Categories: Distribusi

Mengenal Alur Distribusi Deksametason sebagai Obat Resep

Majalah Farmasetika – Pendistribusian obat pada umumnya dilakukan melalui jalur yang sudah ditentukan yaitu melalui jalur resmi yang pastinya sudah terpercaya, jalur resmi yang cukup terpercaya dan umum untuk mendapatkan obat secara umum meliputi pabrik atau sering disebut menggunakan istilah prinsipal, selanjutnya melalui PBF atau pedagang besar farmasi, kemudian didistribusikan ke apotek, klinik atau rumah sakit.

Alur distribusi obat bergantung pada jenis obatnya yang terbagi menjadi 2 jenis, yaitu obat OTC (over the counter) dan obat ethical/obat resep.

Apa itu obat OTC?

Obat OTC merupakan obat yang bisa didapatkan tanpa harus adanya resep dokter, obat ini terbagi lagi menjadi 2 yaitu obat bebas dan obat bebas terbatas.

Berdasarkan pada Pionas, 2015 obat bebas merupakan obat yang dijual di pasaran dan dapat dibeli tanpa menggunakan resep dokter.

Obat bebas biasanya merupakan obat yang digunakan untuk meredakan gejala yang dialami pada penyakit ringan seperti salah satunya paracetamol yang digunakan untuk menurunkan panas.

Obat bebas terbatas merupakan obat yang juga dijual secara bebas dan bisa didapatkan tanpa adanya resep dokter namun dalam penjualannya disertai dengan adanya tanda peringatan (Pionas, 2015).

Peringatan yang terdapat pada kemasan obat merupakan tanda peringatan yang berisikan aturan pakai obat yang harus diperhatikan dalam penggunaan obat jenis ini.

Deksametason sebagai obat resep

Jenis obat yang selanjutnya adalah obat ethical, berbeda dengan jenis obat sebelumnya untuk mendapatkan jenis obat ini diperlukan adanya resep dokter, jenis obat ini memiliki logo lingkaran berwarna merah dengan garis luar berwarna hitam dan terdapat huruf K di dalamnya.

Obat ini terdiri dari daftar G, daftar O, OKT atau Obat Keras Tertentu, dan Obat Wajib Apotek. Walaupun untuk mendapatkan obat jenis ini perlu adanya resep dokter, namun dalam prakteknya masih saja terdapat beberapa oknum yang menjual beberapa jenis obat ethical tanpa menggunakan resep dokter yaitu salah satunya obat deksametason.

Menurut Erlangga, dkk (2015), obat ini merupakan golongan obat kortikosteroid dengan efek anti inflamasi yang cukup kuat dengan menekan pembentukan bradykinin dan pelepasan neuropeptida dari ujung saraf.

Efek analgesik yang didapat merupakan hasil penekanan prostaglandin melalui penghambatan sintesis enzim siklooksigenase, selain itu terdapat penekanan mediator inflamasi seperti TNF-α, interleukin 1-β, dan interleukin-6.

Walaupun terdengar menjanjikan sayangnya penggunaan obat ini perlu dibatasi, itulah sebabnya mengapa pembelian obat ini perlu disertai adanya resep dokter.

Dalam penggunaan yang tidak tepat kortikosteroid malah akan berdampak buruk bagi tubuh diantaranya kerusakan organ dalam waktu tertentu yaitu diantaranya ginjal dan hati.

Selain itu efek samping yang perlu dikhawatirkan diantaranya adalah imunosupresif atau menekan sistem kekebalan tubuh, efek samping lain diantaranya adalah menurunkan kepadatan tulang dan peningkatan resiko glaucoma jika digunakan dalam penggunaan jangka panjang. Hal inilah beberapa hal yang mendasari penggolongan obat deksametason menjadi obat ethical.

Alur distribusi onat deksametason

Dalam pendistribusian jika pasien hanya dapat menerima obat dengan menggunakan resep dokter, obat ethical ini secara resmi didistribusikan melalui pabrik, kemudian dilanjutkan ke importir atau PBF.

Di PBF, obat akan dicek izin edarnya, no. bets, serta tanggal kadaluarsa sebelum dikirimkan dan didistribusikan ke masyarakat luas.

Melalui PBF sebagai distributor resmi, obat kemudian didistribusikan ke apotek, klinik, atau rumah sakit yang dipesan sesuai surat pesanan yang disahkan oleh apoteker penanggung jawab.

Dokter praktek mandiri pun sebenarnya tidak diperkenankan menjual obat ethical kepada pasien secara langsung terkecuali sulit ditemukannya apotek di daerah terpencil.

Untuk mendapatkan obat yang terpercaya, terhindar dari obat palsu dan alur penjualan obat sesuai dengan jenis serta golongannya hendaknya pembelian obat dilakukan melalui distributor legal seperti apotek, klinik, dan rumah sakit.

REFERENSI

PIONAS. (2015). Pedoman Umum: Kepentingan Informatorium Nasional. Badan Pengawas Obat dan Makanan: Jakarta.

Erlangga, M. Erias., Ruli H., dan Tatang, B. (2015). Perbandingan Pemberian Deksametason 10mg dengan 15 mg Intravena sebagai Adjuvan Analgetik tehhadap Skala Nyeri Pascabedah pada Pasien yang Dilakukan Radikal Mastektomi Termodifikasi. Jurnal Anestesi Perioperatif [JAP. 2015; 3(3):146-54].

Ajeng Triwahyuni Pratiwi Wangsadirana

I'm a bachelor of pharmacy, currently undergoing an apotechary proffession studies in University of Padjadjaran.

Share
Published by
Ajeng Triwahyuni Pratiwi Wangsadirana

Recent Posts

Kimia Farma Hadapi Tantangan Besar: Penutupan Pabrik dan PHK Karyawan

Majalah Farmasetika - PT Kimia Farma (Persero) Tbk, perusahaan farmasi terkemuka di Indonesia, saat ini…

1 minggu ago

Pertimbangan Regulasi Terkait Model Peracikan 503B ke 503A untuk Apotek Komunitas

Majalah Farmasetika - Tinjauan mengenai persyaratan bagi apotek yang mempertimbangkan untuk memesan senyawa dari fasilitas…

1 minggu ago

FDA Memperluas Persetujuan Delandistrogene Moxeparvovec-rokl untuk Distrofi Otot Duchenne

Majalah Farmasetika - Setelah sebelumnya disetujui pada Juni 2023 dalam proses Accelerated Approval, FDA telah…

1 minggu ago

FDA Menyetujui Epcoritamab untuk Pengobatan Limfoma Folikular Kambuhan, Refraktori

Majalah Farmasetika - Persetujuan ini menandai antibodi bispesifik pengikat sel T pertama dan satu-satunya yang…

1 minggu ago

FDA Mengeluarkan Surat Tanggapan Lengkap untuk Pengajuan BLA Patritumab Deruxtecan

Majalah Farmasetika - Pengajuan lisensi biologis (BLA) untuk patritumab deruxtecan menerima surat tanggapan lengkap karena…

2 minggu ago

FDA Menyetujui Ensifentrine untuk Pengobatan Pemeliharaan Penyakit Paru Obstruktif Kronis

Majalah Farmasetika - Setelah lebih dari 2 dekade, produk inhalasi pertama dengan mekanisme aksi baru…

2 minggu ago