Categories: Edukasi

Apoteker dapat Mengurangi Peresepan Polifarmasi yang Merugikan

Farmasetika.com – Setiap apoteker yang bekerja di pelayanan kemungkinan besar akan menemui banyak pasien dengan masalah polifarmasi setiap harinya.

Istilah “polifarmasi” mengacu pada penggunaan beberapa obat secara bersamaan oleh pasien untuk satu atau lebih kondisi medis.

Polifarmasi paling banyak terjadi pada orang dewasa yang lebih tua. Dilaporkan bahwa 42% orang dewasa berusia 65 atau lebih tua memakai lima atau lebih obat resep.

Dave Walker, seorang apoteker pimpinan MedShadow.org menganalisis bahwa tidak jarang terjadi profil pengobatan pasien yang menggunakan dua atau tiga kali jumlah obat kadang-kadang bahkan lebih.

“Ketika menambahkan obat “tanpa resep” dan suplemen tambahan lainnya, risiko efek samping atau reaksi merugikan bahkan lebih besar.” Ujar Dave.

Dalam banyak kasus, ada alasan yang sah untuk menggunakan beberapa obat resep. Tetapi penting untuk diingat bahwa selalu ada peningkatan potensi masalah terkait obat ketika beberapa obat diresepkan bersama dan ketika resep ditambahkan untuk mengobati efek samping dari obat lain.

Potensi Polifarmasi Resep

Polifarmasi dapat dihasilkan dari beberapa alasan berbeda. Dokter merawat pasien untuk beberapa kondisi medis, atau penyakit mungkin telah berubah atau berkembang dari waktu ke waktu.

Kadang-kadang obat yang baru diresepkan untuk mengobati gejala yang sebenarnya merupakan efek samping dari obat yang sudah dipakai.

Efek samping ini mungkin terlihat seperti “penyakit baru,” menyebabkan gejala yang memerlukan pengobatan tambahan. Ini dapat membuat siklus yang dikenal sebagai “variasi resep”.

Ada kalanya seorang dokter dihadapkan dengan perawatan efek samping dari satu obat dengan obat lain. Beberapa obat kemoterapi kanker akan menyebabkan mual sebagai efek samping. Ini dapat diobati dengan obat anti mual. Obat anti-mual mungkin memiliki efek samping yang menyebabkan sakit kepala, jadi obat lain digunakan untuk mengobati sakit kepala. Semua obat ini dapat memiliki efek samping.

Dan efek samping dari masing-masing obat di atas dapat menyebabkan obat lain diresepkan. Begitulah siklus kaskade resep meningkatkan jumlah obat yang diminum pasien.

Meningkatkan jumlah obat yang diminum dapat menyebabkan masalah lain juga. Ini bisa menyulitkan Anda untuk mengelola obat dengan benar dan mematuhi jadwal pengobatannya.

Ini juga dapat menyebabkan kesalahan, seperti minum obat pada waktu yang salah atau mencampurnya dan minum obat yang salah.

Manajemen Terapi Obat dapat Menurunkan Jumlah Obat yang diminum

Jadi, bagaimana cara mengatur untuk menyeimbangkan jumlah obat yang diminum?

Dave menyarankan agar mulai dengan bertanya kepada apoteker apakah telah memenuhi syarat untuk evaluasi manajemen terapi pengobatan (MTM).

Ulasan MTM akan membantu menentukan apakah obat yang diperlukan, efektif, dan aman untuk dikonsumsi.

Evaluasi juga dapat mencari cara untuk mengurangi biaya pengobatan dengan membuat perubahan atau penggantian obat.

Apoteker kemudian dapat bekerja dengan dokter untuk meresepkan atau menghentikan obat yang tidak perlu atau obat yang menyebabkan masalah.

Polifarmasi tidak selalu dapat dihindari, dan tidak harus selalu dipandang sebagai musuh.

Tetapi setiap pasien yang meminum banyak obat akan mendapat manfaat dari ulasan dan penilaian obat untuk keamanan, efektivitas dan untuk memastikan Anda minum obat dengan benar.

Sumber : Can I Cut Down on the Number of Drugs I Take? https://medshadow.org/number-drugs-polypharmacy/

farmasetika.com

Farmasetika.com (ISSN : 2528-0031) merupakan situs yang berisi informasi farmasi terkini berbasis ilmiah dan praktis dalam bentuk Majalah Farmasetika. Di situs ini merupakan edisi majalah populer. Sign Up untuk bergabung di komunitas farmasetika.com. Download aplikasi Android Majalah Farmasetika, Caping, atau Baca di smartphone, Ikuti twitter, instagram dan facebook kami. Terimakasih telah ikut bersama memajukan bidang farmasi di Indonesia.

Share
Published by
farmasetika.com

Recent Posts

Menkes Rilis Pengurus Organisasi Kolegium Farmasi 2024-2028

Majalah Farmasetika - Kementerian Kesehatan Republik Indonesia resmi mengesahkan Susunan Organisasi Kolegium Farmasi periode 2024-2028 melalui Keputusan…

4 hari ago

IVFI dan Kolegium Farmasi Indonesia Bersinergi untuk Kemajuan Tenaga Vokasi Farmasi

Majalah Farmasetika - Yogyakarta, 5 Desember 2024 – Upaya untuk memperkokoh eksistensi dan profesionalisme tenaga…

2 minggu ago

Anggota Dewan Klarifikasi Istilah Apoteker Peracik Miras di Dunia Gangster

Majalah Farmasetika - Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI Komisi III, Muhammad Rofiqi, menyampaikan klarifikasi…

3 minggu ago

Penggunaan Metformin pada Pasien Diabetes Tingkatkan Risiko Selulitis, Infeksi Pada Kaki, dan Amputasi

Majalah Farmasetika - Metformin, salah satu obat diabetes paling populer di dunia, telah lama dikenal…

3 minggu ago

Anggota DPR Minta Maaf, Salah Pilih Kata Apoteker bukan Secara Harfiah

Majalah Farmasetika - Anggota Komisi III DPR RI Dapil 1 Kalimantan Selatan, dan juga Ketua…

3 minggu ago

Peran Penting Apoteker dalam Menjamin Distribusi Aman Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi (NPP)

Majalah Farmasetika - Pedagang Besar Farmasi (PBF) adalah perusahaan yang memiliki izin untuk menyediakan, menyimpan,…

1 bulan ago