Majalah Farmasetika – Tempat dan kondisi penyimpanan obat merupakan satu titik krisis yang berpengaruh terhadap stabilitas obat. Terkesan kecil, tetapi jika salah dan tidak ditangani segera, maka akan menimbulkan efek yang besar.
Efek yang timbul dapat dirasakan baik oleh pasien sebagai konsumen ataupun produsen dari obat tersebut. Pemahaman mengenai proses penyimpanan obat menjadi kunci untuk meminimalisir dan menghindari kesalahan ini.
Mempunyai satu kotak penyimpanan obat di rumah merupakan suatu tindakan yang sudah lumrah dilakukan pada rumah keluarga di Indonesia. Kotak obat tersebut dapat berisi obat-obatan bebas untuk menangani gejala-gejala ringan sampai sisa-sisa obat yang diresepkan oleh dokter. Namun, apakah kita sudah benar-benar memperhatikan tempat penyimpanannya? Apakah memang semua obat dapat disimpan pada satu kondisi yang sama? Jawabannya adalah tidak.
Tentu, kesalahan penyimpanan obat akan menimbulkan sebuah masalah baru. Masalah yang berefek pada waktu simpan dan masa kadaluarsa, yang akan menimbulkan efek domino lainnya. Ketika sebuah obat mengalami kerusakan, dampak negatifnya dapat dirasakan dari konsumen hingga produsen.
Hal yang akan terjadi jika obat ditempatkan pada kondisi yang salah adalah degradasi atau penurunan stabilitas obat tersebut.
Obat yang tidak stabil dapat menyebabkan turun atau naiknya bahkan hilangnya zat aktif pada obat tersebut, perubahan ketersediaan hayati, bisa menghasilkan zat yang toksik yang tentunya hal itu semua berimbas pada tubuh kita sendiri. Singkatnya, efek yang ditimbulkan oleh obat tersebut akan berubah baik dari segi kandungan yang nantinya akan membahayakan tubuh kita, masa simpan, dan waktu kadaluarsa.
Contohnya, sediaan yang berdasarkan ketentuaannya disimpan pada suhu dingin dapat bertahan hingga 1 tahun, jika disimpan pada suhu ruang maka waktu simpannya akan kurang dari satu tahun. Juga dengan sediaan yang memiliki efek maksimal pada suhu ruang tetapi dapat berkurang ketika disimpan pada suhu dingin.
Stigma bahwa suhu dingin akan memperlambat proses degradasi sudah melekat erat pada jiwa masyarakat. Terbukti dengan fenomena menyimpan makanan sisa di kulkas. Lantas apakah hal serupa dapat diterapkan pada penyimpanan obat? Pada beberapa obat, terutama produk-produk biologis terbukti bahwa penyimpanan pada suhu dingin dapat menjaga kualitasnya. Secara umum, sebaiknya obat-obatan disimpan pada tempat yang sejuk dan terhindar dari matahari langsung.
Sejuk dan dingin berbeda dengan beku. Pada produk makanan, pembekuan akan memperlambat proses degradasi, hal ini berbeda dengan obat. Suatu kasus pernah terjadi pada tahun 2017 akibat terlalu dinginnya suhu pada proses distribusi sediaan emulsi lemak intralipid. Pembekuan menyebabkan tetesan emulsi produk membesar, lalu membentuk agregat yang dapat menghalangi sirkulasi paru, sehingga menyebabkan masalah kesehatan yang serius dan kemungkinan kematian. Hal ini membuat perusahaan akhirnya menarik produk dari konsumen dua bulan kemudian.
Kerugian akibat penyimpanan obat yang salah pun dapat terjadi pada di rumah sakit. Sediaan-sediaan obat yang kadaluarsa atau masa simpannya habis sebelum waktunya, membuat beberapa rumah sakit harus mengeluarkan biaya yang lebih besar untuk memenuhi stok kembali. Lalu, apa yang dapat kita lakukan jika terjadi kesalahan dalam penyimpanan obat? Hal pertama yang dilakukan adalah memeriksa organoleptis obat tersebut. Jika semuanya masih baik seperti tidak terjadi perubahan bentuk, tekstur,dan warna; kita dapat menghitung kembali berapa sisa waktu yang dimiliki dengan rumus masa simpan (t90), serta mengembalikannya ke tempat yang sesuai.
Kesalahan penyimpanan obat dapat diminimalisir oleh konsumen dengan selalu membaca informasi obat yang tertera dengan seksama pun didukung dengan produsen untuk selalu memberikan informasi dengan jelas. Selain itu, pelatihan ataupun pematerian dapat diberikan kembali tenaga kerja yang bertugas di bidang terkait untuk benar-benar memastikan penyimpanan obat dilakukan pada kondisi yang tepat baik pada saat proses penyetokan hingga proses distribusi. Karena bahaya yang ditimbulkan meluas hingga bisa berakibat fatal menyebabkan kematian.
Pustaka
Colberg, L., Schmidt-Petersen, L., Hansen, M. K., Larsen, B. S., & Otnes, S.2017. Incorrect
storage of medicines and potential for cost savings. European journal of hospital pharmacy : science and practice, 24(3), 167–169.
Kemenpora. 2021. Cara Menyimpan Obat yang Baik Kesehatan. Dapat diakes online di
https://rson.kemenpora.go.id/artikel-detail/Ng
Sykes C.2018. Time- and Temperature-Controlled Transport: Supply Chain Challenges and
Solutions. P & T : a peer-reviewed journal for formulary management, 43(3), 154–170.
Drugstore photo created by montypeter – www.freepik.com
Majalah Farmasetika - Kementerian Kesehatan Republik Indonesia resmi mengesahkan Susunan Organisasi Kolegium Farmasi periode 2024-2028 melalui Keputusan…
Majalah Farmasetika - Yogyakarta, 5 Desember 2024 – Upaya untuk memperkokoh eksistensi dan profesionalisme tenaga…
Majalah Farmasetika - Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI Komisi III, Muhammad Rofiqi, menyampaikan klarifikasi…
Majalah Farmasetika - Metformin, salah satu obat diabetes paling populer di dunia, telah lama dikenal…
Majalah Farmasetika - Anggota Komisi III DPR RI Dapil 1 Kalimantan Selatan, dan juga Ketua…
Majalah Farmasetika - Pedagang Besar Farmasi (PBF) adalah perusahaan yang memiliki izin untuk menyediakan, menyimpan,…