Categories: Sediaan Farmasi

Zurzuvae, Obat Oral Pertama untuk Depresi Pasca Melahirkan

Majalah Farmasetika – Depresi pascamelahirkan Atau PPD adalah kondisi yang cukup banyak dialami wanita setelah melahirkan. Diperkirakan sekitar 10-15% wanita mengalami kondisi ini. Menurut sebuah tinjauan sistematis, angka kejadian gangguan kesehatan mental seperti depresi dan gangguan kecemasan pada ibu di negara berkembang tercatat memiliki rata-rata 15,6 persen saat hamil dan 19,8 persen saat setelah melahirkan. Di Indonesia, tercatat sebanyak 22,4 persen ibu mengalami depresi setelah melahirkan (depresi postpartum).

Sayangnya, meski angka kejadian depresi pada ibu selama masa perinatal di negara berkembang lebih tinggi daripada kejadian di negara maju yang prevalensinya berkisar antara 7,4-13 persen, sistem kesehatan mental perinatal belum tersedia di banyak negara berkembang. Depresi pascamelahirkan atau postpartum depression biasanya terjadi pada 6 minggu pertama setelah melahirkan. Gejala depresi pascamelahirkan yang patut diwaspadai antara lain: perasaan sedih atau tidak bersemangat yang berlangsung terus-menerus, kesulitan atau enggan merawat dan berinteraksi dengan bayi, terus merasa sedih tanpa alasan yang jelas, kurang mau merawat diri sendiri, kehilangan minat pada hal yang selama ini disukai, terus merasa khawatir dan berpikir bahwa ada sesuatu yang salah pada bayi, mudah merasa gelisah dan tersinggung, kurang tidur, sulit konsentrasi, adanya perasaan bersalah dan tidak pantas menjadi ibu, muncul pemikiran untuk menyakiti diri sendiri atau bahkan bunuh diri .

Zurzuvae adalah obat oral pertama yang digunakan untuk mengobati depresi pascamelahirkan (PPD) pada orang dewasa. Pada 4 Agustus 2023, U.S. Food and Drug Administration (USFDA) menyetujui Zurzuvae (zuranolone), Zurzuvae (Zuranolone) adalah obat kedua U.S. Food and Drug Administration yang dikembangkan oleh Sage untuk PPD. Pada tahun 2019, FDA menyetujui brexanolone Sage – senyawa pertama yang disetujui secara khusus untuk PPD. Obat ini diminum secara oral dan bertindak sebagai modulator alosterik positif dari reseptor GABA-A.

Efektivitas Zurzuvae untuk pengobatan PPD pada orang dewasa dibuktikan dalam dua penelitian acak, tersamar ganda, terkontrol plasebo, multiseluler. Peserta uji coba adalah wanita dengan PPD yang memenuhi kriteria Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders untuk episode depresi mayor dan gejala dimulai pada trimester ketiga atau dalam empat minggu setelah melahirkan

Dalam Studi 1, pasien menerima 50 mg Zurzuvae atau plasebo sekali sehari di malam hari selama 14 hari. Dalam Studi 2, pasien menerima produk zuranolone lain yang kira-kira sama dengan 40 mg Zurzuvae atau plasebo, juga selama 14 hari. Pasien di kedua studi dipantau selama setidaknya empat minggu setelah pengobatan 14 hari. Titik akhir utama dari kedua studi adalah perubahan gejala depresi menggunakan skor total dari skala penilaian depresi Hamilton 17-item (HAMD-17), diukur pada hari ke-15. Pasien dalam kelompok Zurzuvae menunjukkan peningkatan gejala yang signifikan lebih banyak dibandingkan dengan kelompok plasebo. Efek pengobatan dipertahankan pada Hari 42 – empat minggu setelah dosis terakhir Zurzuvae.

Zuranolone pada dosis 50 mg/hari menimbulkan peningkatan gejala depresi yang signifikan lebih besar pada hari ke-15, dengan waktu efek cepat (hari ke-3). Zuranolone umumnya ditoleransi dengan baik, tanpa temuan keamanan baru dibandingkan dengan dosis rendah yang sebelumnya diteliti.

Zurzuvae dapat dikonumsi bersamaan dengan makanan yang mengandung lemak. Adapun dosis yang direkomendasikan adalah 50 mg secara oral sekali sehari pada malam hari selama 14 hari. Dosis dapat dikurangi menjadi 40 mg sekali sehari jika terjadi efek depresan CNS. ZURZUVAE dapat digunakan sendiri atau sebagai tambahan untuk terapi antidepresan oral. Ibu dengan gangguan hati parah: dosis yang direkomendasikan adalah 30 mg secara oral sekali sehari pada malam hari selama 14 hari.  Ibu dengan gangguan Ginjal Sedang atau Parah: Dosis yang direkomendasikan adalah 30 mg secara oral sekali sehari pada malam hari selama 14 hari.

Efek samping yang umum dari zuranolone termasuk mengantuk, pusing, diare, kelelahan, nasofaringitis (gejala seperti pilek), dan infeksi saluran kemih1. Label FDA AS berisi peringatan kotak yang mencatat bahwa zuranolone dapat mempengaruhi kemampuan seseorang untuk mengemudi dan melakukan aktivitas berpotensi berbahaya lainnya. Penggunaan zuranolone dapat menyebabkan pikiran dan perilaku bunuh diri. Zuranolone dapat menyebabkan bahaya pada janin.

Selain mengonsumsi zurzuvae, ibu juga perlu melakukan hal-hal lain untuk mengatasi depresi pascamelahirkan, seperti:

  • Mendapatkan dukungan dari pasangan, keluarga, teman, atau kelompok dukungan

  • Menjaga pola hidup sehat, seperti makan bergizi, berolahraga, dan istirahat cukup

  • Melakukan aktivitas yang menyenangkan dan bermanfaat, seperti hobi, belajar, atau beribadah

  • Menghindari hal-hal yang bisa memicu stres atau perasaan negatif, seperti alkohol, rokok, atau media sosial

  • Mencari bantuan profesional jika gejala depresi semakin parah atau berlangsung lama

Depresi pascamelahirkan bukanlah hal yang harus ditanggung sendiri oleh ibu. Dengan bantuan yang tepat, ibu bisa pulih dan menikmati masa-masa indah bersama bayi dan keluarga.

Sumber:

Nurhasim, A. (2022, October 11). Data Bicara: gangguan kesehatan jiwa di Indonesia naik dalam 30 tahun terakhir, perempuan dan usia produktif lebih tinggi. Retrieved from The Conversation: https://theconversation.com/data-bicara-gangguan-kesehatan-jiwa-di-indonesia-naik-dalam-30-tahun-terakhir-perempuan-dan-usia-produktif-lebih-tinggi-191768

Pratiwi, C. S. (2020, August 3). Magdalene. Retrieved from Magdalene: https://magdalene.co/story/kerentanan-ibu-depresi-masalah-serius-selain-angka-kematian-ibu-dan-bayi/#:~:text=Di%20Indonesia%2C%20tercatat%20sebanyak%2022%2C4%20persen,ibu%20mengalami%20depresi%20setelah%20melahirkan%20%28depresi%20postpartum%29.

fda, & cder. (2023). HIGHLIGHTS OF PRESCRIBING OF INFORMATION ZURZUVAETM (zuranolone)

US FOOD & DRUG ADMINISTRATION. (2023, August 4). FDA Approves First Oral Treatment for Postpartum Depression. Retrieved from US FOOD & DRUG ADMINISTRATION: https://www.fda.gov/news-events/press-announcements/fda-approves-first-oral-treatment-postpartum-depression

itqanA12

Share
Published by
itqanA12

Recent Posts

Menkes Rilis Pengurus Organisasi Kolegium Farmasi 2024-2028

Majalah Farmasetika - Kementerian Kesehatan Republik Indonesia resmi mengesahkan Susunan Organisasi Kolegium Farmasi periode 2024-2028 melalui Keputusan…

4 hari ago

IVFI dan Kolegium Farmasi Indonesia Bersinergi untuk Kemajuan Tenaga Vokasi Farmasi

Majalah Farmasetika - Yogyakarta, 5 Desember 2024 – Upaya untuk memperkokoh eksistensi dan profesionalisme tenaga…

2 minggu ago

Anggota Dewan Klarifikasi Istilah Apoteker Peracik Miras di Dunia Gangster

Majalah Farmasetika - Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI Komisi III, Muhammad Rofiqi, menyampaikan klarifikasi…

3 minggu ago

Penggunaan Metformin pada Pasien Diabetes Tingkatkan Risiko Selulitis, Infeksi Pada Kaki, dan Amputasi

Majalah Farmasetika - Metformin, salah satu obat diabetes paling populer di dunia, telah lama dikenal…

3 minggu ago

Anggota DPR Minta Maaf, Salah Pilih Kata Apoteker bukan Secara Harfiah

Majalah Farmasetika - Anggota Komisi III DPR RI Dapil 1 Kalimantan Selatan, dan juga Ketua…

3 minggu ago

Peran Penting Apoteker dalam Menjamin Distribusi Aman Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi (NPP)

Majalah Farmasetika - Pedagang Besar Farmasi (PBF) adalah perusahaan yang memiliki izin untuk menyediakan, menyimpan,…

1 bulan ago