Majalah Farmasetika – Pernakah dibenak kalian terpikirkan tentang hal-hal yang berkaitan dengan produk-produk yang kita gunakan sehari-hari? Apabila pernah, hal-hal atau pertanyaan apa saja kah yang terlintas dipikiran kalian tersebut?
Karena jujur berdasarkan pengalaman pribadi, yang mungkin tidak semua orang akan memahaminya, saya pernah mempertanyakan seperti ini, ‘Bagaimana sebuah produk cleanser (Re: pembersih wajah) yang terlihat biasa saja tapi punya kekuatan magis yang luar biasa?’
Mungkin kalian makin bertanya-tanya apa yang dimaksud dari magis tersebut. Baiklah, saya akan jelaskan. Coba bayangkan ketika pulang dari kerja atau kuliah. Mau tidak mau kita harus melawan atau menerjang polusi dari kepulan asap kendaraan yang tak ada henti-hentinya.
Ketika kita sampai di rumah atau kostan, diantara kita mungkin punya kebiasan untuk membersihkan bagian wajah terlebih dahulu. Sebelum mencuci muka dengan face wash, kita bisa membersihkan wajah terlebih dahulu dengan cleanser.
Ya, dengan berbekal 1 produk cleanser dan 1 buah kapas atau tissue, kita dapat membersihkan kotoran-kotoran yang menempel dengan sekali usap. Bukanlah itu sesuatu hal yang magis?
Mungkin terlihat berlebihan, tapi memang sesuatu yang menakjubkan, bukan? Dan dari situlah muncul pertanyaan lain seperti, ‘Apakah hasil yang menakjubkan tersebut adalah efek dari bahan-bahan yang terkandung di produk cleanser tersebut?’
Secara singkat jawaban pertanyaan tersebut adalah, ‘Ya, memang hasil tersebut adalah efek dari bahan-bahan yang terkandung di dalamnya.’, namun untuk mengetahui lebih lanjut bagaimana mekanisme bahan-bahan yang terkandung tersebut bekerja terhadap kulit maka secara singkat akan saya jelaskan selanjutnya pada artikel ini.
Sebenarnya, produk perawatan kulit pada awalnya digunakan untuk melembutkan dan membuat kulit terlihat sehat, akan tetapi sekarang produk perawatan kulit juga digunakan untuk menenangkan, memperbaiki, memperkuat, serta menjaga kulit yang stress yang disebabkan pengaruh luar maupun dalam.
Selain itu, tidak hanya digunakan pada area yang sering terpapar oleh lingkungan luar saja, seperti kulit wajah, lengan dan kaki, produk perawatan kulit juga digunakan untuk area kulit yang tidak terpapar lingkungan luar seperti kulit telapak kaki dan lipatan-lipatan kulit
Apabila dijabarkan lebih lanjut, kegunaan produk perawatan kulit terbagi menjadi 6 fungsi utama yang berbeda-beda, yaitu
Dari keenam fungsi tersebut mungkin dalam suatu produk perawatan kulit bisa saja hanya memfokuskan 1 fungsi saja dalam efek penggunaannya atau yang bisa disebut dengan produk monofungsi sedangkan apabila dalam suatu produk perawatan kulit memiliki fungsi yang banyak (> 2 fungsi) maka produk tersebut merupakan produk polifungsi.
Jenis produk perawatan kulit sangatlah banyak dan beragam. Secara garis besar produk perawatan kulit terbagi menjadi dua, yaitu produk perawatan kulit untuk wajah dan bagian tubuh lainnya.
Produk perawatan kulit untuk wajah dibedakan sendiri karena kulit memilki lapisan yang lebih tipis dibandingkan dengan kulit pada bagian tubuh yang lain. Selain itu, jenis kulit pada wajah pun berbeda-beda seperti tipe kulit berminyak (oily skin), kulit normal, dan kulit kering (dry skin). Oleh sebab itu, tidak mengherankan apabila terdapat banyak sekali produk perawatan kulit wajah yang beredar dipasaran karena kebutuhan tiap orang terhadap kulit wajahnya sangatlah berbeda.
Formulasi yang umum digunakan dalam produk perawatan kulit adalah emulsi. Emulsi merupakan sistem campuran dua cairan yang saling tak campur, biasanya terdiri atas fase minyak dan fase air.
Berdasarkan dari bahan yang digunakan serta dalam proses pembuatannya, emulsi dibedakan menjadi 2 yaitu emulsi air dalam minyak (a/m) dan emulsi minyak dalam air (m/a). Emulsi minyak dalam air (m/a) terbentuk apabila fase minyak terdispersi ke dalam fase air, sedangkan emulsi air dalam minyak (a/m) terbentuk apabila fase air terdispersi ke dalam minyak. Karena kedua fase tersebut secara termodinamika tidak stabil dan memiliki polaritas yang berbeda maka untuk mencampurkannya perlu ditambahkan pengemulsi (emulsifier). Jenis pengemulsi yang sering digunakan adalah surfaktan.
Surfaktan terbagi menjdi empat golongan besar, yaitu surfaktan anionik, kationik, amfoterik, dan nonionik. Struktur secara umum dari surfaktan adalah terdiri dari 2 bagian, yaitu bagian kepala yang bersifat hidrofilik dan bagian ekor yang bersifat hidrofobik.
Pada produk pembersih wajah, surfaktan merupakan salah satu bahan terpenting. Hal ini disebabkan karena produk pembersih wajah tujuan utamanya adalah untuk menghilangkan material-material yang tidak diinginkan seperti kotoran, minyak dan kulit mati. Biasanya produk pembersih diformulasikan dengan konsentrasi surfaktan yang melebihi konsentrasi misel kritisnya (CMC).
Saat proses membersihkan wajah, surfaktan akan berinteraksi dengan lapisan kulit paling atas yaitu stratum korneum. Surfaktan akan menurunkan tegangan permukan antara kotoran dengan lapisan kulit serta mengikat kotoran yang larut minyak tersebut dengan menjebaknya ke dalam inti misel yang bersifat hidrofobik dan ketika pembersih wajah dibilas maka kotoran dengan otomatis akan ikut terbawa.
Namun, surfaktan tidaklah selektif pada saat proses tersebut karena surfaktan juga mampu membawa komponen-komponen kulit seperti lemak, enzim, dan faktor pelembab alami yang dapat menurunkan fungsi pertahanan kulit.
Oleh sebab itu, tidak semua jenis surfaktan dapat digunakan sebagai bahan pembersih kulit wajah. Beberapa surfaktan yang bersifat ringan sehingga aman digunakan diantaranya adalah sodium N-cocoyl Glycinate, Sulfosccinate, cocoamidopropyl Betaine (CAPB), Sodium Laureth Sulfate (SLES), dan Alkyl sulfosuccinates. Surfaktan lain yang berasal dari jenis nonionik dan amfoterik juga dapat digunakan karena sifatnya lebih ringan dibandingan surfaktan yang berasal dari jenis anionik dan kationik.
Bahan lain yang dapat ditambahkan pada pembersih kulit wajah adalah antioksidan. Antioksidan berfungsi untuk memperlambat proses oksidasi dari bahan fase minyak sehingga produk stabil. Bahan antioksidan yang dapat digunakan diantara lain adalah asam askorbat, BHT, tokoferol, dll. Untuk meningkatkan kelembaban kulit dan meminimalisir iritasi kulit dapat digunakan emolien seperti petroleum, lanolin, ekstrak minyak jojoba, ekstrak biji matahari, gliserin, stearil alkohol, propilen glikol, dll. Selain itu, perlu ditambahkan zat yang dapat menyesuaikan pH produk sehingga pH produk tidak mengiritasi kulit seperti natrium hidroksida, aminometil propanol, trietalnolamine atau ditambahkan buffer seperti asam sitrat, asam laktat, asam suksinat.
Agar produk tetap stabil dan terhindar dari pertumbuhan mikroorganisme maka dapat digunakan zat pengawet seperti propil paraben, metil paraben, etil paraben, phenoxy etanol, sodium methyl paraben, dll. Adapun beberapa produk juga menambahkan sedikit bahan parfum agar meningkatkan estetika dari produk yang dijual.
Dari penjelasan diatas, kita bisa mendapatkan secara singkat gambaran umum dari bahan-bahan yang terkandung di dalam suatu produk pembersih wajah. Terlepas dari banyak kandungan yang terdapat pada produk pembersih wajah tersebut, hal yang paling penting dan utama adalah memilih bahan yang cocok untuk tipe kulit yang kita miliki.
Sekian dan terimah kasih!
Referensi
Chelcea, R. I., Moldovan, D., Demco, D. E., Culcea, E., dan Fechete, R. 2017. In Vitro Degradation and Phase Composition of Cosmetic Emulsion. Studia UBB Chemia. Vol. 62(1): 73 – 88.
Draelos, Z. D. 2017. Review Article: The Science Behind Skin Care: Cleansers. Journal Cosmetic Dermatology. Vol. 17(1): 8 – 14.
Navare, B., Thakur, S., dan Nakhe, S. 2019. A review on Surfactans: Role in skin irritation, SC damage, and effect mild cleansing over damaged skin. International Journal of Advance Research, Ideas, and Innovation in Technology. Vol. 5(3): 1077 – 1081.
Surber, C. dan Kottner, J. 2017. Skin care products: What do they promise, what do they deliver. Journal of Tissue Viabilitty. Vol. 26: 29 – 36.
Walters, R. M., Mao, G., Gun, E. T., dan Hornby, S. 2012. Review Article: Cleansing Formulations That Respect Skin Barrier Integrity. Dermatology Research and Practice. Vol. 2012: 1 – 9.
Majalah Farmasetika - Kementerian Kesehatan Republik Indonesia resmi mengesahkan Susunan Organisasi Kolegium Farmasi periode 2024-2028 melalui Keputusan…
Majalah Farmasetika - Yogyakarta, 5 Desember 2024 – Upaya untuk memperkokoh eksistensi dan profesionalisme tenaga…
Majalah Farmasetika - Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI Komisi III, Muhammad Rofiqi, menyampaikan klarifikasi…
Majalah Farmasetika - Metformin, salah satu obat diabetes paling populer di dunia, telah lama dikenal…
Majalah Farmasetika - Anggota Komisi III DPR RI Dapil 1 Kalimantan Selatan, dan juga Ketua…
Majalah Farmasetika - Pedagang Besar Farmasi (PBF) adalah perusahaan yang memiliki izin untuk menyediakan, menyimpan,…