Farmasetika.com – Pare dengan nama latin Momordica carantia L adalah salah satu buah bercita rasa pahit yang biasa dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia sebagai lauk untuk teman nasi.
Dibalik rasa pahitnya, buah yang berasal dari India Barat dan Bhurma ini memiliki banyak manfaat, salah satunya untuk obat malaria alami. Buah yang berasal dari keluarga Cucurbitaceae ini dapat tumbuh dengan baik pada ketinggian 1.500 mdpl dengan jenis tanah yang gembur dan tidak membutuhkan banyak sinar matahari. Buah pare sangat mudah kita temukan di pasar – pasar tradisional atau supermarket ( Anto,2014 )
Malaria adalah salah satu penyakit kronik yang disebabkan protozoa dari genus Plasmodium dengan perantara nyamuk Anopheles betina dengan timbul gejala demam, anemia, dan pembesaran limfa. Plasmodium ini menyerang sel darah merah sehingga sel darah merah mengalami bentuk aseksual ( Fitryani dan Sabiq, 2018 )
Gejala – gejala lain yang timbul dari penyakit malaria adalah turunnya kesadaran pada penderita, tubuh lemah, kejang, mata dan tubuh menjadi kuning, darah keluar dari hidung, gusi, atau saluran pencernaan, sesak napas, dan sering muntah ( Fitryani dan Sabiq , 2018 )
Malaria masih menjadi salah satu masalah kesehatan utama yang menjangkiti masyarakat Indonesia. Pada 2015, terdapat 1,6 juta kasus malaria di Indonesia dengan angka kematian mencapai lebih dari 3.600 jiwa ( Hamida, dkk.,2017 )
Terdapat beberapa kandungan zat dalam buah pare, di antaranya adalah alkaloid (momordisin), glikosida (momordisin, karantin), asam trioksianat, zat besi, asam linoleat, kalsium, resin, asam resinat, garam fosfat, asam oleat, asam stearat, dan L-olestearat. Di antara zat – zat diatas yang berperan sebagai anti malaria adalah jenis alkaloid momordisin ( Restikasari,dkk., 2009)
Pare menjadi sorotan para peneliti setelah munculnya riset mengenai klorokuin dan artemisinin, yang merupakan salah satu pengobatan pada penyakit malaria. Klorokuin dan artemisinin ditemukan tidak lagi efektif untuk menghambat perkembangan parasit penyebab malaria, terutama pada strain 3D7 dari Plasmodium falciparum.
Resistensi P. falciparum terhadap klorokuin sendiri sudah menyebar hingga ke berbagai benua seperti Amerika, Afrika, dan Asia. Untuk mencegah terjadinya hal buruk akibat resistensi tersebut, maka diperlukan penemuan obat lain yang memiliki potensi antimalaria terhadap protozoa P. falciparum yang sudah mengalami resistensi ( Hamida,dkk., 2017 ) ( Restikasari,dkk.,2009)
Ekstrak methanol dari buah pare ini menunjukkan aktivitas larvisidal dan pupisidal yang efektif membunuh vector nyamuk Anopheles stephensi penyebab penyakit malaria (Katiyar,dkk.,.2017) Jika dilihat dari kandungannya, pare memiliki potensi dalam menghambat perkembangan parasit tersebut.
Karena dugaan bahwa pare memiliki potensi aktivitas antiplasmodium, maka dilakukan penelitian-penelitian untuk membuktikan efektivitasnya dalam menghambat parasit malaria, khususnya pada P. Falciparum.
Salah satu penelitian yang dipublikasikan pada tahun 2014 menguji pare dengan cara mengekstrak buah pare terlebih dahulu dengan menggunakan methanol lalu dilakukan uji antiplasmodium pada P. Falciparum 3D7. Hasil pengujian menggunakan nilai IC50, atau konsentrasi sampel yang mampu menghambat pertumbuhan parasit sebanyak 50%. Semakin kecil konsentrasi yang diperlukan, maka akan semakin efektif. Berdasarkan pengujian ini, ekstrak dari methanol buah pare dapat menghambat pertumbuhan parasit P. Falciparum 3D7 dengan IC50 sebesar 0,39 µg/ml (Hermansyah dan Susilawati, 2014 )
Pada penelitian lain yang dipublikasikan pada tahun 2015, pengujian pare dilakukan dengan cara mengekstrak daun pare dengan etanol lalu dilakukan pengujian antiplasmodium. Hasilnya, ekstrak etanol daun pare memiliki aktivitas penghambatan parasit yang cukup baik, yaitu 0,0178 µg/ml. Ekstrak etanol daun pare juga ditemukan aktif melawan strain 3D7 dari P. Falciparum (Abdillah,dkk., 2015 )
Dari penelitian-penelitian tersebut, terbukti bahwa pare memiliki potensi untuk menjadi obat antimalaria karena tanaman ini memiliki kemampuan dalam menghambat aktivitas pertumbuhan P. Falciparum yang diperantarai oleh nyamuk Anopheles.
Pare dapat diolah menjadi sayur, jus, ataupun menjadi masakan lain. Rasa dari pare yang membuat orang enggan untuk mengkonsumsi buah ini, namun terdapat banyak cara untuk menghilangkan rasa pahit dari buah pere ini yaitu
(Selain menggunakan garam bisa juga menggunakan gula dengan proses yang sama. Setelah itu buah pare siap diolah menjadi masakan ataupun minuman.) ( Setyorini, 2018 )
Daftar Pustaka
Abdillah, S, dkk. 2015. Phytochemical screening and antimalarial activity of some plants traditionally used in Indonesia. Asian Pac J Trop Dis. Vol. 5(6): 454-457.
Anto,A.2014.Kiat Budidaya Tanaman Pare Tesedia secara online di http://kalteng.litbang.petanian.go.id/ind/index.php/publikasimainmenu-47/teknologi/398-kiat-budi-daya-tanaman -pare[ Di akses pada 23 November 2019 ]
Hamida, Arifa, dan Ami Tjitraresmi. 2017. Potensi Aktivitas Antimalaria Berbagai Tumbuhan Terhadap Plasmodium falciparum. Farmaka. Vol. 15(2): 23-28
Hermansyah dan Susilawati. 2014. Uji Potensi Anti Plasmodium Ekstrak Buah Pare (Momordica Charantia .L ) Terhadap Plasmodium Falciparum. Molekul. Vol. 9(1): 13-17.
Fitriany J dan Sabiq A . 2018. Malaria. Jurnal Averrous. Vol, 4(2).
Katiyar, D., Singh, V., and Ali, M. 2017. Phytochemical and Pharmacological Profile of Momordica charantia : A Review. India: New Delhi
Restikasari, Prima, Wahyu Widyaningsih, dan Mustofa. 2009.Uji Akttvitas Antiplasmodium Ekstrak Kloroform, Metanol Dan Air Buah Pare (Momordiea Charantia, L) Pada Kultur Plasmodium Falciparum Resisten Klorokuin Secara In Vitro. Media Farmasi. Vol. 8(2): 49-55.
Setyorini, T., 2018. 8 Cara Memasak Pare Untuk Menghilangkan Rasa Pahit dan Getirnya. Tersedia secara online di http://m.merdeka.com/gaya/8-cara-mamasak-pare-untuk-menghilangkan-rasa-pahit-dan-getirnya-kln.html [Diakses pada 23 November 2019].
Majalah Farmasetika - Kementerian Kesehatan Republik Indonesia resmi mengesahkan Susunan Organisasi Kolegium Farmasi periode 2024-2028 melalui Keputusan…
Majalah Farmasetika - Yogyakarta, 5 Desember 2024 – Upaya untuk memperkokoh eksistensi dan profesionalisme tenaga…
Majalah Farmasetika - Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI Komisi III, Muhammad Rofiqi, menyampaikan klarifikasi…
Majalah Farmasetika - Metformin, salah satu obat diabetes paling populer di dunia, telah lama dikenal…
Majalah Farmasetika - Anggota Komisi III DPR RI Dapil 1 Kalimantan Selatan, dan juga Ketua…
Majalah Farmasetika - Pedagang Besar Farmasi (PBF) adalah perusahaan yang memiliki izin untuk menyediakan, menyimpan,…