk agregat (kelompok) sehingga endapan yang terbentuk kurang rapat (berongga). Rongga inilah yang kemudian dimasuki oleh fase cair sehingga ketika sediaan suspensi dikocok maka akan lebih mudah didispersikan(tercampurkan) kembali.

  1. Penampilan suspensi

Dengan partikel terdispersi yang berkelompok (agregat) maka jelas bahwa suspensi flokulasi akan membentuk rongga diantara partikel yang terdispersi sehingga fase cair bisa memenuhi rongga tersebut dan tampilan suspensi flokulasi terlihat lebih cair.

Perlu diketahui bahwa, sistem suspensi flokulasi bukan merupakan bentuk ketidakstabilan suspesi ataupun keuntungan dan kerugiannya. Sistem suspensi flokulasi memiliki tujuan yaitu dimana karakteristik yang berkelompok sehingga sistem flokulasi lebih cocok untuk suspensi oral yang diinginkan untuk diabsorbsi ke sirkulasi sistemik.

Contoh sediaan suspensi terflokulasi yang dapat kita temui dalam kehidupan sehari-hari yaitu jamu dan antibiotik (serbuk yang dilarutkan dengan penambahan air).

Sumber :

  1. Ditjen POM ( 1979). Farmakope Indonesia. Edisi III. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Hal. 32
  2. Ansel, C.H. (1989). Bentuk Sediaan Farmasi. Penerjemah: Farida Ibrahim. Edisi IV. Penerbit UI Press. Jakarta: Hal. 354-362
  3. Lachman, L., Liebermann, H.A., dan. Kanig, J.I. (1994). Teori and Praktek Farmasi Industri II. Edisi III. Jakarta: UI Press. Hal. 996,1001
Elasari Dwi Pratiwi

Mahasiswa Magister Ilmu Farmasi, Wound Healing Research Group, Departemen Farmasetika dan Teknologi Farmasi, Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran.

Share
Published by
Elasari Dwi Pratiwi

Recent Posts

Konsumsi Vitamin B12 Kadar Tinggi untuk Mencegah dan Menangani Pankreatitis Akut

Majalah Farmasetika - Sejumlah peneliti menilai peran vitamin B12 dalam pencegahan dan mitigasi pankreatitis akut…

6 hari ago

Potensi Teknologi Mikroenkapsulasi dalam Pengembangan Obat Herbal di Indonesia

Majalah Farmasetika – Mikroenkapsulasi adalah salah satu teknologi yang digunakan dalam sistem penghantaran obat. Mikroenkapsulasi…

6 hari ago

Sistem Penghantaran Obat Terkontrol untuk Mengatasi Tingkat Kepatuhan Pasien

Majalah Farmasetika – Salah satu penyebab gagalnya terapi pengobatan pada pasien adalah tingkat kepatuhan yang…

1 minggu ago

Liposom sebagai Penghantaran Obat Tertarget untuk Terapi Kanker

Majalah Farmasetika - Metode utama dalam pengobatan kanker meliputi pembedahan, radioterapi, kemoterapi, dan imunoterapi. Namun…

1 minggu ago

Pentingnya CAPA dalam Menjaga Mutu Produk pada Distribusi Farmasi

Majalah Farmasetika - Distribusi farmasi merupakan salah satu tahapan kritis dalam rantai pasok obat, dimana…

3 minggu ago

Tablet Coating : Tak Sekadar Estetika, Namun Penjaga Stabilitas Juga

Majalah Farmasetika – Pada industri farmasi, serangkaian proses pembuatan obat dilakukan dengan tetap memperhatikan mutu…

4 minggu ago