Majalah Farmasetika – Pengobatan penyakit dengan pendekatan yang spesifik dan efisien merupakan tujuan utama dalam pengembangan ilmu kedokteran. Salah satu terobosan penting dalam bidang ini adalah targeted drug delivery atau pengiriman obat tertarget. Konsep ini memungkinkan pengantaran obat ke lokasi target di dalam tubuh pasien dengan tingkat akurasi yang tinggi, sehingga meningkatkan efektivitas terapi dan mengurangi efek samping yang tidak diinginkan. Penggunaan obat-obatan konvensional seringkali menghadapi kendala dalam mencapai target terapi secara spesifik. Sebagian besar obat tersebar ke seluruh tubuh setelah pemberian, sehingga dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan sehat dan efek samping yang tidak diinginkan. Oleh karena itu, konsep targeted drug delivery muncul sebagai solusi untuk mengirimkan obat langsung ke lokasi yang diinginkan, seperti tumor atau organ yang terkena penyakit, serta meminimalkan dampak negatif pada jaringan sehat. Teknologi ini memanfaatkan sistem penghantaran seperti nanopartikel, liposom, dan konjugat antibodi-obat untuk mencapai lokalisasi yang tepat dan pelepasan yang terkendali dari senyawa terapeutik.
Targeted drug delivery merujuk pada strategi pengiriman obat ke lokasi spesifik dalam tubuh. Pendekatan ini bertujuan untuk meningkatkan konsentrasi obat di area target, seperti tumor atau organ yang terkena penyakit, dengan meminimalkan kerusakan pada jaringan sehat di sekitarnya. Metode yang digunakan mencakup penggunaan nanopartikel, liposom, atau konjugat obat dengan targeting agent seperti antibodi atau peptida. Pendekatan ini membawa dampak signifikan dalam meningkatkan efektivitas pengobatan, terutama pada penyakit yang sulit dijangkau oleh terapi konvensional.
Prinsip utama dari targeted drug delivery adalah meningkatkan akumulasi obat di lokasi yang diinginkan, dengan cara berikut:
Salah satu aplikasi utama targeted drug delivery adalah dalam pengobatan kanker. Di Indonesia, terapi ini sedang mengalami perkembangan pesat. Penggunaan nanopartikel atau liposom dapat meningkatkan akumulasi obat antitumor di dalam tumor, sambil mengurangi kerusakan pada jaringan sehat. Contoh aplikasi nyata adalah penggunaan nanopartikel berbasis albumin untuk mengirimkan kemoterapi ke tumor secara spesifik. Nanopartikel ini mengakumulasi di dalam tumor melalui EPR, meningkatkan efektivitas terapi dan mengurangi efek samping.
Dalam penyakit autoimun, targeted drug delivery dapat digunakan untuk mengirimkan obat ke area yang terkena secara spesifik. Liposom atau nanopartikel dapat membawa obat antiinflamasi atau imunosupresif ke daerah yang terkena, seperti sendi pada arthritis rheumatoid, dengan efisiensi yang lebih tinggi. Nanopartikel ini akan menargetkan jaringan yang meradang, mengurangi gejala tanpa memengaruhi organ lain.
Targeted drug delivery juga dapat digunakan dalam pengobatan infeksi bakteri atau virus. Nanopartikel dapat difungsikan untuk menghantarkan antibiotik atau antiviral secara spesifik ke lokasi infeksi, meningkatkan efektivitas pengobatan sambil mengurangi toksisitas sistemik.
Pengiriman obat secara tertarget juga memiliki potensi besar dalam pengobatan penyakit neurologis. Nanopartikel dapat melewati penghalang darah-otak atau mengarahkan obat ke neuron tertentu seperti pengiriman agen neuroprotektif ke area otak yang terpengaruh dalam penyakit Alzheimer atau Parkinson. Nanopartikel ini membantu melindungi sel-sel saraf tanpa menyebabkan efek samping pada organ lain.
Di Indonesia, perkembangan teknologi targeted drug delivery system telah menjadi fokus penelitian yang meningkat pesat dalam beberapa tahun terakhir. Banyak lembaga riset dan perguruan tinggi di Indonesia yang aktif mengembangkan targeted drug delivery system menggunakan pendekatan nanoteknologi dan biomaterial. Misalnya, beberapa penelitian terbaru telah memanfaatkan bahan alam lokal seperti ekstrak tumbuhan atau polisakarida untuk membentuk nanopartikel atau liposom sebagai pembawa obat. Teknologi ini diharapkan dapat meningkatkan penetrasi terapeutik di dalam tubuh serta mengoptimalkan efek samping dari pengobatan.
Kolaborasi antara peneliti, industri farmasi, dan pemerintah juga memainkan peran kunci dalam mempercepat perkembangan targeted drug delivery di Indonesia. Pada tingkat industri, beberapa perusahaan farmasi Indonesia telah mulai berinvestasi dalam riset dan pengembangan teknssssologi pengiriman obat tertarget. Kerja sama ini bertujuan untuk menghadirkan solusi terapeutik inovatif yang dapat menangani masalah kesehatan masyarakat Indonesia secara lebih efektif.
Selain itu, upaya pemerintah Indonesia dalam meningkatkan infrastruktur riset dan regulasi di bidang ini juga memberikan dorongan besar bagi pengembangan teknologi targeted drug delivery. Dengan adanya dukungan dari berbagai pihak, diharapkan perkembangan teknologi ini dapat terus meningkat dan memberikan dampak positif yang signifikan dalam bidang kesehatan di Indonesia.
Meskipun menjanjikan, targeted drug delivery juga memiliki tantangan. Beberapa di antaranya meliputi biokompatibilitas, stabilitas formulasi, dan biaya produksi yang tinggi. Di Indonesia, tantangan tambahan termasuk infrastruktur riset yang masih terbatas dan akses terhadap bahan baku berkualitas tinggi. Namun, prospek targeted drug delivery di Indonesia sangat baik. Dengan dukungan pemerintah dan industri farmasi dapat mempercepat pengembangan teknologi ini dan meningkatkan ketersediaan terapi yang efektif dan aman bagi pasien.
Tamoxifen citrate adalah obat tertarget yang digunakan untuk mengobati kanker payudara hormon-reseptor positif. Tamoxifen citrate bekerja dengan mengikat reseptor estrogen di dalam sel kanker payudara. Sebagai selektif modulator reseptor estrogen (SERM), tamoxifen dapat bertindak sebagai agonis (mengaktifkan) atau antagonis (menghambat) reseptor estrogen tergantung pada lokasi jaringan. Dalam kanker payudara, tamoxifen bertindak sebagai antagonis, menghambat efek estrogen pada sel kanker yang membutuhkannya untuk pertumbuhan.
Tamoxifen citrate digunakan secara luas dalam pengobatan kanker payudara hormon-reseptor positif pada wanita pra-menopause dan pascamenopause. Penggunaan tamoxifen juga telah diperluas ke pencegahan kanker payudara pada wanita dengan risiko tinggi. Obat ini dapat diberikan secara oral dan dianggap sebagai terapi standar untuk kanker payudara tertentu.
Bevacizumab adalah sejenis obat biologis yang bekerja dengan mengikat dan menghambat aktivitas faktor pertumbuhan pembuluh darah, yang disebut VEGF. VEGF adalah protein yang memainkan peran kunci dalam proses pembentukan pembuluh darah baru (angiogenesis) yang mendukung pertumbuhan tumor. Dengan menghambat VEGF, bevacizumab membantu menghambat angiogenesis, mengurangi pasokan darah ke tumor, dan menghambat pertumbuhan serta penyebaran sel kanker.
Bevacizumab digunakan dalam berbagai jenis kanker, termasuk kanker kolorektal, kanker paru-paru, kanker payudara, kanker ginjal, dan glioblastoma multiforme. Obat ini dapat digunakan sebagai bagian dari terapi kombinasi dengan kemoterapi untuk meningkatkan efektivitas pengobatan. Pada beberapa kasus, bevacizumab juga digunakan sebagai terapi tambahan (adjuvant) untuk mencegah kekambuhan kanker setelah perawatan awal.
Targeted drug delivery merupakan salah satu terobosan penting dalam pengobatan modern. Di Indonesia, perkembangan teknologi ini semakin menarik minat, terutama dalam pengobatan kanker, penyakit autoimun, infeksi, dan neurologis. Dengan terus mendorong kolaborasi riset dan pengembangan, sehingga dapat mempercepat penerapan targeted drug delivery untuk meningkatkan kualitas hidup pasien dan mengatasi tantangan kesehatan yang kompleks.
Ferrara N, Hillan KJ, Gerber HP, Novotny W. (2004). Discovery and development of bevacizumab, an anti-VEGF antibody for treating cancer. Nat Rev Drug Discov. ;3(5):391-400.
Jordan VC. (2006). Tamoxifen (ICI46,474) as a targeted therapy to treat and prevent breast cancer. Br J Pharmacol ;147 Suppl 1(Suppl 1):S269-S276
Peer, D., & Shapira, A. (2012). Antibody-mediated drug delivery: Future of cancer therapy. The Quarterly Journal of Nuclear Medicine and Molecular Imaging, 56(1), 85-98.
Torchilin, V. P. (2011). Passive and active drug targeting: Drug delivery to tumors as an example. Advanced Drug Delivery Reviews, 63(3), 131-135.
Majalah Farmasetika - Kementerian Kesehatan Republik Indonesia resmi mengesahkan Susunan Organisasi Kolegium Farmasi periode 2024-2028 melalui Keputusan…
Majalah Farmasetika - Yogyakarta, 5 Desember 2024 – Upaya untuk memperkokoh eksistensi dan profesionalisme tenaga…
Majalah Farmasetika - Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI Komisi III, Muhammad Rofiqi, menyampaikan klarifikasi…
Majalah Farmasetika - Metformin, salah satu obat diabetes paling populer di dunia, telah lama dikenal…
Majalah Farmasetika - Anggota Komisi III DPR RI Dapil 1 Kalimantan Selatan, dan juga Ketua…
Majalah Farmasetika - Pedagang Besar Farmasi (PBF) adalah perusahaan yang memiliki izin untuk menyediakan, menyimpan,…