Farmasetika.com – Vasopressin biasanya digunakan untuk mengobati diabetes insipidus, yang disebabkan karena kurangnya hormon hipofisis alami dalam tubuh.
Vasopressin juga digunakan untuk mengobati atau mencegah kondisi perut tertentu setelah operasi atau saat X-Ray bagian perut.
Vasopressin sendiri merupakan hormon yang ada di dalam tubuh manusia yang sering juga disebut “hormon anti diuretik” yang biasanya dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis.
Vasopressin ini bekerja di pembuluh darah dan ginjal. Vasopressin bekerja mencegah hilangnya cairan dari tubuh dengan menurunkan pengeluaran urin dan membantu ginjal menyerap air ke dalam tubuh.
Vasopressin juga meningkatkan tekanan darah dengan menyempitkan pembuluh darah. Selain itu, Vasopressin juga direkomendasikan untuk penatalaksanaan syok septik yang tahan terhadap fluid challenge dan norepinefrin.
Namun harus tetap diperhatikan, Vasopressin bisa menimbulkan efek samping sementara seperti mual, nyeri perut atau pun kulit memucat. Untuk membantu meringankan efek samping tersebut bisa dibantu dengan meminum 1 atau 2 gelas air putih setelah menerima suntikan Vasopressin.
Adapun efek samping yang lebih serius yaitu :
Jika setelah menerima suntikan Vasopressin dirasakan gejala seperti di atas, maka sesegera mungkin menghubungi dokter.
Dikarenakan akhir akhir ini harga Vasopressin yang melambung tinggi dan juga efeknya yang dirasa kurang bisa menurunkan angka kematian pasien, Vanderbilt University Medical Center menganalisis pengaruh pada penggunaan Vasopressin saat sebelum dan sesudah penerapan protokol penggunaan obat tersebut pada Unit Perawatan Intensif.
Tujuan dari dilakukan penelitian tersebut adalah untuk mengkarakterisasi penggunaan vasopressin dan juga untuk mengevaluasi kepatuhan tenaga medis terhadap protocol tersebut.
Dalam jangka waktu 11 bulan penelitian ini didapat hasil saat sebelum ada penerapan protocol ini dari 1788 pasien yang diterima hanya 144 pasien yang diberikan vasopressin atau sebesar 8%, sedangkan setelah adanya penerapan protocol, dari 1845 pasien yang diterima, hanya 119 pasien yang diberikan vasopressin atau sebanyak 6%.
Untuk total durasi infus vasopressin selama rawat inap pada saat sebelum dan sesudah penerapan protocol tidak jauh berbeda yaitu berkurang 2 jam dari total awal 20 jam, dengan p = 0.526. Lalu setelah implementasi, terdapat pelanggaran protol pada 59 pasien, namun sebanyak 59% dari pasien tersebut terkait dengan insiasi vasopressin di ruang operasi. Sedangkan pada 32 pasien lain dilakukan pelanggaran terkait Surgical Intensif Care Unit dengan jenis paling umum adalah pengentian norepinefrin sebelum vasopressin.
Dengan adanya penerapan protocol penggunaan Vasopressin dalam Unit Pelayanan Intensif menghasilkan penggunaan vasopressin yang lebih selektif dan berkurang dari sebelumnya dengan durasi infus yang hampir sama ketika digunakan dengan kepatuhan pada protocol hampir 75%.
Sumber :
Smith, E.S., dan Rumbaugh, K.A. 2019. Utilization of Vasopressin Before and After Protocol Implementation in a Surgical Intensive Care Unit. Tersedia online di https://accpjournals.onlinelibrary.wiley.com/doi/epdf/10.1002/jac5.1080. [Diakses pada 29 Januari 2019].
Majalah Farmasetika - PT Kimia Farma (Persero) Tbk, perusahaan farmasi terkemuka di Indonesia, saat ini…
Majalah Farmasetika - Tinjauan mengenai persyaratan bagi apotek yang mempertimbangkan untuk memesan senyawa dari fasilitas…
Majalah Farmasetika - Setelah sebelumnya disetujui pada Juni 2023 dalam proses Accelerated Approval, FDA telah…
Majalah Farmasetika - Persetujuan ini menandai antibodi bispesifik pengikat sel T pertama dan satu-satunya yang…
Majalah Farmasetika - Pengajuan lisensi biologis (BLA) untuk patritumab deruxtecan menerima surat tanggapan lengkap karena…
Majalah Farmasetika - Setelah lebih dari 2 dekade, produk inhalasi pertama dengan mekanisme aksi baru…