Profil

Selain Tingkatkan Eksistensi, Apoteker Perlu Inovasi Farmasi Klinik di Era Disruptif

farmasetika.com – Di tengah era disruptif  pelayanan kesehatan Indonesia, dibutuhkan inovasi farmasi klinik untuk meningkatkan kualitas terapi obat dalam pelayanan kesehatan. Selain penerapan teknologi, dibutuhkan eksistensi sumber daya manusia profesi apoteker mengingat profesi ini merupakan garda terdepan dalam mengawal terapi obat yang efektif dan efisien.

Hal tersebut disampaikan Prof. Dr. Keri Lestari, S.Si., M.Si., Apt. dalam Prosesi Pengukuhan dan Orasi Ilmiah Jabatan Guru Besar Prof. Keri dalam bidang Ilmu Farmakologi dan Farmasi Klinik di Grha Sanusi Hardjadinata Unpad, Jalan Dipati Ukur Nomor 35 Bandung, Jumat (6/12). Prof. Keri membacakan orasi ilmiah berjudul “Inovasi Farmasi Klinik untuk  Meningkatkan Kualitas Terapi Obat di Tengah Era Disruptif Pelayanan Kesehatan di Indonesia”.

Dunia kesehatan di tanah air tak luput dihadapkan pada persoalan dan tantangan menghadapi era revolusi industri 4.0 dan 5.0. Selain pemanfaatan IoT, interaksi baru dalam bentuk kolaborasi antar profesi tenaga kesehatan (interprofessional collaboration) menjadi inovasi untuk pelayanan kesehatan yang lebih baik.

Menurut Prof. Keri, hingga saat ini, pemenuhan tenaga apoteker di semua fasilitas kesehatan, terutama puskesmas, masih menjadi tantangan tersendiri bagi peningkatan kualitas pelayananan kesehatan.

“ Inovasi Farmasi Klinik menginisiasi lahirnya model interaksi baru tim kesehatan yang lebih inovatif dan masif, yaitu penguatan kapasitas apoteker sebagai bagian penting tim pelayanan kesehatan dalam meningkatkan keamanan pasien (patient safety) dan kualitas pelayanan kesehatan untuk kesejahteraan masyarakat Indonesia,” ujar Prof. Keri yang juga menjabat sebagai Wakil Rektor Bidang Riset, Pengabdian Pada Masyarakat, Kerja Sama, dan Korporasi Akademik Unpad.

Dikatakan Prof. Keri, dunia kesehatan di tanah air tak luput dihadapkan pada persoalan dan tantangan menghadapi era revolusi industri 4.0 dan 5.0. Selain pemanfaatan IoT, interaksi baru dalam bentuk kolaborasi antar profesi tenaga kesehatan (interprofessional collaboration) menjadi inovasi untuk pelayanan kesehatan yang lebih baik.

“Dalam menghadapi tantangan tersebut, diperlukan adanya penguatan profesi apoteker sehingga eksistensinya tidak lagi diragukan bahkan dipertanyakan,” ujar Prof. Keri.

Prof. Keri menjelaskan, keilmuan bidang Farmakologi dan Farmasi Klinik mendasari kompetensi apoteker dalam pelayanan kesehatan dan penemuan obat baru. Melalui kajian Farmakologi, apoteker  mengetahui bagaimana suatu bahan kimia/obat berinteraksi dengan sistem biologis, khususnya mempelajari aksi obat di dalam tubuh. Sedangkan kajian Farmasi Klinis mendasari interaksi apoteker dan pasien untuk mengoptimalkan terapi obat, meningkatkan standar kesehatan & kualitas hidup, kebugaran (wellnes), dan pencegahan penyakit, sesuai filosofi asuhan kefarmasian atau pharmaceutical care.

Berdasarkan pengalaman riset pengembangan obat baru dan pelayanan praktek kefarmasian, Prof. Keri mengungkapkan bahwa keilmuan farmasi yang berorientasi pasien (patient oriented) dan berorientasi produk (product oriented) saling melengkapi dalam praktek profesi Apoteker.

“Hal ini berkaitan dengan bagaimana kita sebagai apoteker dapat memilihkan produk yang paling cocok sesuai dengan kondisi pasien dilihat dari bentuk sediaan, rute pemberian obat, tipe obat, jumlah obat, dosis, jumlah obat yang diserap dan dimetabolisme, serta inetraksi obat,” ujarnya.

Dengan adanya keterkaitan antara product oriented dan patient oriented dapat meningkatkan efektivitas obat sebagai produk dalam menyembuhkan pasien, dimana pengobatan akan lebih tepat sasaran dan user friendly.

Salah satu penelitian Prof. Keri adalah pengembangan stevia sebagai minuman manis untuk pasien diabetes. Melalui uji aktivitas antidiabetes, teh stevia diketahui dapat mengendalikan kadar gula dalam darah. Ramuan herbal teh stevia ini telah dipatenkan dengan merk TehDia dan dihilirisasi bekerja sama dengan PT DPE serta mendapatkan izin edar dari BPOM.

Penelitian lainnya yaitu pengembangan tablet ekstrak biji pala (Myristica fragrans Houtt.) sebagai antidiabetes dan antihiperlipidemia. Pengembangan obat baru ini telah dilakukan sejak tahun 2009, didukung oleh Kemenristekdikti dan Kementerian Kesehatan RI. Saat ini hasil penelitian tersebut telah  tercatat di Kementerian Kesehatan sebagai bahan baku obat baru bekerja sama dengan PT Kimia Farma Tbk untuk selanjutnya dikembangkan dengan nama produk “Glucopala”.

“Pengembangan nutrasetikal TehDia dan juga Kaplet Glukopala merupakan contoh penerapan ilmu farmakologi dan farmasi klinis yang tidak hanya berfokus pada pasien (patient oriented) tetapi juga pada produk (product oriented). Product oriented juga tidak selalu berbicara tentang obat yang sifatnya kuratif, tetapi bisa juga mengarah ke pangan fungsional, karena pelayanan kesehatan bukan hanya berbicara tentang fenomena sakit,tetapi juga fenomena sehat,” ujar Prof. Keri.

Sumber : Prof. Dr. Keri Lestari, “Hadapi Era Disuptif, Inovasi Farmasi Klinik dan Penguatan Apoteker Dibutuhkan” http://www.unpad.ac.id/2019/12/prof-dr-keri-lestari-hadapi-era-disuptif-inovasi-farmasi-klinik-dan-penguatan-apoteker-dibutuhkan/

farmasetika.com

Farmasetika.com (ISSN : 2528-0031) merupakan situs yang berisi informasi farmasi terkini berbasis ilmiah dan praktis dalam bentuk Majalah Farmasetika. Di situs ini merupakan edisi majalah populer. Sign Up untuk bergabung di komunitas farmasetika.com. Download aplikasi Android Majalah Farmasetika, Caping, atau Baca di smartphone, Ikuti twitter, instagram dan facebook kami. Terimakasih telah ikut bersama memajukan bidang farmasi di Indonesia.

Share
Published by
farmasetika.com

Recent Posts

Konsumsi Vitamin B12 Kadar Tinggi untuk Mencegah dan Menangani Pankreatitis Akut

Majalah Farmasetika - Sejumlah peneliti menilai peran vitamin B12 dalam pencegahan dan mitigasi pankreatitis akut…

5 jam ago

Potensi Teknologi Mikroenkapsulasi dalam Pengembangan Obat Herbal di Indonesia

Majalah Farmasetika – Mikroenkapsulasi adalah salah satu teknologi yang digunakan dalam sistem penghantaran obat. Mikroenkapsulasi…

5 jam ago

Sistem Penghantaran Obat Terkontrol untuk Mengatasi Tingkat Kepatuhan Pasien

Majalah Farmasetika – Salah satu penyebab gagalnya terapi pengobatan pada pasien adalah tingkat kepatuhan yang…

3 hari ago

Liposom sebagai Penghantaran Obat Tertarget untuk Terapi Kanker

Majalah Farmasetika - Metode utama dalam pengobatan kanker meliputi pembedahan, radioterapi, kemoterapi, dan imunoterapi. Namun…

3 hari ago

Pentingnya CAPA dalam Menjaga Mutu Produk pada Distribusi Farmasi

Majalah Farmasetika - Distribusi farmasi merupakan salah satu tahapan kritis dalam rantai pasok obat, dimana…

2 minggu ago

Tablet Coating : Tak Sekadar Estetika, Namun Penjaga Stabilitas Juga

Majalah Farmasetika – Pada industri farmasi, serangkaian proses pembuatan obat dilakukan dengan tetap memperhatikan mutu…

3 minggu ago