Majalah Farmasetika – Daftar negara tersehat tahun 2019 menempatkan Spanyol pada peringkat pertama setelah sebelumnya di peringkat enam pada tahun 2018. Negara-negara berpenghasilan tinggi di benua Eropa mendominasi daftar puncak, sementara 17 dari 20 negara di kawasan Afrika Sub Sahara menempati posisi bawah.
Seperti diulas di www.bloomberg.com, daftar ini diolah berdasarkan data dari Persatuan Bangsa-Bangsa, Bank Dunia dan Badan Kesehatan Dunia, yang mencakup sejumlah faktor mulai dari angka harapan hidup, tingkat obesitas, konsumsi rokok, kualitas udara dan akses air bersih.
Amerika Serikat menduduki rangking 35 di daftar ini sementara Kuba yang berpendapatan lebih rendah ternyata meraih lima peringkat lebih tinggi. Angka harapan hidup di Amerika Serikat menurun karena tingginya overdosis opioid dan kasus bunuh diri, sementara Kuba memiliki sejarah panjang investasi di bidang pelayanan kesehatan yang didanai publik dan fokus pada pengobatan preventif.
Pengalaman negeri matador menunjukkan bahwa faktor terpenting dalam implementasi sistem pelayanan kesehatan nampaknya adalah bagaimana, dan bukan seberapa banyak uang yang dibelanjakan.
Pengeluaran pelayanan kesehatan per kapita Spanyol diperkirakan hanya sepertiga dari Amerika Serikat. Sistem pelayanan kesehatan Spanyol sebagian besar dibiayai dari pajak publik, dan bekerja berdasarkan prinsip universalitas, kebebasan akses dan keadilan finansial di mana setiap orang diberikan pelayanan yang sama tidak peduli berapa banyak uang yang dimiliki.
Selain faktor pelayanan kesehatan, diet Mediterania yang popular di Spanyol dan Italia sepertinya berperan penting pada tingginya kualitas kesehatan di negara ini. Diet kaya sayuran, kacang, buah, ikan dan gandum, juga minyak zaitun ini berkontribusi menurunkan angka kematian akibat penyakit jantung.
Faktor lain seperti budaya tradisional siesta (tidur siang singkat setelah makan siang) turut menunjang pencapaian ini. Beberapa studi menunjukkan bahwa tidur siang sekitar setengah jam memiliki efek kesehatan yang signifikan. Pada tahun 2040, Spanyol diprediksi mengungguli Jepang dengan meraih angka harapan hidup tertinggi di dunia, atau mencapai hampir 86 tahun.
Menurut teori Bloom, derajat kesehatan dipengaruhi empat faktor yaitu gaya hidup, lingkungan, pelayanan kesehatan dan faktor genetik yang saling berinteraksi dan mempengaruhi status kesehatan.
Lalu seperti apa kondisi farmasi di Spanyol sebagai komponen penting dalam sistem pelayanan kesehatan?
Spanyol memiliki populasi sebesar 49,3 juta jiwa dalam total area 505,360 km persegi. Pasar farmasi Spanyol adalah yang terbesar kesepuluh di dunia dengan nilai valuasi 29,55 milyar USD pada tahun 2017. Sebesar 21% investasi riset industrial nasional berada di sektor farmasi yang mempekerjakan lebih dari 40.000 orang (The Healthcare & Life Sciences Review: Spain March 2019).
Riset kesehatan di Spanyol adalah model riset biomedis internasional yang terus berevolusi, terbuka dan kolaboratif dengan dukungan kerja sama antara rumah sakit, universitas dan pusat penelitian. Kondisi ini berperan penting dalam proses pemulihan Spanyol dari dampak krisis finansial global selama tahun 2010 hingga 2015.
Pencapaian penting bidang farmasi Spanyol adalah terbentuknya Convenio de Colaboracion atau Kesepakatan Kolaborasi antara pemerintah Spanyol dengan Farmaindustria, asosiasi industri farmasi nasional Spanyol. Kesepakatan ini bertujuan untuk meningkatkan efisiensi sistem kesehatan nasional, rasionalisasi biaya obat publik dan memperluas akses pasien terhadap inovasi dengan kesetaraan di seluruh wilayah Spanyol serta mendorong lokalisasi industri.
Perjanjian ini dirancang untuk menyesuaikan pertumbuhan pengeluaran untuk obat dengan produk domestik bruto (PDB), yakni nilai pasar semua barang dan jasa yang diproduksi pada periode tertentu. Hal ini memungkinkan pemerintah untuk memastikan akses terhadap obat yang diperlukan.
Jika kebutuhan pengobatan lebih besar dari pertumbuhan ekonomi sehingga batas pengeluaran diperkirakan akan melebihi, maka pemerintah dan industri farmasi berkomitmen untuk mencari solusi yang tepat untuk menyesuaikan kondisi tersebut.
Referensi:
Majalah Farmasetika - Kementerian Kesehatan Republik Indonesia resmi mengesahkan Susunan Organisasi Kolegium Farmasi periode 2024-2028 melalui Keputusan…
Majalah Farmasetika - Yogyakarta, 5 Desember 2024 – Upaya untuk memperkokoh eksistensi dan profesionalisme tenaga…
Majalah Farmasetika - Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI Komisi III, Muhammad Rofiqi, menyampaikan klarifikasi…
Majalah Farmasetika - Metformin, salah satu obat diabetes paling populer di dunia, telah lama dikenal…
Majalah Farmasetika - Anggota Komisi III DPR RI Dapil 1 Kalimantan Selatan, dan juga Ketua…
Majalah Farmasetika - Pedagang Besar Farmasi (PBF) adalah perusahaan yang memiliki izin untuk menyediakan, menyimpan,…