Distribusi

Pedagang Besar Farmasi di era Revolusi Industri 4.0

Majalah Farmasetika –General Remarks Professor Keyu Jin, guru besar London School of Business, yang terekam pada youtube, disimpulkan, pertama, Globalisasi memberikan jauh lebih banyak manfaat terhadap tingkat kemakmuran dibandingkan dengan dampaknya terhadap ketimpangan ekonomi. Kedua, yang lebih banyak berdampak terhadap ketimpangan adalah teknologi.

Maka adalah benar jika pemerintah Indonesia mengambil sikap mengikuti globalisasi yang tidak dapat dibendung, serta berupaya mempercepat proses penyerapan dan penguasaan teknologi oleh putra-putri Indonesia.

Distribusi farmasi 4.0

Teknologi informasi dan otomasi distribusi telah berkembang pesat, saluran distribusi beserta daya serapnya per produk telah dapat ditangkap realtime, sehingga manufaktur dapat menyiapkan strategi produk (product life cycle) dan merencanakan produksi dengan lebih baik, yang akhirnya akan menurunkan total biaya.

Digitalisasi distribusi obat menjadi lebih gencar dipicu pandemi covid-19, kontak sosial dibatasi sehingga operasi penjualan menjadi terbatas. Ecommerce semakin merambah dengan tersedianya lapak-lapak toko obat, apotik secara online.

Persaingan distribusi obat menajam, sejak Pedagang Besar Farmasi (PBF) besar menyediakan platformnya sendiri sehingga apotik, toko obat dapat melakukan pesanan secara online. Bahkan perusahaan startup ikut meramaikan pasar ini dengan memberikan aplikasi kepada apotik, toko obat untuk berbelanja kepada mereka.

Fenomena ini akan menggerus pangsa pasar PBF menengah yang mempunyai keterbatasan sumber daya manusia dan teknologi. Penjual secara agresif memperluas dan merebut pangsa pasar, dengan menawarkan kemudahan belanja dengan harga yang kompetitif.

Adaptasi PBF di era 4.0

Melalui transaksi online, open-loop ecommerce, harga menjadi kunci dalam persaingan. Walaupun konsumen yang paling diuntungkan, namun dampak open-loop ecommerce akan membuat margin keuntungan PBF menengah tergerus.

Dampak negatif akan lebih besar bagi PBF yang mengikuti ‘trend’ teknologi tanpa didasari  Best Practice ‘Sales and Distribution’. Selain itu PBF yang siap sumber dayanya akan melibas habis PBF skala menengah yang tidak segera berbenah teknologi.

Pilihan bijak bagi PBF adalah dengan implementasikan close-loop ecommerce, metoda ini tidak menekankan persiangan harga secara terbuka, PBF diajak lebih berfokus melayani pelanggannya, tanpa harus kuatir dengan hingar bingar penetrasi kompetitor secara digital yang menggerus pangsa pasarnya. Bersama manufaktur, PBF dengan lebih seksama dapat menggarap pasar yang bertahun-tahun telah dilayani, distributor lokal mempunyai competitive advantage yang tidak dimiliki distributor skala nasional.

PBF dapat mengelola pelanggannya dengan modern, online, berorientasi pada pelanggan (customer centric). Close-loop platform ini mensyaratkan PBF untuk memahami pelanggannya dengan lebih baik, lebih detail, sehingga melalui platform ini PBF dapat melakukan penawaran kepada pelanggannya secara kustom, kompetitif, sesuai dengan karakteristik bisnis pelanggan. Dengan demikian fitur “dagang” hidup secara digital pada close-loop platform, melalui Point Reward System loyaltias pelanggan dapat ditingkatkan.

Bila PBF ingin memperluas coverage, berpeganglah pada Best Practice Sales and Distribution, yang akan dipermudah dan disederhanakan proses bisnisnya. Melalui secondary sales analytics, PBF bersama manufaktur dapat melayani, menganalisa pasar dan menyiapkan langkah strategis yang lebih baik, lebih fokus dan kustom.

Penerapan close-loop ecommerce akan meningkatkan daya saing PBF dalam menghadapi badai digital. PBF dilengkapi dengan business tools modern, cost effective, yang memampukan PBF bersaing secara digital dan mempertahankan pelanggan dengan lebih baik. Dengan demikian PBF dapat fokus pada bisnis intinya, tanpa direpotkan dengan teknologi dan perkembangannya yang begitu cepat.

Sumber

Iwan Rasjid

Project Management and Consulting Professional with 7 years of commercial management experience (incl. as Managing Dir.), 14 years proj. management and 2 years as consultant.

Share
Published by
Iwan Rasjid

Recent Posts

Menkes Rilis Pengurus Organisasi Kolegium Farmasi 2024-2028

Majalah Farmasetika - Kementerian Kesehatan Republik Indonesia resmi mengesahkan Susunan Organisasi Kolegium Farmasi periode 2024-2028 melalui Keputusan…

4 hari ago

IVFI dan Kolegium Farmasi Indonesia Bersinergi untuk Kemajuan Tenaga Vokasi Farmasi

Majalah Farmasetika - Yogyakarta, 5 Desember 2024 – Upaya untuk memperkokoh eksistensi dan profesionalisme tenaga…

2 minggu ago

Anggota Dewan Klarifikasi Istilah Apoteker Peracik Miras di Dunia Gangster

Majalah Farmasetika - Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI Komisi III, Muhammad Rofiqi, menyampaikan klarifikasi…

2 minggu ago

Penggunaan Metformin pada Pasien Diabetes Tingkatkan Risiko Selulitis, Infeksi Pada Kaki, dan Amputasi

Majalah Farmasetika - Metformin, salah satu obat diabetes paling populer di dunia, telah lama dikenal…

2 minggu ago

Anggota DPR Minta Maaf, Salah Pilih Kata Apoteker bukan Secara Harfiah

Majalah Farmasetika - Anggota Komisi III DPR RI Dapil 1 Kalimantan Selatan, dan juga Ketua…

3 minggu ago

Peran Penting Apoteker dalam Menjamin Distribusi Aman Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi (NPP)

Majalah Farmasetika - Pedagang Besar Farmasi (PBF) adalah perusahaan yang memiliki izin untuk menyediakan, menyimpan,…

1 bulan ago