Majalah Farmasetika – Sistem Penghantaran Obat Implan Polimerik (Implants polymeric drug delivery system) merupakan teknologi pengiriman obat lewat implantasi bahan polimer yang dibuat dari senyawa organik ke dalam tubuh pasien. Hal ini tingkatkan kemanjuran serta keselamatan pengiriman obat lewat implant polimerik. Sampai saat ini, teknologi implant polimerik terus berkembang serta banyak produk obat baru yang memakai teknologi ini sudah dikembangkan. Tidak hanya itu, terdapat riset yang terus berlangsung untuk mengembangkan bahan polimerik yang lebih efektif serta aman untuk aplikasi medis. Implants polymeric drug delivery system ini memiliki kelebihan pelepasan berkelanjutan, pengiriman yang tertarget, meminimalkan dosis, pemakaian yang mudah serta memiliki kekurangan biodegradabilitas, biokompatibilitas, biaya pembuatan yang besar, keterbatasan obat yang dapat produksi.
Implants polymeric drug delivery system merupakan teknologi pengiriman obat lewat implantasi bahan polimer yang dibuat dari senyawa organik ke dalam badan penderita. Implants polymeric drug delivery system memungkinkan pengiriman obat dalam jangka waktu yang lama dengan laju pelepasan yang bisa diatur, sehingga bisa tingkatkan efektivitas penyembuhan serta memberikan kenyamanan untuk penderita.
Implants polymeric drug delivery system pula bisa membagikan pengiriman obat secara spesifik ke area target, sehingga bisa kurangi dampak samping pada bagian badan yang tidak ikut serta dalam penyembuhan.
Teknologi ini bisa digunakan dalam penyembuhan penyakit kronis, semacam diabet, kanker, osteoporosis, serta penyakit kardiovaskular. Implants polymeric drug delivery system digunakan secara luas di bidang medis serta farmasi, serta terus dikembangkan untuk memperbaiki efektivitas serta keamanan penyembuhan.
Implants polymeric drug delivery system mempunyai sejarah yang lumayan panjang. Pada awal mulanya, para periset serta ilmuwan sudah mengeksplorasi metode buat membagikan obat- obatan secara lokal pada tempat yang di idamkan. Pada tahun 1930- an, implant polimerik awal kali dibesarkan dengan memakai plastik asetat selaku bahan bawah. Tetapi, implant ini kurang berhasil sebab permasalahan toksisitas serta kebocoran obat yang menimbulkan dampak yang tidak bisa diprediksi.
Pada tahun 1960- an, peneliti mulai meningkatkan implant polimerik yang lebih aman serta efisien. Pada awal mulanya, implant polimerik ini digunakan buat mengatur kelahiran, dengan pemakaian perlengkapan kontrasepsi jangka panjang berbasis hormon. Tetapi, seiring waktu, pemakaian implant polimerik sudah diperluas ke berbagai aplikasi medis yang lain seperti penyembuhan penyakit kronis serta perawatan luka.
Pada tahun 1964 Folkman serta Long mempublikasikan penemuan mereka tentang tabung silastic yang memiliki obat yang bisa melepaskannya secara perlahan untuk jangka waktu yang lama. Dua tahun setelah itu, Dziuk serta Cook menciptakan kapsul silastic yang bisa melepaskan obat secara in vitro dengan konsentrasi konstan. Segal serta Croxatto memasukkan prinsip- prinsip ini dengan memasukkan sebagian hormon steroid ke dalam tabung. Nyatanya kapsul silastic yang memiliki hormon steroid yang dimasukkan di dasar kulit dapat menghasilkan hormon tersebut lebih dari satu tahun. Hasil studi pendahuluan ini jadi konsep dasar pengembangan kontrasepsi jangka panjang di dasar kulit( implant).
Pada 1980- an, teknologi kontrol pelepasan obat mulai tumbuh pesat. Dikala itu, para periset menciptakan metode untuk mengendalikan laju pelepasan obat dari implant dengan memodifikasi sifat kimia serta fisik polimer. Tidak hanya itu, riset pula berkembang guna menggabungkan pemakaian teknologi nanopartikel dengan implant polimerik guna tingkatkan efektivitas pengiriman obat. Pada 1990- an, banyak tipe polimer baru ditemui yang bisa digunakan untuk membuat implant polimerik, seperti polimer biodegradable serta bioresorbable yang bisa larut secara bertahap di dalam tubuh. Hal ini tingkatkan kemanjuran serta keselamatan pengiriman obat lewat implant polimerik. Sampai saat ini, teknologi implant polimerik terus berkembang serta banyak produk obat baru yang memakai teknologi ini sudah dikembangkan. Tidak hanya itu, terdapat riset yang terus berlangsung untuk mengembangkan bahan polimerik yang lebih efektif serta aman untuk aplikasi medis.
Pada tahun 2008, PT Dexa Medica bekerja sama dengan Dr. Hardjo, seseorang pakar farmakologi dari Universitas Indonesia, mengembangkan implant berbasis polimer untuk pengiriman obat antiinflamasi nonsteroid( NSAID) dalam bentuk suppositoria. Produk tersebut diluncurkan dengan merk Dagotil serta diakui selaku produk inovatif pada ajang Indonesian Innovation Award pada tahun 2010.
Pada tahun 2017, PT Tempo Scan Pacific Tbk pula meluncurkan produk implant polimerik mereka yang disebut Resorba untuk penyembuhan luka jahitan pasca pembedahan. Produk tersebut dikembangkan bersama dengan industri teknologi medis asal Jerman, B. Braun. Tidak hanya itu, ada pula riset yang dilakukan di Indonesia untuk pengembangan teknologi implants polymeric drug delivery system. Sebagai contoh, pada tahun 2018, peneliti dari Universitas Gadjah Mada menyelenggarakan riset tentang pengembangan polimerik implant untuk pengiriman obat parasetamol secara berkelanjutan.
Kelebihan:
Pelepasan berkelanjutan: Implants polymeric drug delivery system sanggup memberikan pengiriman obat dalam waktu yang lama dengan laju pelepasan yang bisa diatur. Hal ini membuat pengobatan jadi lebih efektif serta nyaman karena dosis obat yang diberikan bisa dipertahankan dalam jangka waktu yang lama.
Pengiriman yang tertarget: Implants polymeric drug delivery system dapat memberikan pengiriman obat secara khusus ke area tujuan. Hal ini bisa meningkatkan efektivitas pengobatan sambil mengurangi efek samping pada bagian tubuh yang tidak ikut serta dalam pengobatan.
Meminimalkan dosis: Implants polymeric drug delivery system memungkinkan pemberian dosis obat yang lebih rendah daripada pengobatan konvensional, sehingga bisa mengurangi risiko efek samping serta toksisitas pada penderita.
Pemakaian yang mudah: Implants polymeric drug delivery system cukup mudah digunakan serta memberikan kemudahan bagi pasien untuk mengikuti pengobatan.
Kekurangan:
Biodegradabilitas: Sebagian polimer yang digunakan dalam implants polymeric drug delivery system dapat menimbulkan efek samping sebab tidak dapat diurai oleh tubuh. Hal ini bisa mengakibatkan penumpukan polimer dalam tubuh, yang pada akhirnya bisa menimbulkan respon yang tidak diinginkan.
Biokompatibilitas: Sebagian polimer yang digunakan dalam implants polymeric drug delivery system bisa menimbulkan respon imun pada tubuh yang dapat mempengaruhi efektivitas pengobatan.
Biaya: Implants polymeric drug delivery system cenderung lebih mahal dibanding dengan pengobatan konvensional sebab biaya pembuatan yang besar.
Keterbatasan obat: Tidak seluruh jenis obat sesuai untuk pengiriman melalui implants polymeric drug delivery system, sehingga ketersediaan obat untuk pengobatan memanfaatkan teknologi ini terbatas.
Beberapa contoh produk implants polymeric drug delivery system di Indonesia diantaranya:
Cisplatin Implant, yang dibuat oleh PT Dexa Medica. Cisplatin Implant merupakan implant polimer yang mengandung senyawa kimia cisplatin untuk pengobatan kanker.
Nusinersen Implant, yang dibuat oleh PT Bio Farma. Nusinersen Implant merupakan implant polimer yang digunakan dalam pengobatan penyakit spinal muscular atrophy.
Zoladex Implant, yang dibuat oleh PT AstraZeneca Indonesia. Zoladex Implant merupakan implant polimer yang digunakan dalam pengobatan kanker prostat.
Produk- produk tersebut sudah memperoleh izin edar dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Indonesia serta tersedia di beberapa rumah sakit serta apotek di Indonesia.
Implants polymeric drug delivery system memungkinkan pengiriman obat dalam jangka waktu yang lama dengan laju pelepasan yang bisa diatur, sehingga bisa tingkatkan efektivitas penyembuhan serta memberikan kenyamanan untuk penderita. Implants polymeric drug delivery system pula bisa membagikan pengiriman obat secara spesifik ke area target, sehingga bisa kurangi dampak samping pada bagian badan yang tidak ikut serta dalam penyembuhan. Sampai saat ini, teknologi implant polimerik terus berkembang serta banyak produk obat baru yang memakai teknologi ini sudah dikembangkan. Tidak hanya itu, terdapat riset yang terus berlangsung untuk mengembangkan bahan polimerik yang lebih efektif serta aman untuk aplikasi medis. Implants polymeric drug delivery system ini memiliki kelebihan pelepasan berkelanjutan, pengiriman yang tertarget, meminimalkan dosis, pemakaian yang mudah serta memiliki kekurangan biodegradabilitas, biokompatibilitas, biaya pembuatan yang besar, keterbatasan obat yang dapat produksi.
DAFTAR PUSTAKA:
Majalah Farmasetika - Kementerian Kesehatan Republik Indonesia resmi mengesahkan Susunan Organisasi Kolegium Farmasi periode 2024-2028 melalui Keputusan…
Majalah Farmasetika - Yogyakarta, 5 Desember 2024 – Upaya untuk memperkokoh eksistensi dan profesionalisme tenaga…
Majalah Farmasetika - Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI Komisi III, Muhammad Rofiqi, menyampaikan klarifikasi…
Majalah Farmasetika - Metformin, salah satu obat diabetes paling populer di dunia, telah lama dikenal…
Majalah Farmasetika - Anggota Komisi III DPR RI Dapil 1 Kalimantan Selatan, dan juga Ketua…
Majalah Farmasetika - Pedagang Besar Farmasi (PBF) adalah perusahaan yang memiliki izin untuk menyediakan, menyimpan,…