Majalah Farmasetika – Vitamin C merupakan salah satu vitamin yang diperlukan oleh tubuh terutama di masa pandemi Covid-19 ini. Dimana kita harus terus menjaga daya tahan tubuh agar tidak terkena dampak Covid-19. Tak lupa kita juga harus terus melakukan protokol kesehatan agar putusnya rantai penyebaran.
Vitamin C telah dikenal sebagai antioksidan potensial yang mampu menangkap radikal bebas dalam tubuh serta mencegah hiperpigmentasi. Radikal bebas dalam tubuh sendiri dapat meningkat pada kondisi tubuh yang telah tua maupun karena paparan sinar matahari yang berlebihan. Dalam jumlah y ang cukup, sinar matahari bermanfaat untuk mengubah provitamin D menjadi vitamin D (Juzenene dan Moah, 2012)
Vitamin C yang berperan sebagai antioksidan kuat dapat melindungi sel dari agen-agen penyebab kanker, dan secara khusus mampu meningkatkan daya serap tubuh atas kalsium (mineral untuk pertumbuhan gigi dan tulang) serta zat besi dari bahan makanan lain (Godam, 2006). Antioksidan dapat menangkap radikal bebas. Sehingga menghambat proses oksidasi.
Radikal bebas adalah atom ataumolekul yang memiliki satu atau lebih elektron yang tidak berpasangan, sehingga cenderung mendapat elektron dari zat lain menjadikan radikal bebas bersifat sangat reaktif (Murray.,et, al, 1996).
Menurut Kooter (2004), radikal bebas dapat dihasilkan dari lingkungan luar tubuh (radiasi ultra violet, polutanudara, asaprokok) dan dari dalam tubuh (reaksi redoks enzimatis yang melibatkan oksigen pada metabolisme normal, proses fagositosis, H2O2 yang dengan adanya Fe dan Cu menghasilkan radikal hidroksil). Kerusakan–kerusakan yang dapat ditimbulkan oleh radikal bebas ini adalah kerusakan membrane sel, kerusakan protein, kerusakan DNA, lipid peroksida, dan proses penuaan.
Effek negatif radikal bebas dapat dicegah oleh antioksidan, salah satunya adalah vitamin C. Vitamin C merupakan antioksidan pada larutan aqueous seperti darah dan di dalam sel (intraseluler).
Pemenuhan zat gizi khususnya vitamin penting untuk memenuhi kebutuhan jasmani untuk beraktifitas dalam kehidupan sehari-hari. Sebagian besar vitamin larut air merupakan komponen sistem enzim yang banyak terlibat dalam membantu metabolisme energi. Vitamin larut air tidak disimpan dalam tubuh dan dikeluarkan melalui urin dalam jumlah kecil. Oleh sebab itu vitamin larut air perlu dikonsumsi setiap hari untuk mencegah kekurangan yang dapat mengganggu fungsi normal tubuh (Almatsier, 2009)
Oleh karena itu sangat penting untuk memenuhi kebutuhan harian vitamin C tubuh dilansir dari health.grid.id, Andrew G. Weber, dokter ahli paru dan spesialis perawatan kritis, pasien Covid-19 yang dirawat intensif langsung menerima 1.500 miligram vitamin C. Jumlah tersebut kemudian diberikan kembali tiga atau empat kali sehari. Pengobatan vitamin C ini didasarkan pada perawatan eksperimental yang diberikan kepada orang dengan virus Covid-19 di Shanghai, China.
Cara kerja vitamin C di tubuh antara lain dengan Meningkatkan kekebalan tubuh dengan meningkatkan kinerja sel natural killer untuk mencari dan membunuh sel kanker atau sel lain yg membahayakan tubuh. Serta mendukung kerja neutrofil, sel pertama dari sistem kekebalan tubuh yang merespons dengan cara menyerang bakteri atau virus. Dan juga membantu meningkatkan kinerja limfosit dalam melacak virus dan bakteri yang bisa mengancam kesehatan tubuh.
Mengkonsumsi vitamin c juga tidak boleh berlebihan, tentu sesuatu yang berlebihan tidak akan baik hasilnya. Kelebihan konsumsi vitamin c pada tubuh memberikan efek seperti Sakit perut, Diare, Kram perut, Insomnia, Mual dan bahkan Batu ginjal.
Kebutuhan vitamin C menurut Angka Kecukupan Gizi (AKG) antara lain, anak di atas satu tahun membutuhkan asupan vitamin C sebanyak 40-45 mg. Sedangkan remaja berusia di atas 12 tahun perlu memenuhi kebutuhan vitamin C paling tidak 65-90 mg per hari. UntukUntuk orang dewasa di atas 18 tahun, kebutuhan vitamin C harian Anda adalah 75-90 mg.
Vitamin C termasuk Golongan antioksidan sekunder, Antioksidan ini disebut juga antioksidan eksogen atau non-enzimatis. Antioksidan ini memiliki sistem pertahanan secara preventif yaitu bekerja dengan cara memotong reaksi oksidasi berantai dari radikal bebas, sehingga radikal bebas tidak mampu bereaksi dengan komponen sekunder. (Winarsi, 2007)
Peran vitamin C sebagai senyawa antioksidan non-enzimatis adalah dengan cara mendonorkan elektron(oksidasi)terhadap radikal oksigen seperti superoksida, radikal hidroksil, radikal peroksil, radikal sulfur, dan radikal nitrogenoksigen yang dapat menghambat proses metabolisme tubuh (Astuti, 2009)
Vitamin C dari alam bisa ditemukan pada buah-buahan ataupun sayuran. Contoh buah-buahan lokal yang diketahui kaya akan vitamin C adalah buah lemon lokal, jeruk nipis, jambu biji, apel Malang dan nenas. (Almatsier, 2001)
Kekurangan vitamin C dapat menimbulkantanda-tanda klinis seperti perdarahan dan bengkak di gusi, rasa nyeri pada persendian akibatkonsentrasi vitamin C di plasma darah dan leukosit yang sangat rendah. Kekurangan Vitamin C akut menyebabkan scorbutdan seseorang dengan kondisi kekurangan vitamin C dapat menurunkan kekebalan selulernya. (Chandra. Overview Micronutrient and immunefunction.1997)
Kekurangan Vitamin C juga menyebab-kan sariawan, gusi dan kulit mudah berdarah, sendi-sendi sakit dan luka sembuhnya lama (Naidu, K.A. 2003). Beberapa tanda kekurangan vitamin C di dalam tubuh adalah : Rambut sangat kering dan bercabang, Kulit bersisik, kering, dan kasar, Gusi mudah berdarah dan meradang, Luka lambat sembuh, mengalami infeksi berulang, dan mudah berdarah, Mengalami mimisan (epistaksis) berulang, Nyeri atau pembengkakan pada sendi, Anemia, Gigi mudah keropos.
DAFTAR PUSTAKA
Godam. 2006. Pengertian dan Definisi Vitamin-Fungsi, Guna, Sumber, Akibat Kekurangan, Macam dan Jenis Vitamin.
Naidu, K.A. 2003 Vitamin C in human health and disease is still a mystery ? An overview. Nutrition Journal 2003, 2:7
Juzeniene, A. and Moan, J. 2012. Beneficial Effects of UV Radiation Other Than Via Vitamin D Production, Dermatoendocrinol. 4(2): 109– 117.
Murray R.K, Granner DK, Mayes PA, and Rodwell VW. 1996. Harper’s Biochemistry 24 ed.Lange Medical Book USA
Kooter, I.M. 2004. Inventory of Biomarker for oxidative stress. RIVM report within the frame work Project, Bilthoven.
Majalah Farmasetika - Kementerian Kesehatan Republik Indonesia resmi mengesahkan Susunan Organisasi Kolegium Farmasi periode 2024-2028 melalui Keputusan…
Majalah Farmasetika - Yogyakarta, 5 Desember 2024 – Upaya untuk memperkokoh eksistensi dan profesionalisme tenaga…
Majalah Farmasetika - Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI Komisi III, Muhammad Rofiqi, menyampaikan klarifikasi…
Majalah Farmasetika - Metformin, salah satu obat diabetes paling populer di dunia, telah lama dikenal…
Majalah Farmasetika - Anggota Komisi III DPR RI Dapil 1 Kalimantan Selatan, dan juga Ketua…
Majalah Farmasetika - Pedagang Besar Farmasi (PBF) adalah perusahaan yang memiliki izin untuk menyediakan, menyimpan,…