Categories: Sediaan Farmasi

Beyfortus (Nirsevimab), Antibodi Monoklonal Terobosan Baru Cegah Infeksi Respiratory Syncytial Virus (RSV) pada Bayi dan Anak-Anak

Majalah Farmasetika – Kehadiran Beyfortus (Nirsevimab) sebagai pilihan pencegahan rekomendasi pertama yang dirancang khusus untuk melindungi populasi bayi secara luas selama musim infeksi Respiratory Syncytial Virus (RSV), merupakan sebuah inovasi terbaru dalam dunia pengobatan. Pada tanggal 17 Juli 2023, Food and Drug Administration (FDA) telah merelease persetujuan Beyfortus untuk pencegahan penyakit saluran pernapasan bawah (Lower respiratory tract disease (LRTD)) akibat Respiratory Syncytial Virus (RSV) pada bayi baru lahir dan bayi yang lahir selama atau memasuki musim pertama RSV, dan untuk anak-anak hingga usia 24 bulan.

Respiratory Syncytial Virus (RSV)

RSV adalah virus yang sangat menular yang dapat menyebabkan infeksi saluran pernafasan bawah pada bayi. Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC), gejala RSV dapat berupa pilek, batuk, bersin, demam, penurunan nafsu makan, dan mengi. Dua dari tiga bayi terinfeksi RSV selama tahun pertama kehidupannya dan hampir semua bayi terinfeksi pada ulang tahun keduanya. Di Amerika Serikat, RSV merupakan penyebab utama rawat inap pada bayi berusia di bawah 12 bulan, dengan rata-rata 16 kali lebih tinggi daripada angka tahunan untuk influenza. Meskipun terjadi penurunan jumlah infeksi RSV selama pandemi pada tahun 2020 dan 2021, diperkirakan akan terjadi peningkatan infeksi setelah pelonggaran langkah-langkah mitigasi COVID-19. Di Uni Eropa, virus ini biasanya lebih sering terjadi selama musim dingin.

Kasus RSV di Indonesia

Data dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC) menunjukkan bahwa virus RSV merupakan infeksi virus musiman dan paling sering muncul pada bulan September hingga Mei. Infeksi RSV diperkirakan menyebabkan kematian pada 59.600 bayi di rumah sakit dan anak-anak balita sejak 2015 dengan 99% kasus terjadi di negara-negara berkembang, salah satunya Indonesia.

Dalam penelitian tahun 2021, tahap-tahap awal infeksi RSV di Indonesia rata-rata terjadi pada usia 16,3 bulan dengan kejadian keseluruhan sebesar 7,4%. Walaupun banyak terjadi pada bayi dan balita, RSV juga dapat menyerang lansia. Menurut dokter spesialis anak, dr. Dian Sulistya Ekaputri, Sp.A, kasus RSV sempat dilaporkan menurun selama masa pandemi. Kemudian, angkanya pun meningkat sejak September 2022.

Infeksi RSV dapat menyebabkan komplikasi berupa gangguan pernapasan yang lebih parah, terutama pada bayi, balita, lansia, dan orang dengan daya tahan tubuh yang lemah atau gangguan pernapasan. Komplikasi yang bisa terjadi antara lain pneumonia atau peradangan paru-paru, bronkiolitis (terutama pada anak usia <2 tahun, yaitu infeksi saluran napas yang menyebabkan radang dan penyumbatan di dalam bronkiolus), otitis media (infeksi pada telinga bagian tengah), asma yang menahun jika terjadi infeksi RSV yang berat pada masa kanak-kanak, hingga gagal napas.

Karena RSV merupakan suatu virus, RSV tidak dapat diobati dengan obat-obatan seperti antibiotik. Dalam beberapa kasus, terutama pada anak-anak, gejala RSV mirip dengan gejala batuk pilek. Adapun kasus RSV yang sembuh tanpa pengobatan, yaitu dengan istirahat yang cukup dan minum banyak air serta mengkonsumsi makanan bernutrisi. Melakukan pengisapan lendir dari hidung dengan bola karet secara teratur juga dapat mengurangi hidung mampet pada bayi dan balita.

Pada anak-anak, terutama di bawah usia 1 tahun, infeksi RSV biasanya muncul dengan gejala yang lebih parah. Infeksi RSV dapat menyebabkan bronkiolitis, yang merupakan peradangan saluran udara kecil di paru-paru. Infeksi RSV juga dapat menyebabkan pneumonia. Pada kasus tersebut anak-anak mungkin perlu dirawat di rumah sakit. Pengobatan dengan cairan intravena, oksigen mungkin diperlukan. Pada kasus yang lebih parah, mungkin diperlukan juga penggunaan ventilator.

Sejak 1998, telah terdapat antibodi monoklonal yang dapat mencegah infeksi RSV pada bayi dan anak-anak, yaitu Synagis (palivizumab). Namun karena keterbatasan Synagis (palivizumab) yang memerlukan suntikan setiap bulan, obat ini hanya diberikan kepada bayi yang paling beresiko (bayi prematur), bayi yang memerlukan terapi oksigen dalam waktu lama atau bayi dengan kelainan jantung bawaan. Untuk itu diperlukan pengobatan yang lebih aman, efektif dan inovatif, menurut Dr. Mark J. Polak seorang neonatologist dari West Virginia University School of Medicine.

Beyfortus (Nirsevimab) hadir sebagai inovasi pencegahan infeksi RSV

Beyfortus (Nirsevimab) dari AstraZeneca dan Sanofi hadir sebagai inovasi terkait pencegahan infeksi RSV. Perbedaan utama antara Synagis dan Beyfortus adalah bahwa obat baru ini jauh lebih kuat. Obat ini menangkap virus RSV dan mematikannya. Obat ini juga bertahan lebih lama. Synagis membutuhkan suntikan setiap bulan untuk perlindungan, berbeda dengan Beyfortus yang akan memberikan perlindungan hingga satu tahun hanya dengan satu suntikan. Sehingga pencegahan infeksi RSV dengan Beyfortus lebih ekonomis dibandingkan Synagis.

Beyfortus (Nirsevimab) telah disetujui di Amerika Serikat untuk pencegahan penyakit saluran pernapasan bawah akibat Respiratory Syncytial Virus (RSV) pada bayi baru lahir dan bayi yang lahir selama atau memasuki musim pertama RSV, dan untuk anak-anak hingga usia 24 bulan yang masih rentan terhadap penyakit RSV hingga musim RSV kedua. Beyfortus akan tersedia di AS menjelang musim RSV 2023-2024. Advisory Committee on Immunization Practices (ACIP) merekomendasikan Beyfortus sebagai terobosan baru dalam pencegahan infkesi RSV. Beyfortus adalah pilihan pencegahan pertama yang juga telah disetujui di Uni Eropa pada bulan Oktober 2022 untuk melindungi populasi bayi yang baru lahir dan telah menjadi satu-satunya antbodi monoklonal yang disetujui untuk imunisasi dalam memberikan perlindungan yang aman dan efektif.

Beyfortus (Nirsevimab) bukanlah vaksin, melainkan antibodi monoklonal yang memberikan kekebalan pasif kepada bayi dan balita yang menerimanya dengan cara meningkatkan sistem kekebalan tubuh bayi. Nirsevimab (sejenis protein), merupakan zat aktif dalam Beyfortus telah dirancang untuk menempel pada protein F (fusi) yang dibutuhkan RSV untuk menginfeksi tubuh. Ketika Nirsevimab menempel pada protein ini, virus menjadi tidak dapat masuk ke dalam sel tubuh. Hal inilah yang membantu pencegahan infeksi RSV. Obat ini direlease secara perlahan dari tubuh, selama beberapa bulan, dosis tunggal Beyfortus melindungi bayi dari penyakit RSV selama musim RSV berlagsung.

Hasil Uji Klinis Beyfortus

Efektivitas Beyfortus dibuktikan pada hasil uji klinis MELODY, MEDLEY Fase II/III dan uji klinis Fase IIb menunjukkan bahwa dengan pemberian dosis tunggal, Beyfortus (Nirsevimab) memberikan kemanjuran yang konsisten dan berkelanjutan terhadap penyakit RSV.

Menurut Committee for Human Medicines (CHMP) didasarkan pada two randomised, double blind, placebo controlled, uji coba Fase IIb (Trial 03) menunjukkan bahwa Beyfortus mengurangi kejadian penyakit saluran pernapasan bawah yang disebabkan RSV sebesar 70,1 % dibandingkan dengan plasebo sebagai titik akhir primer. Sebagai titik akhir sekunder yang telah ditentukan, Beyfortus mengurangi penyakit saluran pernapasan bawah dengan rawat inap sebesar 78,4 % dibandingkan plasebo. Penelitian ini dirancang untuk mengukur efikasi Beyfortus hingga 150 hari pasca penyuntikan. Bayi prematur yang sehat dengan usia kehamilan 29 hingga kurang dari 35 minggu diacak 2:1 untuk menerima satu suntikan intramuskular 50 mg Beyfortus atau plasebo

Dalam studi MELODY Fase III (Percobaan 04), Beyfortus menunjukkan kemampuan untuk mengurangi kejadian penyakit saluran pernapasan bawah yang ditangani secara medis, seperti bronkiolitis atau pneumonia, yang disebabkan oleh RSV sebesar 74,9 % dibandingkan dengan plasebo. Desain uji coba ini sama dengan uji coba Fase IIb, tetapi mengevaluasi bayi kondisi lahir normal dan bayi dengan usia kehamilan 35 minggu atau lebih.

MEDLEY (Percobaan 05) adalah Fase II/III yang dikontrol oleh Synagis (palivizumab) dan menilai keamanan serta tolerabilitas Beyfortus pada bayi prematur dengan usia kehamilan kurang dari 35 minggu dan bayi dengan penyakit jantung bawaan (PJB) dan atau penyakit paru-paru kronis prematuritas (Chronic Lung Desease), hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Beyfortus memiliki profil keamanan yang serupa dibandingkan dengan Synagis (palivizumab). Efek samping yang paling umum dilaporkan untuk Beyfortus adalah ruam, pireksia (demam) dan reaksi tempat suntikan (seperti kemerahan, bengkak dan nyeri di tempat suntikan).

Penggunaan Beyfortus

Beyfortus tersedia dalam bentuk sediaan injeksi single-dose pre-filled syringe 50 mg/0,5 mL sebagai suntikan intramuskular. Dosis yang dianjurkan untuk neonatus dan bayi yang lahir selama memasuki musim RSV pertama yaitu 50 mg jika berat badan kurang dari 5 Kg, 100 mg jika berat badan lebih dari atau sama dengan 5 Kg. Anak-anak yang rentan selama musim RSV kedua diberikan 200 mg (2 x 100 mg suntikan).

Beyfortus dikontraindikasikan pada bayi dan anak-anak dengan riwayat penyakit serius, reaksi hipersensitivitas, termasuk anafilaksis, terhadap nirsevimab-alip atau salah satu dari eksipien. Salah satu efek samping yang paling umum adalah ruam (0,9%) dan reaksi di tempat suntikan (0,3%).

Beyfortus telah diberikan penunjukkan khusus untuk memfasilitasi pengembangan obat terobosan baru oleh: The China Center for Drug Evaluation under the National Medical Products Administration, U.S. Food and Drug Administration, European Medicines Agency (EMA) PRIority MEdicines (PRIME) scheme and EMA accelerated assessment, UK Medicines and Healthcare products Regulatory Agencythe Japan Agency for Medical Research and Development.

Kesimpulannya bahwa Beyfortus (Nirsevimab) merupakan antibodi monoklonal terobosan baru untuk pencegahan penyakit saluran pernafasan bawah yang diakibatkan Respiratory Syncytial Virus (RSV). Beyfortus diberikan kepada neonatus dan bayi yang lahir selama atau memasuki musim pertama RSV dan diberikan kepada anak-anak hingga usia 24 bulan yang rentan terhadap penyakit RSV yang parah.

Dr. Sanchez, yang merupakan profesor pediatri di The Ohio State University-National Children’s Hospital mengatakan bahwa Beyfortus merupakan langkah pertama dalam perlindungan RSV karena belum adanya ketersediaan vaksin spesifik untuk infeksi RSV. Dimana saat ini Vaksin RSV sedang dalam proses pengembangan.

Banyak tantangan yang mungkin timbul dalam penggunaan Beyfortus, seperti menjelaskan kepada orang tua bahwa Nirsevimab bukanlah vaksinasi (hanya mempengaruhi kekebalan tubuh), pencatatan vaksinansi, masalah asuransi, dan kapan tepatnya waktu yang tepat untuk memberikan vaksinasi karena musim RSV dimulai pada waktu yang berbeda di seluruh negeri. Ada juga beberapa kekhawatiran tentang harus memberikan Nirsevimab pada musim yang sama dengan pemberian vaksinasi COVID-19 dan influenza.

Pustaka

  • Respiratory syncytial virus (RSV): Causes, symptoms, and treatment. Medical News Today. (https://www.medicalnewstoday.com/articles/301632.php)
  • RSV: Symptoms, Causes, Prevention, Treatments. WebMD. (https://www.webmd.com/lung/rsv-in-babies)
  • Respiratory syncytial virus infection (RSV): Symptoms and care. Centers for Disease Control and Prevention. https://www.cdc.gov/rsv/about/symptoms.html.
  • AAP Committee on Infectious Diseases and Bronchiolitis Guidelines Committee. Updated guidance for palivizumab prophylaxis among infants and young children at increased risk of hospitalization for respiratory syncytial virus infection. Pediatrics. 2014;134:415.
  • Ralston SL, et al. Clinical practice guideline: The diagnosis, management, and prevention of bronchiolitis. Pediatrics. 2014;134:e1474.
  • Respiratory syncytial virus infection (RSV) — Treatment. National Institute of Allergy and Infectious Diseases. http://www.niaid.nih.gov/topics/rsv/understanding/Pages/treatment.aspx.
  • Kliegman RM, et al. Respiratory syncytial virus. In: Nelson Textbook of Pediatrics. 20th ed. Philadelphia, Pa.: Elsevier; 2016. https://www.clinicalkey.com.
  • RSV transmission. Centers for Disease Control and Prevention. http://www.cdc.gov/rsv/about/transmission.
  • Goldman L, et al., eds. Respiratory syncytial virus. In: Goldman-Cecil Medicine. 25th ed. Philadelphia, Pa.: Saunders Elsevier; 2016. https://www.clinicalkey.com.
  • Ferri FF. Respiratory syncytial virus. In: Ferri’s Clinical Advisor 2018. Philadelphia, Pa.: Elsevier; 2018. https://www.clinicalkey.com.
  • Zilberberg MD, Nathanson BH, Puzniak LA, Shorr AF. Descriptive Epidemiology and Outcomes of Nonventilated Hospital-Acquired, Ventilated Hospital-Acquired, and Ventilator-Associated Bacterial Pneumonia in the United States, 2012-2019.Crit Care Med. 2022 Mar 1;50(3):460-468. PMCID: PMC8855942.
  • Christopher, A. Dharmawan, D. M. Pasaribu, N. Layanto. Bakteri Patogen dan Kepekaannya pada Pasien Ventilator Associated Pneumonia dengan Infeksi COVID- 19 di Rumah Sakit UKRIDA. April 2023. Jurnal Kesehatan Andalas 11(3):169 DOI:10.25077/jka.v11i3.1998
  • Muller WJ, et al. Nirsevimab for Prevention of RSV in Term and Late-Preterm Infants. N Engl J Med. April 5, 2023. DOI: 10.1056/NEJMc2214773
  • Hammitt LL, et al. Nirsevimab for Prevention of RSV in Healthy Late-Preterm and Term Infants. N Engl J Med. 2022;386 (9): 837-846. Doi: 10.1056/NEJMoa2110275.
  • Griffin P, MD et al. Single-Dose Nirsevimab for Prevention of RSV in Preterm Infants. N Engl J Med. 2020;383: 415-425. DOI: 10.1056/NEJMoa1913556.
  • Domachowske J, MD et al. Safety of Nirsevimab for RSV in Infants with Heart or Lung Disease or Prematurity. N Engl J Med. 2022; 386 (9).
  • Leader S, Kohlhase K. Recent trends in severe respiratory syncytial virus (RSV) among US infants, 1997 to 2000. J Pediatr. 2003;143(5 Suppl):S127-S132. Doi:10.1067/s0022-3476(03)00510-9.
  • Zhou H, et al. Hospitalizations associated with influenza and respiratory syncytial virus in the United States, 1993-2008. Clin Infect Dis. 2012 ;54 :1427–1436.
  • Rainisch G, et al. Estimating the impact of multiple immunization products on medically- attended respiratory syncytial virus (RSV) infections in infants. Vaccine. 2020;38(2):251-257.
  • US FDA. Beyfortus (nirsevimab-alip) Prescribing Information
Nurul Asih Ramadhani

Share
Published by
Nurul Asih Ramadhani

Recent Posts

Kimia Farma Hadapi Tantangan Besar: Penutupan Pabrik dan PHK Karyawan

Majalah Farmasetika - PT Kimia Farma (Persero) Tbk, perusahaan farmasi terkemuka di Indonesia, saat ini…

1 minggu ago

Pertimbangan Regulasi Terkait Model Peracikan 503B ke 503A untuk Apotek Komunitas

Majalah Farmasetika - Tinjauan mengenai persyaratan bagi apotek yang mempertimbangkan untuk memesan senyawa dari fasilitas…

1 minggu ago

FDA Memperluas Persetujuan Delandistrogene Moxeparvovec-rokl untuk Distrofi Otot Duchenne

Majalah Farmasetika - Setelah sebelumnya disetujui pada Juni 2023 dalam proses Accelerated Approval, FDA telah…

1 minggu ago

FDA Menyetujui Epcoritamab untuk Pengobatan Limfoma Folikular Kambuhan, Refraktori

Majalah Farmasetika - Persetujuan ini menandai antibodi bispesifik pengikat sel T pertama dan satu-satunya yang…

1 minggu ago

FDA Mengeluarkan Surat Tanggapan Lengkap untuk Pengajuan BLA Patritumab Deruxtecan

Majalah Farmasetika - Pengajuan lisensi biologis (BLA) untuk patritumab deruxtecan menerima surat tanggapan lengkap karena…

2 minggu ago

FDA Menyetujui Ensifentrine untuk Pengobatan Pemeliharaan Penyakit Paru Obstruktif Kronis

Majalah Farmasetika - Setelah lebih dari 2 dekade, produk inhalasi pertama dengan mekanisme aksi baru…

2 minggu ago