Edukasi

BPOM dan Kemenkes Komentari Bajakah sebagai Obat Kanker

Farmasetika.com – Ramai di media sosial terkait hasil penelitian pada tikus yang diklaim memiliki efek antikanker oleh sekelompok siswa di SMA 2 Palangkaraya, Anggina Rafitri, Aysa Aurealya, dan Yazid.

Raih penghargaan nasional dan internasional

Hasil penelitian ini diperlombaan sebagai karya ilmiah di World Invention Creativity Olympic (WICO) di Seoul, Korea Selatan dan telah diberi penghargaan oleh Kemdikbud.

Salah satu yang membuat berita ini viral adalah kesembuhan neneknya Yazid dari kanker payudara setelah mengkonsumsi tanaman bajakah.

Masyarakat jangan langsung percaya

Dikutip dari laman resmi Kemenkes RI, Kepala Balai Besar Tanaman Obat dan Obat Tradisional Tawangmangu, Akhmad Saikhu, mengingatkan masyarakat untuk tidak langsung percaya terhadap klaim bajakah bisa menyembuhkan penyakit kanker karena masih memerlukan penelitian lebih lanjut.

”Penyembuhan kanker secara kuratif harus melalui penegakkan diagnosis dokter. Penggunaan obat tradisional atau jamu untuk menguatkan daya tahan tubuh boleh saja. Namun tidak bisa dikatakan itu menyembuhkan kanker,” jelas Saikhu di Jakarta (15/8).

Ristoja miliki database obat herbal

Indonesia memiliki hutan tropika terbesar kedua di dunia yang menyimpan potensi tumbuhan berkhasiat untuk kesehatan, salah satunya untuk pengobatan kanker. Melalui Riset Tumbuhan Obat dan Jamu (Ristoja), Badan Litbangkes membangun database pengetahuan etnofarmakologi, ramuan obat tradisional, dan tumbuhan obat di Indonesia.

Ristoja telah dilakukan pada 405 etnis di 34 provinsi di Indonesia pada tahun 2012, 2015 dan 2017. Ristoja yang melibatkan 2.170 peneliti dan 2.354 pengobat tradisional telah berhasil mengidentifikasi 2.848 spesies tumbuhan obat dan 32.014 ramuan.

Ada 74 kelompok kegunaan ramuan yang berhasil tercatat dari Ristoja. Selain itu, terdapat 10 keluhan atau penyakit terbanyak yang ditemukan dalam riset ini, yaitu demam, sakit perut, sakit kulit, luka terbuka, mencret, batuk, tumor/kanker, darah tinggi, kencing manis dan cidera tulang. Tumor/kanker termasuk satu dari 10 besar penyakit yang ditangani dengan tanaman obat/obat tradisional atau jamu.

Menurut Akhmad Saikhu pada tahun 2012 Ristoja berhasil menginventarisasi sebanyak 506 ramuan jamu untuk pengobatan tumor/kanker yang menggunakan tumbuhan obat tertentu. Sebagai contoh tumbuhan malapari di Bengkulu yang memiliki nama latin Pongamia pinnata dan alang-alang (Imperata cylindrica (L.)Raeusch.) di Sulawesi Tengah, maupun samama (Anthocephalus chinensis (Lam.) Rich.ex Walp.) di Maluku Utara.

”Pada tahun 2015, Ristoja juga mendapatkan informasi tumbuhan obat yang digunakan dalam ramuan untuk tumor/kanker yaitu Curcuma longa L., Annona muricata L., Morinda citrifolia L., Piper betle L., Andrographis paniculata (Burm.f.) Nees, Scurrula ferruginea (Jack) Danser, Curcuma zanthorrhiza Roxb., dan Scurrula atropurpurea (Blume) Danser.”, jelasnya.

Ristoja yang dilakukan pada tahun 2017 juga menemukan tumbuhan obat yang berpotensi untuk mengatasi kanker. Tercatat ada 223 ramuan kanker yang terdiri atas 244 tumbuhan obat. Sepuluh jenis tumbuhan obat yang paling banyak dimanfaatkan untuk pengobatan tumor/kanker temuan Ristoja 2017 yaitu Curcuma longa L., Annona muricata L., Zingiber officinale Roscoe, Areca catechu L. , Allium cepa L. , Allium sativum L., Callicarpa longifolia Lam., Mimosa pudica L., Alstonia scholaris (L.) R. Br., dan Blumea balsamifera (L.) DC.

Dari data empiris, perlu saintifikasi jamu

Jamu atau obat tradisional digunakan berdasarkan konsep kepercayaan secara turun temurun yang diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Penggunaan secara empiris ini belum bisa digunakan sebagai acuan dalam pemanfaatan tumbuhan obat atau jamu secara luas di masyarakat. Untuk itu, Badan Litbangkes melalui program Saintifikasi Jamu melakukan pembuktian secara ilmiah khasiat berbagai tanaman obat ini.

Tumbuhan obat dan jamu untuk dapat digunakan kepada pasien dalam upaya kuratif, membutuhkan rangkaian penelitian yang dimulai dari standarisasi tanaman untuk menjadi bahan baku yang bermutu dan aman, dilanjutkan dengan uji pra-klinik pada hewan coba, dan kemudian uji klinik pada manusia melalui fase 1 sampai dengan fase 4.

Analisis lanjut hasil Ristoja terhadap formula jamu untuk tumor/kanker, pada tahun 2018 dilakukan skrining in-vitro terhadap tanaman obat maupun formula jamu yang dimanfaatkan untuk tumor dan antikanker. Dari hasil pengujian terhadap beberapa sel kanker (sel kanker payudara, sel kanker kolon, dan sel kanker serviks) diketahui bahwa ada beberapa tanaman yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai obat antikanker, antara lain Mikania micrantha Kunth, Leucas lavandulifolia Sm., Callicarpa longifolia Lam., Calophyllum inophyllum L., Tetracera scandens (L.) Merr., dan akar batu/aikabasa (Cucurbitaceae).

Bajakah belum terbukti secara ilmiah

Terkait dengan hal ini, Yuli Widiyastuti, Peneliti di Balai Besar Tanaman Obat dan Obat Tradisional Tawangmangu memberikan penjelasan bahwa sama seperti bajakah yang ditemukan siswa SMA untuk mengatasi kanker, Aikabasa merupakan akar tanaman menjalar yang telah digunakan secara turun temurun untuk mengatasi kanker. Aikabasa digunakan oleh salah satu suku di Nusa Tenggara Timur untuk mengatasi tumor/kanker dan sampai saat ini belum berhasil diidentifikasi sampai level spesies.

Temuan baru herbal antikanker sangat mungkin

Deputi Bidang Pengawasan Obat Tradisional, Suplemen Kesehatan dan Kosmetik, Badan POM, Dra. Mayagustina Andarini, Apt., M.Sc. pada saat Talkshow di Kompas TV, Sabtu malam, 17 Agustus 2019 bertajuk “Jalan Panjang Bajakah Jadi Obat Kanker” mengatakan bahwa pada prinsipnya sangat mungkin ada temuan herbal baru. “Ada khasiat yang mungkin waktu itu belum teridentifikasi secara empiris. Kalau seperti Jahe, Kunyit- misalnya, jamu-jamuan itu sudah secara empiris dari nenek moyang kita. Kemudian ada temuan baru, suatu tanaman baru yang ditemukan dan berkhasiat untuk suatu penyakit, uangkapnya saat menjawab pertanyaan host Program Sapa Indonesia Kompas TV.

Perlu uji klinis

Mayagustina Andarini menambahkan suatu hasil temuan penelitian dari pelajar SMA Palangkaraya ini cukup bagus. Akan tetapi, selanjutnya harus mengikuti pedoman penelitian yang sudah ada- seperti uji praklinis dan uji klinis. Kemudian setelah itu baru dapat dinyatakan bahwa secara evidence based tumbuhan tersebut dapat menyembuhkan suatu penyakit.

“Jadi menurut kami, ruang gerak riset untuk obat-obat bahan alam masih sangat banyak. Saat ini, baru ada 23 nomor izin edar Fitofarmaka. Fitofarmaka adalah produk herbal yang sudah uji klinis kepada manusia. Kalau jamu itu adalah empiris- karena itu turun-temurun, kita tidak perlu uji klinis, karena itu diketahui dari nenek moyang, dari kitab-kitab kuno seperti kitab Centini,” urai Mayagustina Andarini menegaskan.

Menurut Badan POM, tentang tanaman Bajakah, harus menunggu dulu keputusan hasil dari penelitian yang komprehensif. Karena penelitian itu masih pada tahap penelitian awal. Dan untuk pengobatan Kanker harus diputuskan oleh dokter dan jangan memutuskan sendiri. Lebih baik untuk penderita Kanker berkonsultasi kepada dokter.

Sumber :
RISTOJA UNGKAP TUMBUHAN OBAT UNTUK KANKER
http://www.depkes.go.id/article/view/19081600002/ristoja-ungkap-tumbuhan-obat-untuk-kanker.html

Penjelasan Badan POM, Tentang Riset Tanaman Bajakah
https://www.jamudigital.com/berita?id=Penjelasan_Badan_POM,_Tentang_Riset_Tanaman_Bajaka

farmasetika.com

Farmasetika.com (ISSN : 2528-0031) merupakan situs yang berisi informasi farmasi terkini berbasis ilmiah dan praktis dalam bentuk Majalah Farmasetika. Di situs ini merupakan edisi majalah populer. Sign Up untuk bergabung di komunitas farmasetika.com. Download aplikasi Android Majalah Farmasetika, Caping, atau Baca di smartphone, Ikuti twitter, instagram dan facebook kami. Terimakasih telah ikut bersama memajukan bidang farmasi di Indonesia.

Share
Published by
farmasetika.com

Recent Posts

Menkes Rilis Pengurus Organisasi Kolegium Farmasi 2024-2028

Majalah Farmasetika - Kementerian Kesehatan Republik Indonesia resmi mengesahkan Susunan Organisasi Kolegium Farmasi periode 2024-2028 melalui Keputusan…

4 hari ago

IVFI dan Kolegium Farmasi Indonesia Bersinergi untuk Kemajuan Tenaga Vokasi Farmasi

Majalah Farmasetika - Yogyakarta, 5 Desember 2024 – Upaya untuk memperkokoh eksistensi dan profesionalisme tenaga…

2 minggu ago

Anggota Dewan Klarifikasi Istilah Apoteker Peracik Miras di Dunia Gangster

Majalah Farmasetika - Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI Komisi III, Muhammad Rofiqi, menyampaikan klarifikasi…

3 minggu ago

Penggunaan Metformin pada Pasien Diabetes Tingkatkan Risiko Selulitis, Infeksi Pada Kaki, dan Amputasi

Majalah Farmasetika - Metformin, salah satu obat diabetes paling populer di dunia, telah lama dikenal…

3 minggu ago

Anggota DPR Minta Maaf, Salah Pilih Kata Apoteker bukan Secara Harfiah

Majalah Farmasetika - Anggota Komisi III DPR RI Dapil 1 Kalimantan Selatan, dan juga Ketua…

3 minggu ago

Peran Penting Apoteker dalam Menjamin Distribusi Aman Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi (NPP)

Majalah Farmasetika - Pedagang Besar Farmasi (PBF) adalah perusahaan yang memiliki izin untuk menyediakan, menyimpan,…

1 bulan ago