Berita

Peneliti Ungkap Bahwa Vaksin Hidup Lebih Aman Digunakan Pada Pasien Anak Penerima Transplantasi Organ Padat

Majalah Farmasetika – Menurut temuan dari studi terkini yang diterbitkan di JAMA Network Open, vaksin hidup dapat menjadi aman dan imunogenik bagi pasien anak yang telah menerima transplantasi organ padat (SOT). Peneliti mengevaluasi vaksin hidup terhadap campak-parotitis-rubella (MMR) dan virus varisela-zoster (VZV) untuk penerima SOT anak yang menjalani imunosupresi monoterapi tingkat rendah, dan menemukan bahwa sebagian besar anak memiliki respons kekebalan yang tahan lama.

“Sebagian besar anak mengembangkan antibodi pelindung setelah menerima antara 1 dan 3 dosis vaksin MMR, VZV, atau kedua-duanya [dan] pada tahun pertama setelah vaksinasi, sebagian besar anak yang awalnya menghasilkan antibodi pelindung mempertahankan perlindungan,” tulis para penulis studi dalam artikel tersebut.

Anak-anak dengan SOT sering dianggap memiliki sistem kekebalan tubuh yang terganggu, sehingga vaksin hidup pada umumnya tidak direkomendasikan karena khawatir terjadi infeksi vaksin. Namun, pada tahun 2019, American Society of Transplantation dan International Pediatric Transplant Association mulai merekomendasikan vaksin MMR dan VZV hidup kepada penerima SOT nonimun tertentu yang menjalani imunosupresi tingkat rendah setelah lebih dari 1 tahun pasca transplantasi.

Studi kohort terbaru mengevaluasi keamanan dan imunogenisitas vaksin hidup untuk campak, parotitis, dan varisela yang beredar pada pasien anak yang menerima SOT (hati atau ginjal). Untuk memahami imunogenisitas, peneliti mengevaluasi tingkat antibodi pada 0 hingga 3 bulan dan 1 tahun pasca-vaksinasi.

Dalam 1 hingga 3 bulan setelah vaksinasi, sekitar 72% anak yang divaksinasi terhadap varisela memiliki antibodi. Antibodi hadir pada 86% anak yang divaksinasi terhadap campak, 83% terhadap parotitis, dan 99% terhadap rubela.

Setelah 1 tahun, sebagian besar anak mempertahankan tingkat perlindungan terhadap virus-virus ini: 77% memiliki antibodi untuk varisela, 92% untuk campak, 83% untuk parotitis, dan 94% untuk rubela. Data keamanan juga positif, karena tidak ada anak yang mengalami peristiwa advers yang parah, seperti kerusakan sumsum atau kematian.

Studi saat ini mengevaluasi 281 penerima transplantasi hati dan ginjal anak (270 [96%] hati, 9 [3%] ginjal, dan 2 [1%] penerima hati dan ginjal) yang awalnya berpartisipasi dalam studi LIVE VAC, yang dilakukan untuk memberikan vaksin hidup kepada pasien SOT nonimun yang belum menerima rangkaian vaksin MMR atau VZV hidup.

Pasien berasal dari 18 pusat SOT anak dan memenuhi kriteria kelayakan yang ditetapkan oleh American Society of Transplantation: imunosupresi tingkat rendah, lebih dari 1 tahun setelah transplantasi, lebih dari 2 bulan pasca penolakan, dan memiliki jumlah limfosit mutlak yang sesuai dengan usia.

Keterbatasan studi ini termasuk desain observasional; kriteria yang bervariasi untuk kelayakan vaksin; data yang tidak lengkap tentang riwayat vaksin dan tingkat antibodi sebelum SOT; jumlah pasien yang menerima transplantasi ginjal relatif kecil; dan tidak semua peserta memiliki antibodi diuji pada 1 tahun pasca transplantasi.

“Penyebaran data keamanan dan imunogenisitas, serta berbagi strategi implementasi yang efektif dan hasilnya, dapat menjadi penting untuk mempercepat adopsi rekomendasi baru ini di pusat-pusat SOT,” demikian disimpulkan oleh para penulis studi. “Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memahami pemeliharaan kekebalan jangka panjang setelah vaksin hidup pasca-SOT pada penerima anak, serta faktor-faktor yang terkait dengan respons kekebalan dan perlindungan klinis.”

Referensi

Feldman A, Beaty B, Ferrolino J, et al. Safety and Immunogenicity of Live Viral Vaccines in a Multicenter Cohort of Pediatric Transplant Recipients. JAMA Netw Open. 2023;6(10):e2337602. DOI:10.1001/jamanetworkopen.2023.37602

jamil mustofa

Share
Published by
jamil mustofa

Recent Posts

Menkes Rilis Pengurus Organisasi Kolegium Farmasi 2024-2028

Majalah Farmasetika - Kementerian Kesehatan Republik Indonesia resmi mengesahkan Susunan Organisasi Kolegium Farmasi periode 2024-2028 melalui Keputusan…

4 hari ago

IVFI dan Kolegium Farmasi Indonesia Bersinergi untuk Kemajuan Tenaga Vokasi Farmasi

Majalah Farmasetika - Yogyakarta, 5 Desember 2024 – Upaya untuk memperkokoh eksistensi dan profesionalisme tenaga…

2 minggu ago

Anggota Dewan Klarifikasi Istilah Apoteker Peracik Miras di Dunia Gangster

Majalah Farmasetika - Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI Komisi III, Muhammad Rofiqi, menyampaikan klarifikasi…

2 minggu ago

Penggunaan Metformin pada Pasien Diabetes Tingkatkan Risiko Selulitis, Infeksi Pada Kaki, dan Amputasi

Majalah Farmasetika - Metformin, salah satu obat diabetes paling populer di dunia, telah lama dikenal…

2 minggu ago

Anggota DPR Minta Maaf, Salah Pilih Kata Apoteker bukan Secara Harfiah

Majalah Farmasetika - Anggota Komisi III DPR RI Dapil 1 Kalimantan Selatan, dan juga Ketua…

3 minggu ago

Peran Penting Apoteker dalam Menjamin Distribusi Aman Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi (NPP)

Majalah Farmasetika - Pedagang Besar Farmasi (PBF) adalah perusahaan yang memiliki izin untuk menyediakan, menyimpan,…

1 bulan ago