Farmasetika.com – Tingkat polusi di udara secara konstan mengalami peningkatan diseluruh dunia. Data WHO pada tahun 2016 menunjukan bahwa lebih dari 3 juta orang setiap tahun meninggal akibat polusi, serta sekitar 90% orang hidup di area yang tidak sesuai dengan guideline kualitas udara WHO.
Sumber utama polusi berasal dari partikel-partikel, polycyclic aromatic hydrocarbon (PAHs), Volatile organic compound (VOC), nitogen dan sulfur oxide, kabon monoksida, ozon, dan logam berat. Umumnya polusi bersumber dari industri dan buangan kendaraan bermontor. Selain itu, kualitas udara di dalam ruangan juga menjadi faktor penting. Polusi didalam ruangan bisa berasal dari paparan karbon monoksida, nitrogen dioxide, atau senyawa VOC yang berasal dari asap rokok, cat tembok, dan pengharum ruangan(1).
Polutan di lingkungan telah diketahui mempunyai dampak negatif pada kesehatan manusia. Paparan polutan yang berlebihan dapat menyebabkan banyak masalah kesehatan meliputi penyakit jantung dan paru-paru serta, peningkatan resiko infeksi bakteri dan virus. Kontaminasi lingkungan juga menyebabkan dampak negatif terhadap kulit diantaranya, penuaan pada kulit, pigmentasi kulit, dan jerawat. Paparan polusi juga menjadi isu serius meliputi dermatitis atopik, psoriasis, dan bahkan kanker kulit. Polutan juga dapat melemahkan fungsi pertahanan kulit dan penetrasinya ke dalam kulit menyebabkan toksisitas sistemik pada organ tubuh lain(1). Oleh karena itu, muncul produk-produk kosmetik antipolusi yang berfungsi melindungi kulit dari dampak negatif polutan serta membantu mengembalikan fungsi pertahanan kulit(1).
Dalam dua tahun terakhir perkembangan kosmetik anti-polusi sedang menjadi trend di beberapa negara, khususnya negara asia yang memiliki tingkat polusi udara tinggi misalnya negara shanghai dan beijing di china, new delhi dan bangalore di india. Meskipun negara bagian eropa dan amerika utara memiliki tingkat polusi yang lebih rendah namun, akhir-akhir ini tingkat polusi yang melintasi benua afrika meningkat secara signifikan. Sehingga, kosmetik antipolusi berkembang tidak hanya di wilayah asia pasifik tapi juga berkembang di negara barat(2).
Faktor-faktor yang menyebabkan peningatan trend kosmetik antipolusi diantaranya :
Polusi mempunyai dampak besar pada sel-sel kulit. Adanya paparan polutan akibat kontaminasi lingkungan akan meningkatkan produksi reactive axygen species (ROS) yang akan mengurangi jumlah antioksidan di kulit, hal ini akan menganggu keseimbangan redox dan menyebabkan stress pada sel-sel kulit. Beberapa polutan juga berpenetrasi melalui stratum korneum menuju lapisan kulit yang lebih dalam. Polutan yang berpenetrasi tersebut bekerja sebagai ligan untuk Aryl hydrocarbon receptor (AhR) yang akan menginduksi reaksi inflamasi di kulit, meningkatnya produksi sitokin-sitokin proinflamasi seperti interleukin 1β atau interleukin 8, yang menghasilkan lesi pada kulit memperburuk penampilan kulit(1).
Menurut beberapa penelitian, polusi dapat merusak pertahanan kulit, menyebabkan penurunan kadar vitamin E dan squalene, rusaknya kolagen dan elastin yang akan memperburuk kerusakan kulit seperti kulit kering, hiperpigmentasi, penuaan, sekresi sebum berlebih, inflamasi dan kulit sensitif, eczema, dan atopic dermatitis. Pembentukan noda hitam di wajah yang juga disebabkan karena peningkatan polusi udara kendaraan(2).
Polutan menginduksi stress oksidative, produksi ROS, dan sekresi sitokin-sitokin pro-inflamasi, menghasilkan peroxidasi lipid dan kerusakan DNA. Selanjutnya, meningkatkan matrix metallo proteinases (MMPs)-1,-2, dan -9, yang merusak kolagen(2).
Beberapa zat aktif dapat digunakan sebagai bahan antipolutan di beberapa produk kosmetika, bahan aktif tersebut digolongkan berdasarkan mekanisme aksinya. Secara umum produk kosmetik antipolusi memiliki desain atau tujuan penggunaan yaitu(2) :
Secara umum formulasi kosmetik antipollutan dikembangkan dengan menggabungkan beberapa bahan aktif dengan mekanisme aksi yang berbeda. Zat aktif yang digunakan dibedakan menjadi beberapa golongan diantaranya(2) :
Langkah awal untuk melindungi bahaya pollutan yaitu mencegah dan menghilangkan deposisi dan penetrasi partikel pollutan pada kulit(2).
Polusi dapat merusak dan melemahkan lapisan pelindung alami kulit yang menyebabkan peningkatan penetrasi pollutan lebih tinggi dan dalam pada lapisan kulit, hal ini akan mempengaruhi integritas struktur kulit, meningkatkan TEWL, dan berkurangnya kelembaban kulit(2)
pollutan lingkungan dapat menginduksi oksidatif stress dan produksi ROS, hal ini dapat merusak protein sel, DNA, dan membran sel sehingga menyebabkan wrinkles atau kerutan wajah dan kulit kering. Penggunaan senyawa aktif yang mengandung antioksidan dan metal chelating agent dalam formula kosmetik dapat meningkatkan mekanisme zat aktif lain sebagai anipolusi.
4. Mencegah degradasi kollagen/ Elastin
Polusi diketahui dapat merusak struktur protein seperti kollagen dan elastin. Zat aktif yang dapat mencegah degradasi kollagen dan elastin dapat meningkatkan efikasi produk antipolusi.
Polusi mempengaruhi sintesis melanin dan dapat menghasilkan bekas kehitaman di wajah (dark spot). Zat aktif yang meregulasi jalur sintesis melanin dapat mencegah efek polusi di lingkungan.
Pollutan dapat menginduksi sekresi sitokin-sitokin pro-inflamatory seperti TNF-α, IL-1α, dan IL-8 yang akan meningkatkan inflamasi kulit, kemerahan dan penuaan kulit. Penggunaan anti-inflamasi pada formula anti polusi akan mengurangi efek buruk akibat polusi.
Polusi di lingkungan mempunyai dampak negatif pada kesehatan manusia. Selain itu, juga menyebabkan dampak negatif terhadap kulit diantaranya, penuaan kulit, pigmentasi kulit, dan jerawat. Paparan polusi juga menjadi isu serius meliputi dermatitis atopik, psoriasis, dan bahkan kanker kulit. Adanya paparan polutan akibat kontaminasi lingkungan akan meningkatkan produksi reactive axygen species (ROS), aktivasi Aryl hydrocarbon receptor (AhR), dan menginduksi respon inflamasi. Beberapa zat aktif dapat digunakan sebagai bahan antipolusi dan bekerja melalui beberapa cara diantaranya, Membersihkan kulit dan pembentukan lapisan film, Memperkuat lapisan pelindung kulit dan meningkatkan kelembaban, Meningkatkan kandungan Antioksidan, Mencegah degradasi kollagen/ Elastin, Kontrol pigmentasi, dan Mengurangi Inflamasi.
Daftar Pustaka
Majalah Farmasetika - Kementerian Kesehatan Republik Indonesia resmi mengesahkan Susunan Organisasi Kolegium Farmasi periode 2024-2028 melalui Keputusan…
Majalah Farmasetika - Yogyakarta, 5 Desember 2024 – Upaya untuk memperkokoh eksistensi dan profesionalisme tenaga…
Majalah Farmasetika - Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI Komisi III, Muhammad Rofiqi, menyampaikan klarifikasi…
Majalah Farmasetika - Metformin, salah satu obat diabetes paling populer di dunia, telah lama dikenal…
Majalah Farmasetika - Anggota Komisi III DPR RI Dapil 1 Kalimantan Selatan, dan juga Ketua…
Majalah Farmasetika - Pedagang Besar Farmasi (PBF) adalah perusahaan yang memiliki izin untuk menyediakan, menyimpan,…