Majalah Farmasetika – Emulsi adalah suatu sistem dispersi yang terdiri dari dua cairan tak saling campur, dimana salah satu cairan terdispersi dalam cairan yang lain dengan adanya suatu surface-active agents.
Emulsi umumnya dibuat dari dua fase dimana tegangan antar-mukanya bukan nol. Emulsi merupakan salah satu contoh dari koloid metastabil. Sistem emulsi dapat memiliki beberapa wujud mulai dari lotion yang memiliki viskositas relatif rendah sampai sediaan semipadat seperti salep dan krim.
Diameter fase terdispersi umumnya berkisar antara 0,1 6 sampai 10μm, tetapi dalam beberapa sediaan dapat berukuran lebih kecil atau lebih besar.
Fase dispers pada emulsi dianggap sebagai fase dalam dan medium dispers sebagai fase luar atau fase kontinyu.
Emulsi yang memiliki fase dispers berupa air dan medium dispers berupa minyak disebut emulsi air dalam minyak dan biasanya diberi tanda sebagai emulsi A/M.
Sebaliknya, jika fase minyak terdispersi dalam fase air, maka disebut emulsi minyak dalam air dan biasanya diberi tanda sebagai emulsi M/A. Karena fase luar dari suatu emulsi bersifat kontinyu, suatu emulsi minyak dalam air bisa diencerkan atau ditambah dengan air atau suatu preparat dalam air.
Beberapa sediaan emulsi yang beredar di pasaran seperti Curvit, Curcuma Plus dan Scott’s Emultion.
HLB adalah singkatan dari Hydrophylic-Lipophylic Balance adalah nilai untuk mengukur efisiensi surfaktan. semakin tinggi nilai HLB surfaktannya maka semakin tinggi nilai kepolarannya, untuk emulsi yang akan diemulsikan surfaktan terdapat nilai HLB yang disebut HLB butuh minyak. Agar emulsi menjadi baik maka diperlukan nilai HLB yang cocok.
Untuk mendapatkan sediaan emulsi yang stabil maka dibutuhkan zat pengemulsi atau yang kita kenal dengan nama emulsifier. Emulsifier merupakan senyawa organik yang memiliki dua gugus, baik yang polar maupun nonpolar sehingga kedua zat tersebut dapat bercampur.
Gugus nonpolar emulsifier akan mengikat minyak (partikel minyak dikelilingi) sedangkan air akan terikat kuat oleh gugus polar pengemulsi tersebut. Bagian polar kemudian akan terionisasi menjadi bermuatan negatif, hal ini menyebabkan minyak juga menjadi bermuatan negatif. Partikel minyak kemudian akan tolak-menolak sehingga dua zat yang pada awalnya tidak dapat larut tersebut kemudian menjadi stabil.
Dalam pemilihan emulsifier dilihat jenis emulsi yang akan dibuat apakah termasuk pada jenis W/O atau O/W. Emulsifier memiliki ukuran hidrofil lipofil balance (HLB). Ukuran ini yang dapat menentukan apakan suatu jenis emulsifier cocok untuk jenis emulsi W/O atau O/W.
Metode HLB digunakan apabila emulsi yang dibuat menggunakan suatu surfaktan yang memiliki nilai HLB. Sebelum dilakukan pencampuran terlebih dahulu dilakukan perhitungan harga HLB dari fase internal kemudian dilakukan pemilihan emulgator yang memiliki nilai HLB yang sesuai dengan HLB fase internal.
Setelah diperoleh suatu emulgator yang cocok, maka selanjutnya dilakukan pencampuran untuk memperoleh suatu emulsi yang diharapkan. Umumnya emulsi akan berbantuk tipe M/A bila nilai HLB emulgator diantara 9 – 12 dan emulsi tipe A/M bila nilai HLB emulgator diantara 3 – 6.
Nilai ini menghitung keseimbangan karakteristik hidrofolik-lipofilik dan molekul emulsifier dengan skala numerik.
Nilai HLB untuk emulsifier non ionik dapat dihitung dari komposisi teoritis (berat molekul) atau dengan data analitis seperti bilangan penyabunan dan bilangan asam.
Nilai HLB ini berkisar antara 1 sampai 40, dimana angka yang lebih rendah pada umumnya menunjukkan kelarutan dalam minyak dan angka yang lebih tinggi menunjukkan kelarutan dalam air.
Rumus HLB
Rumus I
A % b = ((x – HLB b)/ HLB a – HLB b) x 100 %
B % a = ( 100% – A%)
Keterangan :
x = Harga HLB yang diminta ( HLB Butuh)
A = Harga HLB tinggi
B = Harga HLB rendah
Rumus II
(B1 x HLB1) + (B2 x HLB2) = (B campuran x HLB campuran)
Untuk mendapatkan emulsi yang baik dan stabil maka sebelumnya perlu diketahui nilai HLB yang cocok karna nilai HLB menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi kestabilan emulsi.
Tegangan permukaan dan kebanyakan cairan turun hampir secara linear dengan naiknya temperatur, yaitu dengan naiknya energi kinetik dari molekul tersebut
Tegangan permukan dipengaruhi oleh adanya zat terlarut dalam suatu cairan. Penambahan zat terlarut akan meningkatkan viskositas larutan, sehingga tegangan permukaan akan bertambah besar.
Surfaktan adalah suatu zat yang bersifat aktif permukaan yang dapat menurunkan tegangan antarmuka (interfacial tension, IFT) minyak-air.
Pada umumnya cairan yang memiliki gaya tarik antara molekul besar, seperti air, maka tegangan permukaannya juga besar. Sebaliknya pada cairan seperti bensin karena gaya tarik antara molekulnya kecil, maka tegangan permukaannya juga kecil.
Konsentrasi zat terlarut suatu larutan biner mempunyai pengaruh terhadap sifat-sifat larutan termasuk tegangan muka dan adsorbsi pada permukaan larutan. Zat terlarut yang ditambahkan kedalam larutan akan menurunkan tegangan muka, karena mempunyai konsentrasi dipermukaan yang lebih besar daripada didalam larutan begitupun sebaliknya.
Untuk mengetahui sediaan yang mengalami kerusakan maupun sediaan yang stabil pada umumnya dapat dilakukan dengan berbagai cara, baik secara pengujian tertentu ataupun pengamatan secara visual. Kerusakan pada sediaan emulsi biasanya ditandai dengan terbentuknya flokulasi, creaming, koalesen, dan demulsifikasi. Untuk sediaan yang stabil tidak terjadi perubahan.
Disarankan untuk para konsumen untuk memperhatikan cara penggunaan dan penyimpanan obat. Untuk sediaan emulsi dilakukan pengecokan terlebih dahulu untuk menjamin fase dalam yang merata dalam pembawa.
Untuk penyimpanan sediaan emulsi kecuali dinyatakan lain, di simpan didalam wadah tertutup rapat, di tempat sejuk dalam botol atau pot sesuai dengan viskositas emulsi. Sebelum mengkonsumsi obat, pasien harus melihat kondisi obat terlebih dahulu dengan melakukan pengecekan secara visual dan memperhatikan tanggal kadaluarsa.
Referensi
Anief.(2000), Ilmu Meracik Obat, Teori dan Praktek.Jogjakarta: Gadjah Mada University press
Ansel, H.C. 2005. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, penerjemah Farida Ibrahim. Pernebit : UI. Jakarta.
Lachman Leon, 2007. Teori dan Praktek Farmasi Industri, Edisi Ketiga. Penerbit Universitas Indonesia Press : Jakarta.
Martin, A. 2008.Farmasi Fisika, Buku I. UI Press : Jakarta
Sinko, P. 2011. Farmasi Fisika, Buku II. UI Press : Jakarta
Sri Hidayah, 2011. Pengaruh Rasio mol, Suhu dan lama reaksi terhadap tegangan permukaan dan stabilitas emulsi metal ester sulfonat dari CPO (The effect of Mol ratio, temperature and reaction time on surface tension and stability of metal ester sulfonat emulsion from CPO). Universitas Lampung; Bandar Lampung
Faridha, Y., et al. 2015. Formulasi dan Uji Stabilitas Fisik Krim Susu Kuda Sumbawa dengan Emulgator Nonionik dan Ionik. Universitas Islam Negeri Alauddin; Makassar
Majalah Farmasetika - Yogyakarta, 5 Desember 2024 – Upaya untuk memperkokoh eksistensi dan profesionalisme tenaga…
Majalah Farmasetika - Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI Komisi III, Muhammad Rofiqi, menyampaikan klarifikasi…
Majalah Farmasetika - Metformin, salah satu obat diabetes paling populer di dunia, telah lama dikenal…
Majalah Farmasetika - Anggota Komisi III DPR RI Dapil 1 Kalimantan Selatan, dan juga Ketua…
Majalah Farmasetika - Pedagang Besar Farmasi (PBF) adalah perusahaan yang memiliki izin untuk menyediakan, menyimpan,…
Majalah Farmasetika - Produk farmasi, seperti obat-obatan, memerlukan stabilitas tinggi untuk menjaga efektivitas dan kualitasnya…