Farmasetika.com – Influenza merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus akut yang menyerang saluran penapasan. Virus ini dapat menular dan menyebar melalui udara dan kontak fisik. Jika tidak diobati, penyakit ini dapat memicu kekambuhan penyakit penderita seperti asma atau infeksi sekunder karena bakteri.
Komplikasi penyakit influenza lebih beresiko pada lansia, wanita hamil, balita / anak dibawah 5 tahun, pekerja medis, dan penderita penyakit tertentu yang memiliki daya tahan tubuh yang rendah.
Gejala influenza bisa berupa demam, meriang, nyeri tenggorokan, batuk, pilek, lemas, nyeri otot, dan sakit kepala.
Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) angka penyakit influenza mencapai 5 juta kasus per tahun dengan angka kematian mencapai 500.000 kasus. Angka kematian tertinggi terjadi pada anak di bawah usia 5 tahun. Salah satu cara untuk mencegah penularan virus penyebab flu adalah melakukan imunisasi dengan vaksin influenza.
Sepanjang tahun para peneliti di ratusan rumah sakit didunia mengumpulkan sampel dari pasien penderita influenza dan mengirimkannya ke ahli virologi terbaik dengan satu tujuan yaitu untuk merancang sebuah vaksin untuk musim flu berikutnya. Kenapa hal itu penting ?
Setiap manusia memiliki sistem kekebalan tubuh yang berbeda-beda. Hal ini yang menjadikan adanya perbedaan tubuh dalam merespon serangan virus.
Jika kamu termasuk orang yang “mudah” sakit terutama terserang flu, maka vaksinasi flu adalah hal yang penting untuk dilakukan. Setiap orang yang sudah berusia lebih dari 6 bulan dianjurkan untuk vaksinasi flu rutin satu kali dalam satu tahun.
Vaksin flu berguna untuk melindungi tubuh terhadap virus influenza tipe A dan tipe B.
Daftar Isi
o Mengenal tipe vaksin Influenza o Mengapa kita perlu vaksin baru setiap tahunnya? o Apa yang istimewa dari Flu ? o Mengapa ini menjadi masalah ? o Siapa saja yang tidak dianjurkan mendapatkan vaksin flu? |
Tipe vaksin influenza dua jenis, yaitu trivalent dan quadrivalent. Vaksin influenza trivalent merupakan vaksin dengan kandungan dua galur virus influenza A (H1N1 dan H3N2), serta satu galur virus influenza B. Sedangkan vaksin influenza jenis quadrivalent mengandung dua galur virus influenza A (H1N1 dan H3N2), serta dua galur virus influenza B.
Dosis standar trivalent (IIV3) yang diproduksi dengan menggunakan virus yang ditanam pada telur. Vaksin ini diberikan melalui prosedur suntikan, namun bisa juga dengan jet injector untuk orang dewasa berusia 18 hingga 64 tahun.
Dosis tinggi trivalent khusus yang dibuat dengan kandungan tambahan diperuntukkan bagi orang lanjut usia (lebih dari 65 tahun).
Suntikan quadrivalent mengandung virus yang tumbuh dalam kultur sel diperuntukkan bagi anak-anak berusia 4 tahun ke atas.
Suntikan quadrivalent intradermal (disuntikan ke dalam kulit menggunakan jarum yang lebih kecil), suntikan quadrivalent flu diberikan untuk beberapa kelompok usia tertentu. Vaksin influenza hidup tersedia dalam bentuk sediaan yang diberikan melalui semprotan di hidung, dan dapat diberikan pada orang sehat yang berusia 2 hingga 49 tahun.
Pemberian vaksin influenza, pada anak dan orang dewasa, sebaiknya dilakukan rutin setidaknya satu kali dalam setahun.
Hal ini karena jenis virus influenza mengalami perubahan dalam waktu yang sangat cepat. Oleh karena itu perlu untuk melakukan penyesuaian dengan cara “mengganti” jenis vaksin yang diberikan pada tubuh.
Efek imunitas atau perlindungan dari vaksin influenza hanya bertahan selama satu tahun di tubuh. Setelah lewat masa itu maka perlu untuk dilakukan vaksin ulang.
Di dalam vaksin influenza terdapat virus influenza yang telah dilemahkan. Hal ini membuat virus tak akan lagi mampu menyebabkan infeksi pada orang yang diserang.
Mengingat perkembangan virus yang terjadi sangat cepat, maka waktu pemberian vaksin influenza terbilang singkat dibanding jenis vaksin lain, contohnya adalah vaksin untuk penyakit gondongan dan rubella yang dapat melindungi seumur hidup cukup dengan 2x suntikan saat bayi.
Sebenarnya vaksin flu selalu diperbarui setiap enam bulan satu kali. Tujuannya adalah untuk melawan perkembangan dari virus influenza. Tentunya setiap versi baru dari vaksin memiliki tingkat perlindungan dan efektivitas yang semakin baik dan menyesuaikan jenis dari virus yang sedang menyerang.
Sayangnya, sejauh ini kesadaran masyarakat terhadap penyakit influenza masih tergolong rendah. Kebanyakan masih menganggap bahwa influenza adalah penyakit yang sama dengan pilek.
Padahal keduanya sama sekali berbeda, meski sering memiliki gejala yang hampir sama. Influenza merupakan jenis penyakit serius yang pada bisa membuat pengidapnya harus dirawat di rumah sakit, bahkan pada tingkat yang lebih parah, bisa menyebabkan kematian.
Maka vaksinasi secara teratur adalah cara paling ampuh untuk mengurangi penyebaran virus penyebab influenza. Selain itu, sebaiknya pemberian vaksin juga dibarengi dengan pola hidup yang sehat sehingga vaksin yang disuntikkan dapat bekerja dengan baik di dalam tubuh.
Ada 2 faktor yang membuat Flu menjadi target yang sulit :
Flu menyebar dengan mengubah sel-sel inangnya menjadi pabrik produksi virus.
Ketika virus ditelan oleh sel inang maka ia akan mengeluarkan materi genetiknya yang akan memasuki nukleus. Di sana, mesin sel yang biasanya menyalin gen-gen inang malah mulai memperbanyak gen-gen virus, dan menciptakan banyak salinan virus.
Virus-virus baru tersebut dibungkus ulang dan memenuhi sel hingga sel itu meledak dan menyebabkan virus influenza yang baru untuk menginfeksi sel-sel lainnya. Kebanyakan virus menggunakan cara ini untuk tetap berada pada sel.
Keistimewaan virus flu adalah material genetiknya bukanlah DNA tapi senyawa serupa yang bernama RNA. Virus-virus RNA dapat bermutasi jauh lebih cepat.
Ketika sel tubuh memperbanyak DNA, terdapat editor yang akan mengenali dan memperbaiki saat terjadi kesalahan, namun mekanisme RNA tidak memiliki editor alami ini, saat terjadi kesalahan, tidak ada perbaikan sehingga dihasilkan varian virus baru.
Sebab kerja vaksin tergantung pada proses pengenalan. Vaksin flu mengandung molekul yang disebut antigen, yang sama persis dengan molekul pada permukaan virus flu itu.
Tubuh mengenali fragmen molekul itu sebagai benda asing dan merespon dengan menghasilkan senyawa yang disebut antibodi, yang dirancang khusus supaya cocok dengan antigen tadi.
Ketika seseorang yang terkontaminasi diserang oleh virus asli, antibodi yang telah terprogram akan membantu sistem imun mengenali ancaman dan bergerak cepat untuk mencegah infeksi.
Antigen-antigen tersebut berbeda untuk setiap tipe influenza. Jika vaksinasi telah menyiapkan sistem imun untuk satu tipe influenza, tipe influenza yang lain bisa jadi lebih mampu menyelinap masuk. Bahkan pada tipe flu yang sama, mutasi genetik yang cepat dapat mengubah bentuk molekul permukaan virus menjadi begitu berbeda sampai antibodi kesulitan mengenalinya.
Hal ini membuat masalah semakin rumit, terkadang dua tipe virus flu bergabung menjadi virus yang benar-benar baru. Semua faktor ini menyebabkan vaksinasi penyakit flu bagaikan mencoba menembak sasaran yang terus bergerak dan berubah bentuk.
Itulah mengapa para peneliti terus menerus mengumpulkan data dan memeriksa seberapa banyak tipe virus itu bermutasi dibandingkan tahun sebelumnya.
Dua kali dalam setahun WHO mengumpulkan para ahli untuk meneliti data itu. Para ilmuwan menentukan tipe virus manakah yang akan dibuat vaksinnya untuk masa depan.
Dipilih 4 tipe virus untuk membuat vaksin qudrivalent yang dipakai saat ini. Meskipun virus flu bisa lolos dari vaksin, pada tahun-tahun terakhir prediksi para ahli hampir selalu benar.
Bahkan ketika tipe flu bermutasi lagi, vaksin biasanya cukup akurat sehingga jika seseorang yang tervaksinasi ternyata terserang flu, ia hanya akan mengalami sakit yang lebih ringan dan singkat daripada biasanya. Vaksinasi juga membantu melindungi orang lain didalam masyarakat yang mungkin secara medis tidak mampu menerima vaksin, yaitu dengan mencegah orang-orang disekitarnya tertular virus tersebut, dan inilah yang disebut kekebalan kelompok.
Vaksin flu tidak akan menyebabkan penyakit flu, karena vaksin flu mengandung virus yang tidak aktif / mati yang tidak mampu membuat seseorang sakit atau infeksi. Penyuntikan vaksin membuat terbentuknya antibodi dalam tubuh kira-kira dua minggu setelahnya.
Antibodi inilah yang akan melindungi tubuh dari infeksi yang disebabkan oleh virus yang digunakan dalam vaksin. Seseorang mungkin merasakan lelah dan nyeri setelah disuntik vaksin, namun itu adalah respon normal sistem kekebalan tubuh terhadap vaksin.
Adapun efek samping seperti rasa sakit di tempat suntikan, sakit kepala, dan demam ringan. Beberapa negara didunia memakai vaksin yang dihirup bukan disuntik yang mengandung vaksin hidup yang dilemahkan, namun vaksin ini beresiko pada seseorang dengan gangguan sistem imun.
Walaupun dapat mencegah tertular flu, tidak semua orang bisa mendapatkan vaksin influenza. Ada beberapa orang dengan kondisi tertentu tidak boleh mendapatkan vaksin. Sebab vaksin yang diberikan pada orang-orang tersebut bisa menimbulkan lebih banyak risiko dibanding manfaatnya, bahkan bisa mengancam jiwa.
Daftar orang-orang yang tidak boleh memperoleh vaksin influenza menurut Centers for Disease and Prevention (CDC), yaitu:
Bayi yang baru lahir memperoleh sistem kekebalan tubuh dari ibunya hingga beberapa minggu. Sebelum memasuki usia 6 bulan, respons imun pada tubuh bayi masih belum memenuhi syarat untuk diberikan vaksin flu. Bila vaksin flu diberikan, justru bisa menimbulkan masalah kesehatan tertentu. Meskipun vaksin terbuat dari virus yang sudah dilemahkan kemampuannya tetapi sistem kekebalan bayi di bawah 6 tahun belum kuat sama sekali, jadi tetap tidak bisa bertahan menghadapi virus yang ada di dalam vaksin flu.
Ketika sakit sistem kekebalan tubuh menjadi lebih lemah. Bila pada kondisi tersebut diberikan vaksin, sistem imun harus bekerja lebih berat melawan virus di tubuh sekaligus virus dari vaksin. Ini bisa menyebabkan gejala yang ditimbulkan setelah vaksinasi menjadi lebih parah. Jadi, pilihan amannya adalah mendapatkan vaksin setelah tubuh benar-benar pulih dari penyakit.
Awalnya Centers for Disease and Prevention (CDC) tidak merekomendasikan pemberian vaksin flu pada orang yang memiliki alergi telur.
Vaksin flu diketahui menyebabkan reaksi alergi pada orang dengan alergi telur.
Sebab vaksin yang diberikan melalui suntikan mengandung sedikit protein telur, yaitu ovalbumin. Ini dikhawatirkan akan menimbulkan gejala gatal dan bentol pada kulit.
Namun, terjadi perubahan terhadap aturan tersebut. Orang dengan alergi tetap bisa mendapatkan vaksin flu, namun dengan beberapa syarat, yaitu vaksin yang diberikan sesuai dengan kondisi, usia, dan tentunya berlisensi. Orang dengan alergi telur dianjurkan melakukan vaksinasi di rumah sakit, sebagai upaya perawatan tindak lanjut jika ada reaksi alergi parah yang terjadi, misalnya pembengkakan di tubuh, gangguan pernapasan, pusing, atau muntah berulang. Biasanya, pasien akan diamati reaksinya selama 30 menit setelah menerima vaksin flu.
Sindrom Guillain-Barré adalah gangguan autoimun langka yang menyebabkan sistem kekebalan menyerang sel-sel saraf yang sehat.
Kondisi ini menyebabkan kelemahan, mati rasa, kesemutan, bahkan kelumpuhan. Penyebab kondisi ini tidak diketahui, tetapi akan muncul ketika seorang dalam keadaan sakit, seperti flu atau infeksi paru-paru.
Penyakit ini tidak dapat disembuhkan, namun beberapa obat dapat mengurangi keparahan gejala dan memperpendek durasi penyakit.
Flu yang menjadi salah satu pemicu GBS membuat pemberian vaksin sangat diawasi. Sebab, pada kebanyakan orang yang memiliki riwayat penyakit GBS, komplikasi berat berisiko tinggi terjadi setelah vaksinasi.
Referensi
Associated Press- TED-Ed. “ Why do you need to get a flu shot every year?- Melvin Sanicas”.YouTube. YouTube, 20 April 2019. Web. 21 Mei 2019. <http://www.youtu.be/FZ_jNGKCIWs.com/watch
FluVaccine and People with Egg Allergies. https://www.cdc.gov/flu/protect/vaccine/egg-allergies.htm. Diakses pada 16 April 2019.
Influenza Vaccine Safety. http://www.nfid.org/about-vaccines/safety/influenza-vaccine-safety.html. Diakses pada 16 April 2019.
Who Should NOT Get Flu Shots. https://www.verywell.com/who-should-not-get-flu-shots-770429. Diakses pada 16 April 2019.
Are Flu Shots Safe for Patients With a History of Guillain-Barré Syndrome? http://www.patientcareonline.com/infection/are-flu-shots-safe-patients-history-guillain-barr-syndrome. Diakses pada 16 April 2019.
Guillain-Barré Syndrome. https://www.healthline.com/health/guillain-barre-syndrome. Diakses pada 16 April 2019.
Majalah Farmasetika - Kementerian Kesehatan Republik Indonesia resmi mengesahkan Susunan Organisasi Kolegium Farmasi periode 2024-2028 melalui Keputusan…
Majalah Farmasetika - Yogyakarta, 5 Desember 2024 – Upaya untuk memperkokoh eksistensi dan profesionalisme tenaga…
Majalah Farmasetika - Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI Komisi III, Muhammad Rofiqi, menyampaikan klarifikasi…
Majalah Farmasetika - Metformin, salah satu obat diabetes paling populer di dunia, telah lama dikenal…
Majalah Farmasetika - Anggota Komisi III DPR RI Dapil 1 Kalimantan Selatan, dan juga Ketua…
Majalah Farmasetika - Pedagang Besar Farmasi (PBF) adalah perusahaan yang memiliki izin untuk menyediakan, menyimpan,…