Farmasetika.com – Sediaan bukal patch transdermal di pasaran contohnya adalah Onsolis. Onsolis merupakan agonis opioid yang diindikasikan untuk penatalaksanaan nyeri pada pasien kanker berusia 18 tahun ke pada kondisi pasien yang sudah toleran terhadap terapi opioid akibat dari kanker persinten.
Pada penggunaanya digunakan sistem penghantaran transdermal sebagai salah satu alternatif pemberian untuk menghindari adanya first pass effect namun tetap akan memberikan efikasi yang baik.
Lalu bagaimana bisa suatu zat aktif dapat dibuat menjadi sediaan yang dapat merekat pada permukaan kulit (terlebih pada rongga mulut) dan memberikan efek dengan cara menempelkan lembarannya? Apa eksipien yang membantu sediaan tersebut bekerja efektif?
Sediaan dengan rute transdermal saat ini menjadi salah satu inovasi penelitian yang paling sukses dalam sistem penghantaran obat bila dibandingkan dengan pengobatan oral. Penghantaran transdermal merupakan suatu istilah yang terbatas pada situasi di mana obat berdifusi melalui berbagai lapisan kulit ke dalam sirkulasi sistemik untuk memperoleh respons terapeutik. Zat aktif dimaksudkan untuk berdifusi secara regional pada area kulit untuk memperoleh aksi farmakologis hanya di area yang dibutuhkan.
Patch merupakan sediaan yang memiliki bentuk seperti plester, digunakan dengan cara ditempelkan pada kulit dan menghantarkan efek terapi yang spesifik dengan melewati kulit menuju peredaran darah. Matriks tipis patch tidak larut dan dapat terdiri dari satu atau lebih lapisan atau film polimer yang mengandung zat aktif dan/atau eksipien.
Patch transdermal tentu dibuat dengan menggunakan membran khusus yang dapat mengontrol kecepatan obat yang terkandung dalam sistem reservoir atau matriks dapat menembus kulit. Patch yang ideal harus memiliki sifat fleksibel, elastis, dan lembut namun cukup kuat untuk tidak rusak apabila mendapatkan kontak dengan benda lain.
Peningkat penetrasi merupakan zat yang memiliki kemampuan untuk meningkatkan penetrasi zat aktif dalam obat ke dalam kulit di mana pada sistem penghantarannya digunakan rute transdermal. Penetration enhancers dapat diklasifikan menjadi:
Asam oleat (C18H34O2) merupakan cairan kekuning-kuningan pucat, berminyak dengan bau dan rasa seperti lemak babi. Asam oleat terdiri dari (Z) -9-octadecenoic acid dan mungkin mengandung senyawa antioksidan.
Asam oleat pada umumnya digunakan sebagai emulsifying agent pada makanan dan formulasi sediaan topikal. Selain itu asam oleat juga dapat digunakan salah satu pembawa pada kapsul gelatin. Namun, asam oleat yang merupakan mono asam lemak tak jenuh juga dapat meningkatkan permeasi obat lipofilik melalui kulit dan mukosa bukal melalui sistem penghantaran transdermal. Asam oleat digunakan dalam upaya meningkatkan permeasi transdermal dengan mengelompokkan domain lipid interselular stratum korneum yang sangat padat. Mekanisme lain yang mungkin untuk aksi asam oleat adalah pemisahan fase cairan padat lamelar. Sehingga dari mekanisme tersebut, asam oleat termasuk ke dalam penetration enhancers tipe kimia.
Dari hasil penellitian oleh Prasanth, dkk tahun 2014 asam oleat dinyatakan sebagai penetration enhancers yang paling efisien yang meningkatkan fluks lebih besar dari 8 kali lipat pada pengujian penetrasi secara in vitro bila dibandingkan dengan penetration enhancers lain yang diuji, yaitu dimetil sulfoksida, asam linoleat, dan isopropil miristat.
Sehingga pada penggunaannya sebagai penetration enhancers, asam oleat dapat membantu sediaan patch untuk bekerja secara lebih efektif karena dapat membantu zat aktif di dalamnya berpenetrasi ke bagian bawah mukosa demi memperbaiki bioavaibilitas obat yang sulit menembus lapisan mukosa bukal.
Pada sediaan buccal patch yang menggunakan sistem penghantaran transdermal diperlukan eksipien untuk meningkatkan penetrasi dari zat aktif demi mencapai tingkat terapi yang lebih tinggi. Eksipien tersebut adalah penetration enhancers, yang salah satunya adalah asam oleat. Asam oleat telah dikonfirmasi memiliki kemampuan yang sangat baik sebagai akselerator penetrasi bila dibandingkan dengan dimetil sulfoksida, asam linoleat, dan isopropil miristat.
Referensi
Biodelivery Sciences. 2019. Onsolis. Available at https://bdsi.com/onsolis/ [Accessed June 10, 2019 at 13.49].
Handayani, R., dan Angga, P. K. Strategi Baru Sistem Penghantaran Obat Transdermal Menggunakan Peningkat Penetrasi Kimia. Farmaka. Vol. 15 (3).
Prasanth, V.V., A. Puratchikody., S. T. Mathew., K. B. Ashok. 2014. Effect of Permeation Enhancers in the Mucoadhesive Buccal Patches of Salbutamol Sulphate for Unidirectional Buccal Drug Delivery. Research in Pharmaceutical Sciences. Vol. 9 (4): 259 – 268.
Singh, A., Upendra, K. S., dan Prajapati, S. K. 2017. A review on Mucoadhesive Buccal Patches. International Journal of Research and Development in Pharmacy and Life Science. Vol. 6 (4).
Majalah Farmasetika - Kementerian Kesehatan Republik Indonesia resmi mengesahkan Susunan Organisasi Kolegium Farmasi periode 2024-2028 melalui Keputusan…
Majalah Farmasetika - Yogyakarta, 5 Desember 2024 – Upaya untuk memperkokoh eksistensi dan profesionalisme tenaga…
Majalah Farmasetika - Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI Komisi III, Muhammad Rofiqi, menyampaikan klarifikasi…
Majalah Farmasetika - Metformin, salah satu obat diabetes paling populer di dunia, telah lama dikenal…
Majalah Farmasetika - Anggota Komisi III DPR RI Dapil 1 Kalimantan Selatan, dan juga Ketua…
Majalah Farmasetika - Pedagang Besar Farmasi (PBF) adalah perusahaan yang memiliki izin untuk menyediakan, menyimpan,…