Farmasetika.com – Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah seperti, mineral. Dimana mineral dapat di eksporlasi, eksploitasi lalu di ekspor ke luar negeri dengan harga yang cukup murah.
Salah satunya adalah kopi Anomali, sedangkan Indonesia memiliki sumber daya alam yang sangat murah dan dalam jumlah yang sangat banyak, bahkan dapat membahayakan lingkungan sekitar.
Setelah sekian lama, Indonesia melakukan pembelian atau mengimpor kembali bahan yang dijual ke luar negeri dengan biaya yang sangat mahal (2, 3, 10, atau bisa jadi hingga 100 kali lipat lebih mahal dari harga bahan baku awal).
Di luar negeri telah memproses bahan baku yang dikirim oleh Indonesia untuk menjadi suatu produk yang lebih bernilai dengan menggunakan nanoteknologi, setelah itu dikirim kembali ke Indonesia sehingga Indonesia mendapatkan harga yang sangat mahal.
Nanoteknologi merupakan suatu proses rekayasa bahan dari sesuatu yang mungkin tidak memiliki nilai atau tidak memiliki manfaat yang tampak, dengan menggunakan nanoteknologi maka bahan tersebut menjadi bahan yang sangat bernilai dan produk memiliki harga yang sangat mahal.
Ini lah sebabnya, Indonesia dapat memanfaatkan sumber daya alam yang dimiliki dan direkayasa menggunakan nanoteknologi sehingga kita dapat menemukan cara baru untuk melihat dalam memanfaatkan sumber daya alam yang ada di Indonesia.
Nano adalah kependekan dari nanometer, dimana dengan ukuran sistem metrik yang berarti 1/ 10-9 atau 1 nanometer sama dengan 1 per semilyar meter.
Nah, sekarang bayangkan untuk 1 helai rambut lalu dibelah menjadi 7 kali. Untuk mendapatkan 1 nano, maka perlu membelah rambut sebanyak 50.000 kali. Jadi jika kita asumsikan metrik ini sama dengan skala bumi ( dalam satuan meter), maka nano akan sebesar bola pingpong (dalam satuan nanometer).
Sebenarnya bahan baku yang digunakan adalah sama, misalnya adalah batu grafit dan batu intan. Tapi mengapa yang satu sangat mahal dan yang lainnya lebih murah?
Ternyata setelah diamati pada ukuran batu grafit memiliki struktur 0,6 hingga 2 nano, namun pada batu intan berbeda yaitu lebih keras. Jadi batu intan memiliki sifat yang keras, bagus dan bekilau tetapi tidak menghantarkan listrik. Sedangkan batu grafit dapat menghantarkan listrik.
Baru-baru ini, seorang peneliti telah menemukan bahan baku yang sama yaitu adalah karbon nano tube yang memiliki kekuatan 250 kali lebih besar dari baja dan dapat menghantarkan listrik. Lalu ada pula penemuan lain dari bahan baku yang sama yaitu karbon fluorence. Dimana satu karbon memiliki bermacam-macam bentuk dengan bahan baku yang sama tetapi memiliki bentuk dan struktur yang berbeda. Nah, sekarang dapat kita ketahui emas memiliki warna kuning tetapi jika dalam level nano maka warna akan berubah menjadi merah.
Nah, ini lah yang dimaksud dengan perspektif baru, yaitu adanya pandangan-pandangan baru untuk melihat teknologi. Jika dalam konteks manusia dan hal lain di dunia ini, masing-masing dibentuk oleh ukuran nano. Pada manusia tersusun dari oksigen, nitrogen, dan hidrogen sebesar 2 nanometer dan dalam bentuk DNA, hal ini menjadi penyusun utama pada manusia dan jumlahnya ribuan maupun hingga jutaan. Setiap manusia memiliki tingkat nano (penyusun) yang berbeda. Namun tidak hanya manusia tetapi juga seluruh benda mati, semuanya berbeda ketika dimasukkan ke dalam konteks nano, dan karakternya pun akan berbeda.
Nah, fenomena nano di alam contohnya saja adalah tokek atau cicak yang dapat berlari di langit-langit tanpa jatuh, hal tersebut karena mereka memiliki spatula nano. Ada pula kunang-kunang yang membawa generator listrik dan menyala sepanjang malam, ataupun bunglon yang dapat mengubah warna sesukanya yaitu bisa warna merah, hijau, dan warna lainnya. Nah, semua hal yang terjadi tersebut dikarenakan nano.
Dari suatu penelitian, tembaga oksida karbon ketika dimasukkan ke dalam air dengan ukuran 150 nm warna berubah menjadi hijau tetapi ketika ukuran 50 nm warnanya berubah menjadi coklat.
Gambar 1. Nanopartikel tembaga oksida
Nah ini memiliki bahan baku yang sama tetapi memiliki skala yang berbeda sehingga menghasilkan sifat yang berbeda pula. Lalu apa yang terjadi pada hal tersebut? Ketika kita dapat mengontrol ukuran patikel yang akan dibuat.
Ada beberapa contoh yaitu:
Jadi, sudah lebih dari 1000 jumlah produk nano yang tersedia di pasaran dan mulai masuk ke Indonesia, jika Indonesia tidak secepatnya mengambil tindakan dalam hal tersebut, maka akan sangat tertinggal. Nano akan memberikan sebuah revolusi industri.
Setiap peningkatan revolusi membutuhkan waktu sekitar 50 tahun sehingga 200 tahun kemudian adanya nanoteknologi yang memiliki dampaknya sebesar revolusi sebelumnya tetapi membutuhkan waktu yang sangat singkat untuk melakukan ini menurut para ilmuan.
Indonesia memiliki potensi yang sangat besar yaitu negara dengan populasi terbesar ke-3 di Asia dan ke-4 di dunia mencapai 230 juta jiwa. Memiliki luas area 1.919.440 km2 dengan 17.508 pulau. Selain itu Indonesia jua memiliki kekayaan energi, sumber daya alam, keragaman flora dan fauna sebagai bahan baku nanoteknologi. Namun, berbeda dengan negara lain misalnya saja Jepang. Di Jepang hanya memiliki 4 jenis buah-buahan.
Buah-buahan merupakan sumber obat-obatan, selain dari buah, tanaman lain juga memiliki manfaat sebagai obat seperti halnya temulawak yang memiliki manfaat yang digunakan selain untuk bumbu dapur juga digunakan untuk mengobati gangguan pencernaan, masuk angin, pengobatan kanker, radang sendi dan lain sebagainya. Harga temulawak dipasaran hanya sekitar Rp 2.000, tetapi jika temulawak ini menjadi obat herbal yang dibuat dalam bentuk nanopartikel maka harga dari temulawak akan menjadi Rp 1 juta per kilogram.
Tanaman lainnya adalah kumis kucing, daun kumis kucing dimanfaatkan sebagai obat tradisional untuk batu ginjal, tekanan darah tinggi dan lain sebagainya. Jika daun kumis kucing dibuat dalam bentuk nanopartikel maka harganya pun akan menigkat secara drastis yaitu sekitar Rp 100.000 – 10.000.000 per kilogram.
Daun gambir ini termasuk 80% dari kebutuhan dunia. Di Sumatera ekstrak dari daun gambir ini hanya dihargai Rp 20.000 per kilogram namun di Eropa dengan harga Rp 100 juta per kilogram.
Kebutuhan dari nanopartikel saat ini terus meningkat 10 kali lipat, dari tahun 2005 hingga 2010 dan akan terus meningkat tiap tahunnya. Nanoteknologi menjadi suatu kunci kekayaan untuk Indonesia. Di Indonesia dapat membuat nano temulawak, nano kopi, dan lain sebagainya. Sumber daya alam di Indonesia menjadi suatu yang sangat berharga.
Rumus kimia : Cu2O
Berat Molekul : 143,09 gr/mol
Penampilan : padatan merah kecoklatan
Kelarutan dalam air : Tidak larut
Fungsi : sebagai industri pelapis pigmen, diaplikasikan sebagai fungisida, dan agen antifouling untuk cat maritim
Aplikasi : industri Coating
Rumus kimia : CuO
Berat Molekul : 79.545 g/mol
Kelarutan dalam air : tidak larut dalam air
Kepadatan : 6,31 g/cm³
Fungsi :
Aplikasi : industri Coating
Rumus kimia : ZnO
Berat Molekul : 81,38 g/mol
Titik lebur : 1975oC
Rasa : pahit
Warna : putih kekuningan
Kelarutan dalam air : tidak larut dalam air dingin, air panas. larut dalam asam asetat encer atau asam mineral, amonia, amonia karbonat.
Fungsi :
Aplikasi : plastik, keramik, gelas, semen, salep, lubrikan, karet, baterai, dll
Rumus kimia : Fe2O3
Berat Molekul : 159,7 g/mol
Titik lebur : 1565oC
Kelarutan dalam air : tidak larut dalam air dingin
Fungsi :
Aplikasi : kosmetik, gosokan perhiasan, besi dan baja
Rumus kimia : Fe3O4
Titik lebur : 1538oC
Kepadatan : -5 g/cm3
Kelarutan dalam air : tidak larut dalam air dingin
Fungsi :
Aplikasi : industri perhiasan, kesehatan, pengolahan air, pengolahan limbah
Rumus kimia : Fe(OH)3
Berat Molekul : 151,9 g/mol + H2O
Warna : putih menjadi kekuningan
Kelarutan dalam air : larut dalam air dingin
Stabilitas : produk stabil
Fungsi :
Aplikasi : industri pemurnian air, pengolahan limbah
Sumber :
https://www.youtube.com/watch?v=8gkgjyVDQFY
https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/compound/Cupric-oxide#section=2D-Structure
Majalah Farmasetika - Kementerian Kesehatan Republik Indonesia resmi mengesahkan Susunan Organisasi Kolegium Farmasi periode 2024-2028 melalui Keputusan…
Majalah Farmasetika - Yogyakarta, 5 Desember 2024 – Upaya untuk memperkokoh eksistensi dan profesionalisme tenaga…
Majalah Farmasetika - Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI Komisi III, Muhammad Rofiqi, menyampaikan klarifikasi…
Majalah Farmasetika - Metformin, salah satu obat diabetes paling populer di dunia, telah lama dikenal…
Majalah Farmasetika - Anggota Komisi III DPR RI Dapil 1 Kalimantan Selatan, dan juga Ketua…
Majalah Farmasetika - Pedagang Besar Farmasi (PBF) adalah perusahaan yang memiliki izin untuk menyediakan, menyimpan,…