Categories: Edukasi

Konseling Obat : Pelayanan dari Apoteker untuk Masyarakat

Farmasetika.com – Saat ini, pelayanan kefarmasian telah mengalami pergeseran dari orientasi terhadap produk menjadi orientasi terhadap pasien. Bersamaan dengan hal tersebut, tuntutan masyarakat akan pelayanan kefarmasian yang bermutu, permasalahan terkait penggunaan obat, dan permasalahan terkait farmakososio-ekonomi semakin meningkat sehingga apoteker berperan penting dalam mengatasi permasalahan tersebut.

Sesuai dengan PerMenKes No. 73 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di apotek, salah satu upaya apoteker dalam membantu masyarakat dalam menyelesaikan masalah terkait kesehatan dan pengobatannya serta dalam meningkatkan mutu kehidupan pasien adalah memberikan konseling terkait penggunaan obat yang benar.

Apa itu konseling?

Konseling merupakan proses interaktif antara Apoteker dengan pasien/keluarga untuk meningkatkan pengetahuan, pemahaman, kesadaran dan kepatuhan sehingga terjadi perubahan perilaku dalam penggunaan obat dan menyelesaikan masalah yang dihadapi pasien.

Tujuan Konseling

  • Membangun hubungan kepercayaan dengan pasien
  • Menunjukkan perhatian dan kepedulian kepada pasien
  • Membantu pasien mengatur dan beradaptasi dengan penyakit dan obatnya
  • Membantu pasien menggunakan obat dengan benar
  • Meningkatkan kemampuan pasien untuk menyelesaikan masalah kesehatannya
  • Mencegah atau mengurangi masalah berkaitan dengan efek samping, reaksi obat yang merugikan, dan ketidakpatuhan

Siapakah yang perlu diberikan konseling?

  1. Pasien kondisi khusus (pediatri, geriatri, gangguan fungsi hati dan/atau ginjal, ibu hamil dan menyusui)
  2. Pasien dengan terapi jangka panjang/penyakit kronis (misalnya: DM, AIDS, TB, epilepsi)
  3. Pasien yang menggunakan obat dengan instruksi khusus
  4. Pasien yang menggunakan obat dengan indeks terapi sempit
  5. Pasien dengan polifarmasi
  6. Pasien dengan tingkat kepatuhan rendah

Tahapan konseling

Tahapan konseling kepada pasien bervariasi sesuai dengan kebijakan dan prosedur sistem kesehatan, lingkungan, dan aturan praktik. Umumnya, langkah-langkah konseling sebagai berikut:

  1. Bangun rasa percaya dalam membuat hubungan dengan pasien. Perkenalkan diri Anda sebagai seorang apoteker, menjelaskan tujuan dan estimasi waktu dari sesi konseling, dan dapatkan persetujuan pasien untuk berpartisipasi, serta tentukan bahasa lisan utama pasien.
  2. Kaji pengetahuan dan sikap pasien tentang penyakit dan obatnya serta kemampuan fisik dan mental untuk menggunakan obat dengan tepat. Tanyakan pertanyaan terbuka tentang tujuan masing-masing obat dan hasil yang diharapkan, dan minta pasien untuk menjelaskan/menunjukkan bagaimana dia akan menggunakan obat.
  3. Gunakan demonstrasi untuk mengisi gap antara pengetahuan dan pemahaman pasien. Menunjukkan bentuk, warna, tanda dosis, dll. dari obat yang digunakan serta mendemonstrasikan alat khusus seperti inhaler hidung dan mulut. Sebagai tambahan, sediakan handout tertulis untuk membantu pasien mengingat informasi. Jika seorang pasien mengalami masalah dengan obatnya, kumpulkan data dan kaji masalahnya lalu sesuaikan regimen farmakoterapi sesuai dengan protokol atau memberitahukan dokter pembuat resep.
  4. Verifikasi pengetahuan dan pemahaman pasien tentang penggunaan obat-obatan. Minta pasien untuk menjelaskan bagaimana mereka akan menggunakan obat mereka dan mengidentifikasi efeknya.

Tempat konseling

Ruang konseling sekurang-kurangnya memiliki satu set meja dan kursi konseling, lemari buku, buku-buku referensi, poster, leaflet, alat bantu konseling, formulir catatan pengobatan pasien dan buku catatan konseling.

Referensi:

https://www.ashp.org/-/media/assets/policy-guidelines/docs/guidelines/pharmacist-conducted-patient-education-counseling.ashx

Menkes RI. 2016. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 73 Tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek. Jakarta: Kemenkes.

Rantucci, M. 2006. Pharmacists Talking With Their Patients: A Guide to Patient Counseling. 2nd Edition. Baltimore, MD: Lippincott Williams and Wilkins.

Rania Adrieza

Mahasiswi profesi apoteker Universitas Padjadjaran angkatan 2018/1019

Share
Published by
Rania Adrieza

Recent Posts

Peran Penting Apoteker dalam Menjamin Distribusi Aman Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi (NPP)

Majalah Farmasetika - Pedagang Besar Farmasi (PBF) adalah perusahaan yang memiliki izin untuk menyediakan, menyimpan,…

7 hari ago

Mengapa Pemetaan Suhu Penting di Gudang Farmasi? Kenali 7 Manfaat Utamanya

Majalah Farmasetika - Produk farmasi, seperti obat-obatan, memerlukan stabilitas tinggi untuk menjaga efektivitas dan kualitasnya…

7 hari ago

Pentingnya Surat Pesanan di Pedagang Besar Farmasi (PBF)

Majalah Farmasetika - Dalam dunia perdagangan obat, surat pesanan memiliki peran yang sangat penting. Di…

7 hari ago

Peran Penting Apoteker dalam Pelatihan Penerapan CDOB dan CDAKB di PBF

Majalah Farmasetika - Di fasilitas distribusi farmasi, memastikan obat-obatan dan alat kesehatan tetap berkualitas sepanjang…

7 hari ago

Hubungan Signifikan Antara Insomnia dan Kekambuhan Atrial Fibrilasi Jangka Panjang Setelah Ablasi Radiofrekuensi

Majalah Farmasetika - Studi kohort yang baru-baru ini diterbitkan dalam Annals of Medicine Journal menetapkan…

2 minggu ago

BPOM Perintahkan Tarik Latiao Tercemar Bakteri Penyebab Keracunan

Jakarta - BPOM resmi mengumumkan penarikan produk pangan olahan impor latiao asal Tiongkok penyebab keracunan.…

2 minggu ago