Categories: Sediaan Farmasi

QELBREE (Viloksazin HCl), Terobosan baru untuk menangani ADHD

Majalah Farmasetika – Attention deficit hyperactivity disorder atau biasa disingkat ADHD adalah suatu gangguan kesehatan mental yang menyebabkan hiperaktif diatas normal dan perilaku impulsif. Orang dengan ADHD mungkin juga memiliki masalah untuk memokuskan perhatian mereka kepada suatu pekerjaan atau duduk tenang untuk waktu yang lama.

Gejala ADHD

ADHD memiliki gejala terutama pada perilaku yang sangat luas. Beberapa yang sangat sering terjadi meliputi:

  • Memiliki kesulitan untuk fokus pada sesuatu
  • Menjadi sangat pelupa untuk melengkapi atau mengerjakan tugas
  • Mudah terganggu/terdistraksi
  • Memiliki kesulitan untuk duduk diam dan tenang
  • Menginterupsi orang lain ketika mereka berbicara

Tipe ADHD

American Psychological Association (APA) membagi kondisi ADHD dalam tiga kategori atau tipe, antara lain:

  • Predominantly inattentive

Orang dengan ADHD tipe ini memiliki kesulitan yang sangat ekstrem dalam fokus, menyelesaikan tugas, dan mengikuti instruksi atau percakapan. Selain itu, orang dengan tipe ADHD ini mudah terdistraksi atau melupakan detail dari rutinitas sehari-hari.

  • Predominantly hyperactive-Impulsive presentation

Orang dengan ADHD tipe ini seringnya gelisah dan cenderung banyak berbicara. Sulit untuk duduk diam dalam waktu yang lama (misalnya untuk makan atau saat mengerjakan pekerjaan rumah). Individu merasa gelisah dan bermasalah dengan impulsif. Seseorang yang impulsif mungkin sering menyela orang lain, mengambil sesuatu dari orang lain atau berbicara pada waktu yang tidak tepat. Sangat sulit untuk bagi mereka untuk menunggu giliran atau mendengarkan petunjuk.

  • Combined presentation

Tipe ADHD yang paling sering dijumpai. Individu dengan tipe kombinasi menunjukkan baik gejala inatentif dan hiperaktif. Gejala-gejala tersebut meliputi ketidakmampuan untuk menaruh perhatian, kecenderungan untuk bersikap impulsif, serta aktivitas dan energi dengan level diatas normal.

Pengobatan ADHD: Stimulan dan Nonstimulan

Terdapat dua jenis pengobatan yang digunakan untuk menangani ADHD yaitu stimulan dan nonstimulan. Stimulan sistem saraf pusat merupakan obat yang paling sering diberikan. Obat-obat ini bekerja dengan meningkatkan jumlah dopamin dan norepinefrin di otak. Contoh dari obat ini adalah metilfenidat dan stimulan berbasis amfetamin.

Jika stimulan tidak bekerja dengan baik atau menyebabkan efek samping yang menimbulkan masalah, dokter akan menyarankan suatu pengobatan nonstimulan. Obat nonstimulan tertentu bekerja dengan meningkatkan kadar norepinefrin dalam otak. Contoh nonstimulan yaitu atomoksetin dan beberapa antidepresan seperti bupropion.

Pada tahun 2021, Food and Drug Administration (FDA) mengumumkan obat nonstimulan baru untuk menangani ADHD terutama pada anak-anak. Obat itu adalah Qelbreeä (Supernus Pharmaceuticals, Inc.) yang mengandung zat aktif viloksazin HCl. Qelbree merupakan suatu inhibitor reuptake selektif norepinefrin yang ditujukan untuk pengobatan ADHD pada pasien anak-anak berusia 6 sampai 17 tahun.

Qelbree tersedia dalam bentuk sediaan kapsul lepas diperpanjang dengan kekuatan 100, 150 dan 200 mg. Dosis yang direkomendasikan untuk pasien berusia 6-11 tahun yaitu 100mg satu kali sehari dan dapat dititrasi sampai mencapai dosis maksimum 400mg tergantung pada respons dan tolerabilitas. Sementara untuk pasien berusia 12-17 tahun dosis yang dianjurkan yaitu 200mg satu kali sehari serta dapat dititrasi sampai dosis maksimum 400mg.

Secara in vitro, viloksazin yang merupakan kandungan aktif dari Qelbreeä bekerja dengan mengantagonis aktivitas reseptor 5-HT2B dan 5-HT2C sedangkan pada pengujian in vivo, viloksazin meningkatkan kadar 5-HT ekstraselular pada daerah korteks prefrontal (PFC). Selain itu viloksazin menunjukkan efek penghambatan moderat pada transporter norepinefrin secara in vitro dan in vivo serta aktivitas moderat pada sistem noradrenergik dan dopaminergik.

Untuk uji keaman, Qelbree telah dievaluasi pada 1118 pasien (usia 6-17 tahun) dengan ADHD yang terpapar pada satu atau lebih dosis pada jangka waktu pendek (6-8 minggu), uji coba acak (randomized), double-blind, atau placebo-controlled. Total 682 pasien pediatrik diberi pengobatan dengan Qelbree selama 6 bulan dan 347 lainnya 12 selama 12 bulan.

Data yang diperoleh dari hasil pengujian klinis dengan dosis uji 100-400 mg merefleksikan paparan terhadap Qelbree pada pasien yang berpartisipasi pada uji coba randomized, double-blind dan placebo-controlled. Populasi terdiri dari 65% laki-laki, 35% perempuan, 54% kulit putih, 41% kulit hitam, 4% multiras dan 1% ras lain. Sekitar 3% pasien yang menerima Qelbree memberhentikan pengobatan karena terjadi reaksi yang tidak diinginkan. Reaksi tersebut antara lain somnolens, mual, sakit kepala, iritabilitas, takikardia, kelelahan, dan menurunnya nafsu makan. Sementara itu reaksi yang tidak diinginkan yang paling sering dialami yaitu somnolens, penurunan nafsu makan, kelelahan, mual, muntah, dan insomnia.

Satu hal yang sangat penting untuk diperhatikan pada penggunaan Qelbree adalah kemungkinan untuk mengalami pikiran dan perilaku bunuh diri (suicidal thoughts and behaviors). Hasil dari studi klinis menunjukkan terjadinya perilaku dan pikiran bunuh diri yang tercatat pada pasien pediatrik ADHD yang diberi Qelbree dibandingkan dengan pasien yang diberi plasebo.

Dikarenakan tingginya kasus pikiran untuk bunuh diri pada pasien yang mengonsumsi Qelbree, pasien harus dimonitor secara intens dan jika terjadi pikiran untuk bunuh diri memburuk secara klinis terutama selama beberapa bulan awal terapi dan pada saat dosis berubah. Dapat dipertimbangkan untuk mengubah regimen terapi termasuk kemungkinan untuk memberhentikan terapi Qelbree pada pasien yang mengalami gejala atau tanda yang mungkin menjadi pemicu munculnya ide bunuh diri, terutama jika gejala ini parah atau onsetnya tiba-tiba. Selain itu, anggota keluarga inti atau caregiver juga perlu diberi pengetahuan untuk memonitor ketika ada tanda-tanda perilaku pikiran untuk bunu diri dan segera melaporkan gejalanya pada penyedia jasa layanan kesehatan.

Daftar Pustaka

https://www.healthline.com/health/adhd#adult-adhd

https://www.cdc.gov/ncbddd/adhd/facts.html

https://www.qelbree.com/

https://www.contemporarypediatrics.com/view/fda-approves-non-stimulant-qelbree-to-treat-adhd

https://www.fda.gov/drugs/new-drugs-fda-cders-new-molecular-entities-and-new-therapeutic-biological-products/novel-drug-approvals-2021

Supernus Pharmaceuticals, Inc. Supernus announces FDA approval of Qelbree™ (SPN-812) for the treatment of ADHD. Published April 2, 2021. https://www.globenewswire.com/en/news-release/2021/04/02/2204030/19871/en/Supernus-Announces-FDA-Approval-of-Qelbree-SPN-812-for-the-Treatment-of-ADHD.html

Yu, Chungping et al., 2020. New Insights into the Mechanism of Action of Viloxazine: Serotonin and Norepinephrine Modulating Properties. Dovepress: Journal of Experimental Pharmacology 12:285-300

Lina Nafisah

Share
Published by
Lina Nafisah

Recent Posts

Peran Penting Apoteker dalam Menjamin Distribusi Aman Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi (NPP)

Majalah Farmasetika - Pedagang Besar Farmasi (PBF) adalah perusahaan yang memiliki izin untuk menyediakan, menyimpan,…

7 hari ago

Mengapa Pemetaan Suhu Penting di Gudang Farmasi? Kenali 7 Manfaat Utamanya

Majalah Farmasetika - Produk farmasi, seperti obat-obatan, memerlukan stabilitas tinggi untuk menjaga efektivitas dan kualitasnya…

7 hari ago

Pentingnya Surat Pesanan di Pedagang Besar Farmasi (PBF)

Majalah Farmasetika - Dalam dunia perdagangan obat, surat pesanan memiliki peran yang sangat penting. Di…

7 hari ago

Peran Penting Apoteker dalam Pelatihan Penerapan CDOB dan CDAKB di PBF

Majalah Farmasetika - Di fasilitas distribusi farmasi, memastikan obat-obatan dan alat kesehatan tetap berkualitas sepanjang…

7 hari ago

Hubungan Signifikan Antara Insomnia dan Kekambuhan Atrial Fibrilasi Jangka Panjang Setelah Ablasi Radiofrekuensi

Majalah Farmasetika - Studi kohort yang baru-baru ini diterbitkan dalam Annals of Medicine Journal menetapkan…

2 minggu ago

BPOM Perintahkan Tarik Latiao Tercemar Bakteri Penyebab Keracunan

Jakarta - BPOM resmi mengumumkan penarikan produk pangan olahan impor latiao asal Tiongkok penyebab keracunan.…

2 minggu ago