Majalah Farmasetika – Tumor neuroendokrin (NET) merupakan neoplasma yang menghasilkan hormon dengan gejala klinis yang berbeda-beda.
NET ditandai oleh adanya penanda intraseluler pada jaringan endokrin secara histologi, diantaranya adalah synaptophysin, neuron specific enolase (NSE), dan chromogranin A. Penanda tersebut biasanya digunakan dalam penegakan diagnosis NET.
Meskipun angka kejadian NET di Indonesia masih cukup rendah, tetapi menjadi tantangan tersendiri bagi tenaga medis karena bervariasinya presentasi klinis serta belum adanya pencitraan awal yang efektif (Mahayasa dan Paulus, 2018). Belakangan ini, telah disetujui oleh FDA sebuah agen radiofarmasi pendeteksi NET yang dinamakan dengan Detectnet.
Detectnet (copper Cu 64 dotatate) merupakan agen diagnostik radioaktif yang digunakan bersamaan dengan positron emission tomography (PET) untuk lokalisasi tumor neuroendokrin positif reseptor somatostatin (NET) dan telah disetujui oleh FDA pada 8 September 2020 lalu.
Detectnet merupakan radionuklida pemancar positron (β+) dengan hasil emisi yang memungkinkan pencitraan PET dengan mekanisme mengikat reseptor somatostatin dengan afinitas tertinggi untuk reseptor subtipe 2 (SSTR2). Secara khusus, agen tersebut mengikat ke sel yang mengekspresikan reseptor somatostatin, termasuk sel neuroendokrin ganas yang mengekspresikan SSTR2 secara berlebihan. Detectnet merupakan pengembangan dari 68Ga-DOTATATE yang disetujui pada 2016 lalu. Persetujuan Detectnet sebagai agen diagnostik ini didasari atas dari dua percobaan yang mengevaluasi 175 orang.
Agen diagnostik radioaktif sebelumnya, 68Ga-DOTATATE, memiliki keterbatasan, salah satunya adalah waktu paruh yang dimiliki sekitar 1,1 jam sehingga mengharuskan 68Ga-DOTATATE diproduksi secara lokal melalui generator. Sedangkan untuk Detectnet sendiri memiliki waktu paruh 12,7 jam sehingga dapat meningkatkan masa simpan Detectnet, menghilangkan ketergantungan pada generator, memberikan keefektifan dalam proses pendistribusiannya, dan menyediakan jendela pemindaian yang lebih fleksibel dibandingkan dengan 68Ga-DOTATATE.
Detectnet juga membantu mengurangi kelemahan lain dari agen diagnostik sebelumnya yaitu penundaan pada obat somatostatin analogue PET lainnya. Selain itu Detectnet memiliki sensitivitas dan selektivitas yang tinggi sehingga dapat memberikan pengembangan obat dengan efektivitas yang lebih tinggi (FDA, 2020).
Detectnet adalah obat untuk mendeteksi jenis tumor tertentu yang disebut tumor neuroendokrin positif reseptor somatostatin pada orang dewasa. Neuroendocrine tumor (NET) merupakan tumor langka yang berkembang di sel-sel penghasil hormon tertentu dari sistem neuroendokrin tubuh (FDA, 2020).
Obat ini mengandung Cu-64 berlabel DOTATATE yang dapat berfungsi sebagai radiotracer untuk pencitraan berbasis SSTR serta memiliki 64Cu-DOTATATE yang berfungsi sebagai radiotracer analog somatostatin. Analog ini menunjukkan dosis radiasi yang lebih rendah dan tingkat deteksi lesi yang lebih tinggi daripada 111In-DTPA octreotide, serta tingkat deteksi lesi yang lebih tinggi dari 68Ga-DOTATOC, pada pasien dengan NET (Delpassand, et al. 2020).
Detectnet dapat digunakan dengan cara injeksi pada pembuluh darah untuk persiapan tes pencitraan (positron emission tomography scan atau PET scan). Dosis yang direkomendasikan dalam penggunaan Detectnet sebagai agen radioaktif untuk pencitraan PET adalah 148 MBq (4 mCi) secara intravena selama kurang lebih 1 menit. Efek samping yang mungkin ditemukan pada pasien yang menggunakan Detectnet diantaranya adalah mual, muntah, dan wajah kemerahan namun hanya 2% dari penggunanya. (FDA, 2020).
Detectnet atau Cu-64 dotatate dapat mengikat reseptor somatostatin dengan afinitas tertinggi untuk reseptor subtipe 2 (SSTR2). Apabila hasil ekspresi reseptor SSTR2 secara berlebihan maka dapat dikatakan adanya sel neuroendokrin ganas. Cu-64 merupakan sebuah positron (β +) yang memancarkan radionuklida dengan sebuah hasil emisi yang memberikan pencitraan Positron Emission Tomography (PET).
Setelah 1-3 jam pemberian dosis tunggal Cu-64 secara injeksi dapat diamati radioaktivitas maksimum pada kelenjar adrenal, ginjal, kelenjar pituitari, limpa dan hati. Cu-64 akan diekskresikan tubuh sekitar 16% – 40%.
Telah dilakukan uji klinik kepada 175 pasien dewasa mengikuti panduan FDA. Dilakukan dua jenis percobaan. Percobaan pertama dilakukan di Amerika Serikat (Houston, TX) dengan melakukan evaluasi pada pasien dewasa, yang terdiri dari pasien NET dan sukarelawan yang sehat.
Kedua kelompok pasien diberikan Detectnet dan menjalani positron emission tomography (PET) scan. Sedangkan percobaan kedua dilakukan di Denmark. Dari hasil data percobaan, dilaporkan bahwa dari 112 pasien dewasa semuanya memiliki riwayat NET, kemudian seluruh pasien menjalani positron emission tomography (PET) scan (FDA, 2020).
Dari hasil kedua uji coba, Gambar Detectnet dibandingkan dengan hasil biopsi atau gambar lain yang diambil dengan teknik berbeda untuk mendeteksi lokasi tumor. Gambar dibaca sebagai positif atau negatif untuk kehadiran NET oleh tiga pembaca gambar independen yang tidak mengetahui informasi klinis pasien (FDA, 2020).
Metode deteksi dalam penegakan diagnosis tumor neuroendokrin di Indonesia antara lain dengan USG, CT scan, dan MRI (Mahayasa dan Wibowo, 2018).
Pencitraan dengan radioaktif untuk tumor neuroendokrin masih jarang ditemukan, sehingga Detectnet dapat menjadi metode deteksi baru di Indonesia. Akan tetapi, uji klinik yang sudah dilakukan hanya terbatas pada ras kulit putih di Amerika dan Eropa (FDA, 2020) sehingga dibutuhkan studi lebih lanjut untuk penggunaan Detectnet di Indonesia.
Sumber:
Delpassand, Ebrahim S., et al. 2020. 64Cu-DOTATATE PET/CT for Imaging Patients with Known or Suspected Somatostatin Receptor–Positive Neuroendocrine Tumors: Results of the First U.S. Prospective, Reader-Masked Clinical Trial. THE JOURNAL OF NUCLEAR MEDICINE. Vol 61(06): 890-896.
FDA. 2020. Detectnet (copper Cu 64 dotatate injection), for intravenous use Initial U.S. Approval: 2020. Dapat diakses di https://www.accessdata.fda.gov/drugsatfda_docs/label/2020/213227s000lbl.pdf
Mahayasa, M dan Paulus, S. 2018. TUMOR NEUROENDOKRIN: KASUS SERIAL DI RSUD DR. SOETOMO. Jurnal Bedah Nasional. Vol. 2(1): 28-39.
Majalah Farmasetika - Kementerian Kesehatan Republik Indonesia resmi mengesahkan Susunan Organisasi Kolegium Farmasi periode 2024-2028 melalui Keputusan…
Majalah Farmasetika - Yogyakarta, 5 Desember 2024 – Upaya untuk memperkokoh eksistensi dan profesionalisme tenaga…
Majalah Farmasetika - Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI Komisi III, Muhammad Rofiqi, menyampaikan klarifikasi…
Majalah Farmasetika - Metformin, salah satu obat diabetes paling populer di dunia, telah lama dikenal…
Majalah Farmasetika - Anggota Komisi III DPR RI Dapil 1 Kalimantan Selatan, dan juga Ketua…
Majalah Farmasetika - Pedagang Besar Farmasi (PBF) adalah perusahaan yang memiliki izin untuk menyediakan, menyimpan,…