Berita

Penggunaan Obat Osteoporosis Ditemukan Berpotensi Mengurangi Risiko Diabetes

Majalah Farmasetika – Denosumab dapat mengurangi risiko pengembangan diabetes, demikian hasil dari sebuah penelitian terbaru yang diterbitkan di JAMA Network Open. Pasien dengan osteoporosis yang melanjutkan pengobatan dengan 2 dosis denosumab memiliki risiko kejadian diabetes yang signifikan lebih rendah dibandingkan dengan pasien yang tidak melanjutkan pengobatan setelah dosis awal.

“Temuan ini mungkin membantu dokter memilih obat antiosteoporosis yang sesuai untuk pasien dengan osteoporosis, sambil juga mempertimbangkan obat yang terkait dengan penurunan risiko diabetes,” tulis para penulis dalam makalah tersebut.

Denosumab adalah antibodi monoklonal manusia terhadap receptor activator of nuclear factor κBligand (RANKL) yang digunakan untuk mengobati osteoporosis, suatu kondisi yang terkait dengan penurunan densitas dan kekuatan tulang. Osteoporosis mempengaruhi banyak orang dewasa yang lebih tua di seluruh dunia.

Sejumlah penelitian menunjukkan hubungan antara kesehatan tulang dan metabolisme glukosa. Diabetes dapat memperparah kerapuhan tulang dan risiko lainnya pada pasien dengan osteoporosis, sehingga mencegah diabetes mungkin tidak hanya bermanfaat untuk kesehatan metabolisme, tetapi juga untuk kesehatan tulang.

Peneliti di Taiwan melakukan studi kohort skor kecocokan propensity berukuran besar secara nasional untuk mengevaluasi efikasi denosumab dalam mengurangi kejadian diabetes pada pasien dengan osteoporosis.

Studi tersebut melibatkan 68.510 peserta Taiwan (rata-rata [SD] usia, 77,7 [9,8] tahun; 57.762 [84,3%] perempuan). Peneliti mengevaluasi 34.255 pasien yang memulai pengobatan dengan denosumab dan melanjutkannya, serta 34.255 yang memulai pengobatan denosumab tetapi menghentikannya setelah dosis awal. Partisipan mendapat tindak lanjut rata-rata selama 1,9 tahun.

Pada kelompok 2 dosis, 2.016 pasien mengembangkan diabetes dibandingkan dengan 3.220 peserta yang mengembangkan diabetes di kelompok perbandingan (1 dosis) (tingkat kejadian, 35,9 vs 43,6 per 1.000 tahun-person), menunjukkan bahwa pengobatan denosumab yang berkelanjutan dapat mengurangi risiko diabetes kejadian (HR, 0,84; 95% CI, 0,78-0,90) lebih dari dosis tunggal.

Selain itu, orang dewasa berusia 65 tahun ke atas khususnya lebih mungkin mendapatkan manfaat dari denosumab jika mereka menerima 2 dosis dibandingkan dengan dosis awal saja, menurut hasil analisis yang dipisahkan menurut usia (HR, 0,80; 95% CI, 0,75-0,85). Pengobatan juga terbukti mengurangi risiko diabetes kejadian baik pada pria maupun wanita (HR, 0,85; 95% CI, 0,73-0,97 dan HR, 0,81; 95% CI, 0,76-0,86, masing-masing). Komorbiditas memang mempengaruhi kemampuannya untuk mengurangi risiko diabetes.

Belum ada penjelasan pasti mengenai mengapa denosumab mengurangi risiko diabetes, meskipun penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa mengurangi RANKL dapat mengurangi inflamasi yang terkait dengan diabetes dan resistensi insulin. Kehilangan replikasi sel-β juga dapat terkait dengan diabetes, sehingga penggunaan agen yang melawan RANKL dapat meningkatkan proliferasi sel-β dan mengurangi risiko diabetes.

Keterbatasan studi ini mencakup penggunaan data berbasis klaim; adanya faktor confounding residu dan censoring diferensial; melakukan evaluasi tidak langsung terhadap diabetes kejadian; dan menghasilkan temuan yang mungkin tidak dapat digeneralisasi ke ras, etnis, atau negara lain.

“Studi ini memberikan dasar fundamental untuk penelitian prospektif atau uji klinis acak di masa depan untuk memvalidasi temuan mengenai penggunaan denosumab dan hubungannya dengan penurunan risiko diabetes,” tulis para penulis.

Referensi

Huang H, Chuang AT, Liao T, et al. Denosumab and the Risk of Diabetes in Patients Treated for Osteoporosis. JAMA Netw Open. 2024;7(2):e2354734. doi:10.1001/jamanetworkopen.2023.54734

jamil mustofa

Share
Published by
jamil mustofa

Recent Posts

Menkes Rilis Pengurus Organisasi Kolegium Farmasi 2024-2028

Majalah Farmasetika - Kementerian Kesehatan Republik Indonesia resmi mengesahkan Susunan Organisasi Kolegium Farmasi periode 2024-2028 melalui Keputusan…

4 hari ago

IVFI dan Kolegium Farmasi Indonesia Bersinergi untuk Kemajuan Tenaga Vokasi Farmasi

Majalah Farmasetika - Yogyakarta, 5 Desember 2024 – Upaya untuk memperkokoh eksistensi dan profesionalisme tenaga…

2 minggu ago

Anggota Dewan Klarifikasi Istilah Apoteker Peracik Miras di Dunia Gangster

Majalah Farmasetika - Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI Komisi III, Muhammad Rofiqi, menyampaikan klarifikasi…

3 minggu ago

Penggunaan Metformin pada Pasien Diabetes Tingkatkan Risiko Selulitis, Infeksi Pada Kaki, dan Amputasi

Majalah Farmasetika - Metformin, salah satu obat diabetes paling populer di dunia, telah lama dikenal…

3 minggu ago

Anggota DPR Minta Maaf, Salah Pilih Kata Apoteker bukan Secara Harfiah

Majalah Farmasetika - Anggota Komisi III DPR RI Dapil 1 Kalimantan Selatan, dan juga Ketua…

3 minggu ago

Peran Penting Apoteker dalam Menjamin Distribusi Aman Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi (NPP)

Majalah Farmasetika - Pedagang Besar Farmasi (PBF) adalah perusahaan yang memiliki izin untuk menyediakan, menyimpan,…

1 bulan ago