Cancers 2022, 14(3), 626
Majalah Farmasetika – Targeted drug delivery system (TDDS) atau sistem penghantaran obat tertarget adalah teknologi yang memungkinkan obat dikirimkan secara terarah ke lokasi yang diinginkan di dalam tubuh, sehingga mengurangi efek samping obat dan meningkatkan efektivitas pengobatan. Sistem ini mengandalkan penggunaan sasaran spesifik, seperti antigen atau reseptor, untuk menghantarkan obat langsung ke sel, jaringan, atau organ yang memerlukan pengobatan.
TDDS menggunakan berbagai metode penghantaran obat, termasuk nanopartikel, mikrosfer, dan liposom, serta teknologi lainnya yang memungkinkan obat untuk dihantarkan ke lokasi yang diinginkan dalam tubuh. Salah satu keuntungan dari TDDS adalah mengurangi dosis obat yang diperlukan untuk mencapai efek terapeutik, yang pada gilirannya dapat mengurangi efek samping yang tidak diinginkan.
TDDS juga dapat meningkatkan waktu kerja obat dan memungkinkan pengobatan yang lebih efektif dan lebih tepat sasaran. Namun, TDDS juga memiliki kekurangan, seperti biaya yang lebih tinggi dibandingkan dengan metode pengobatan tradisional dan kesulitan dalam mengembangkan sistem yang tepat untuk obat yang berbeda-beda. Selain itu, TDDS juga dapat menimbulkan efek samping seperti iritasi atau infeksi di tempat penghantaran obat. Beberapa contoh produk targeted drug delivery system (TDDS) yang ada di Indonesia antara lain: Abraxane, Doxorubicin hydrochloride liposome injection, Enoxaparin sodium injection, Lupron Depot, Sandostatin LAR.
Targeted drug delivery system (TDDS) merupakan teknologi yang memungkinkan obat dikirimkan secara terarah menuju lokasi yang diinginkan di dalam tubuh, sehingga dapat mengurangi efek samping serta meningkatkan efektivitas pengobatan. Sistem ini mengandalkan penggunaan sasaran spesifik, seperti antigen atau reseptor, untuk menghantarkan obat langsung ke sel, jaringan, atau organ yang memerlukan pengobatan.
TDDS menggunakan berbagai metode penghantaran obat, termasuk nanopartikel, mikrosfer, dan liposom, dan teknologi lainnya yang memungkinkan obat untuk dihantarkan menuju lokasi yang diinginkan dalam tubuh. TDDS juga digunakan dalam pengobatan berbagai kondisi medis, termasuk kanker, penyakit jantung, diabetes, serta gangguan neurologis. Satu diantara keuntungan dari TDDS adalah mengurangi dosis obat yang diperlukan untuk mencapai efek terapeutik, serta dapat mengurangi efek samping yang tidak diinginkan. TDDS juga dapat meningkatkan waktu kerja obat dan memungkinkan pengobatan yang lebih efektif dan lebih tepat sasaran. Namun, TDDS juga memiliki kekurangan, seperti biaya yang lebih tinggi dibandingkan dengan metode pengobatan tradisional dan kesulitan dalam mengembangkan sistem yang tepat untuk obat yang berbeda-beda. Selain itu, TDDS juga dapat menimbulkan efek samping seperti iritasi atau infeksi di tempat penghantaran
TDDS mulai dikembangkan pada tahun 1970-an, ketika para peneliti menyadari bahwa pengiriman obat secara sistemik dapat menyebabkan efek samping yang tidak diinginkan dan membatasi efektivitas pengobatan. Pada saat itu, teknologi TDDS masih sangat terbatas dan hanya sedikit obat yang dapat dihantarkan dengan cara ini. Pada awal tahun 1980-an, peneliti mulai mengembangkan berbagai macam teknologi penghantaran obat yang lebih canggih, seperti nanopartikel, liposom, dan mikrosfer, yang memungkinkan obat untuk dihantarkan secara tepat sasaran. Pada tahun 1984, penemuan reseptor epidermal growth factor (EGF) membuka jalan untuk pengembangan teknologi TDDS yang lebih maju. Selama tahun 1990-an dan awal 2000-an, teknologi TDDS terus berkembang dan digunakan dalam pengobatan berbagai penyakit, termasuk kanker, diabetes, dan penyakit jantung. Pada saat ini, teknologi TDDS menjadi semakin terintegrasi dengan nanoteknologi, yang memungkinkan pengembangan sistem pengiriman obat yang lebih canggih dan efektif. Pada tahun-tahun terakhir, teknologi TDDS terus mengalami kemajuan yang signifikan, terutama dalam pengembangan nanoteknologi. TDDS menjadi semakin penting dalam pengobatan penyakit kronis dan sering digunakan dalam pengobatan pasien dengan kanker, HIV/AIDS, dan penyakit autoimun. Secara keseluruhan, TDDS telah mengalami perkembangan yang signifikan dalam beberapa dekade terakhir dan menjadi bagian penting dari terapi obat modern. Meskipun masih ada beberapa tantangan yang harus diatasi, teknologi TDDS menjanjikan masa depan yang cerah dalam pengobatan penyakit kronis dan serius.
TDDS semakin berkembang di Indonesia seiring dengan kemajuan teknologi dan penelitian di bidang farmasi dan bioteknologi. Beberapa penelitian dan proyek sedang berjalan di Indonesia untuk mengembangkan sistem pengiriman obat yang lebih efektif dan spesifik untuk mengatasi berbagai penyakit. Salah satu contoh pengembangan TDDS di Indonesia adalah penggunaan nanopartikel dalam pengiriman obat untuk mengobati kanker. Sejumlah penelitian telah dilakukan oleh para peneliti di Indonesia untuk mengembangkan nanopartikel yang dapat memberikan efek terapeutik yang lebih besar pada sel kanker, tetapi dengan risiko toksisitas yang lebih rendah pada sel normal. Selain itu, TDDS juga digunakan dalam pengobatan penyakit infeksi, seperti malaria. Sebuah studi pada tahun 2019 yang dilakukan oleh tim peneliti dari Institut Teknologi Bandung menunjukkan bahwa sistem pengiriman obat berbasis mikrosfer dapat memberikan efek terapeutik yang lebih baik pada pasien malaria daripada pengobatan sistemik. Namun, meskipun TDDS menawarkan berbagai keuntungan dalam pengobatan, masih ada beberapa tantangan dalam pengembangan dan penerapannya di Indonesia, seperti biaya produksi yang tinggi dan infrastruktur yang terbatas. Oleh karena itu, perlu adanya kerja sama antara pemerintah, universitas, dan industri untuk mempercepat pengembangan TDDS di Indonesia dan meningkatkan aksesibilitasnya bagi pasien yang membutuhkan.
Berikut adalah beberapa jenis targeted drug delivery system (TDDS):
Beberapa contoh produk targeted drug delivery system (TDDS) yang ada di Indonesia antara lain:
Targeted drug delivery system (TDDS) mulai dikembangkan pada tahun 1970-an, ketika para peneliti menyadari bahwa pengiriman obat secara sistemik dapat menyebabkan efek samping yang tidak diinginkan dan membatasi efektivitas pengobatan. Pada saat itu, teknologi TDDS masih sangat terbatas dan hanya sedikit obat yang dapat dihantarkan dengan cara ini. Pada awal tahun 1980-an, peneliti mulai mengembangkan berbagai macam teknologi penghantaran obat yang lebih canggih, seperti nanopartikel, liposom, dan mikrosfer, yang memungkinkan obat untuk dihantarkan secara tepat sasaran. TDDS semakin berkembang di Indonesia seiring dengan kemajuan teknologi dan penelitian di bidang farmasi dan bioteknologi. Beberapa penelitian dan proyek sedang berjalan di Indonesia untuk mengembangkan sistem pengiriman obat yang lebih efektif dan spesifik untuk mengatasi berbagai penyakit. Salah satu keuntungan dari TDDS adalah mengurangi dosis obat yang diperlukan untuk mencapai efek terapeutik, yang pada gilirannya dapat mengurangi efek samping yang tidak diinginkan. TDDS juga dapat meningkatkan waktu kerja obat dan memungkinkan pengobatan yang lebih efektif dan lebih tepat sasaran. Namun, TDDS juga memiliki kekurangan, seperti biaya yang lebih tinggi dibandingkan dengan metode pengobatan tradisional dan kesulitan dalam mengembangkan sistem yang tepat untuk obat yang berbeda-beda. Selain itu, TDDS juga dapat menimbulkan efek samping seperti iritasi atau infeksi di tempat penghantaran obat.
DAFTAR PUSTAKA:
Amalia, R., Diantini, A., & Utomo, R. Y. (2020). Nanoparticles for targeted drug delivery system: a review. Journal of Physics: Conference Series, 1567(1), 012028.
Arifin, W. N., & Prasetya, F. (2017). Targeted drug delivery system for cancer therapy: nanotechnology approach. Indonesian Journal of Cancer Chemoprevention, 8(2), 44-52.
Nasyithah, F., Fauziyah, P. S., & Aditya, N. P. (2019). Targeted drug delivery system for cancer therapy using magnetic nanoparticles: a review. Journal of Physics: Conference Series, 1237(1), 012041.
El-Sherbiny, I. M., Smyth, H. D. (2012). Controlled drug delivery: Historical perspective for the next generation. Journal of Controlled Release, 157(3), 227-236.
Akbarzadeh, A., Rezaei-Sadabady, R., Davaran, S., Joo, S. W., Zarghami, N., Hanifehpour, Y., Samiei, M., Kouhi, M., Nejati-Koshki, K. (2013). Liposome: classification, preparation, and applications. Nanoscale Research Letters, 8(1), 102.
Kagan, L., Gershkovich, P., Wasan, K. M., & Mager, D. E. (2012). Targeted drug delivery to cancer: a concise review. Journal of controlled release, 164(2), 214-224.
Majalah Farmasetika - Obat tradisional telah digunakan secara turun-temurun sebagai alternatif atau pelengkap dalam pengobatan…
Majalah Farmasetika - Industri farmasi memiliki tanggung jawab besar dalam memproduksi obat yang aman, efektif,…
Majalah Farmasetika - FDA telah menyetujui vimseltinib (Deciphera Pharmaceuticals) untuk pengobatan pasien dewasa dengan tenosynovial…
Majalah Farmasetika - FDA telah memberikan penunjukan fast track (FTD) untuk 67Cu-SAR-bisPSMA (Clarity Pharmaceuticals), yang…
Majalah Farmasetika - FDA telah menyetujui tablet chenodiol (Ctexli; Mirum Pharmaceuticals) untuk pengobatan cerebrotendinous xanthomatosis…
Majalah Farmasetika - Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) secara resmi memberikan penunjukan…