Majalah Farmasetika – Kondisi anemia dapat terjadi akibat kondisi penyakit ginjal kronis (PGK). Ginjal merupakan organ utama yang memproduksi hormon eritropoietin (EPO), hormon yang menstimulasi produksi sel darah merah. Gangguan pada ginjal dapat menyebabkan penurunan produksi hormon EPO, menurunkan produksi sel darah merah, dan menyebabkan anemia.
Merujuk konsorsium Perhimpunan Nefrologi Indonesia pengobatan anemia pada PGK dilakukan dengan terapi eritropoietin rekombinan yang diberikan secara parenteral. Pada Maret 2024, FDA menyetujui peredaran obat Vafseo® yang mengandung zat aktif vadadustat. Vadadustat adalah obat golongan hypoxia-inducible factor-prolyl hydroxylase inhibitors (HIF-PHIs) yang dapat digunakan secara oral. Obat ini bekerja dengan meningkatkan eritropoiesis terutama melalui peningkatan produksi EPO endogen.
Hasil uji klinis terhadap 3923 pasien menunjukkan bahwa penggunaan vadadustat secara oral, tidak kalah efektif dibandingkan penggunaan darbepoetin alfa yang diberikan parenteral dalam meningkatkan dan mempertahankan kadar Hb pada pasien dengan PGK yang menjalani dialisis. Dari hasil tersebut, dapat disimpulkan vadadustat dapat menjadi alternatif pengganti EPO rekombinan untuk pengobatan anemia pada kondisi PGK.
Anemia adalah penyakit yang cukup sering ditemui dalam kehidupan sehari-hari. Anemia ditandai dengan rendahnya kadar hemoglobin darah yakni <14 g/dL pada laki-laki dan 12 g/dL pada wanita. Salah satu penyebab terjadinya anemia adalah penyakit ginjal kronis (PGK). Ginjal adalah organ penting bagi manusia, untuk pembuangan sisa metabolisme dan menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit. Di luar fungsi utama tersebut, ginjal juga merupakan organ utama yang menghasilkan hormon eritropoietin (EPO). EPO adalah hormon yang mampu menstimulasi produksi sel darah merah di sumsung tulang belakang, sehingga penurunan produksi EPO pada pasien PGK secara signifikan menyebabkan penurunan jumlah sel darah merah, dan menyebabkan kondisi anemia. Prevalensi anemia pada PGK meningkat seiring dengan peningkatan keparahan penyakit, mulai dari 8,4% pada pasien PGK stadium 1 hingga 53,4% pada pasien PGK stadium 5.
Terapi anemia pada PGK di Indonesia merujuk pedoman Perhimpunan Nefrologi Indonesia (PERNEFRI), yakni dengan pemberiaan erythropoiesis stimulating agent (ESA). Preparat ESA yang diketahui beredar di Indonesia adalah epoetin α, epoetin β, ESA α biosimilar, dan C.E.R.A. Epoetin α dan β merupakan rekombinan eritropoietin manusia, epoetin α biosimilar adalah eritropoietin yang merupakan produk bioteknologi non-original, dan C.E.R.A adalah ESA baru yang merupakan pegylated epoetin dengan waktu paruh yang lebih panjang. Penggunaan ESA pada pasien PGK diketahui memberikan manfaat dalam memperbaiki gejala anemia seperti kelelahan, sesak napas, pusing, depresi dan juga mengurangi ketergantungan pada transfusi darah. Penggunaan ESA menyebabkan beberapa efek samping seperti meningkatkan resiko hipertensi, seizure, stroke, dan trombosis vaskular. Eritropoietin rekombinan ini diberikan dengan rute parenteral, untuk mencegah penguraian di saluran cerna.
Trend terkini dalam penanganan anemia pada PGK adalah dengan penggunaan hypoxia-inducible factor-prolyl hydroxylase inhibitors (HIF-PHIs). Pada tahun 2023, FDA untuk pertama kalinya menyetujui peredaran obat oral untuk pengobatan PGK dari golongan HIF-PHIs, yakni Daprodustat. Pada Maret 2024 FDA, kembali menyetujui peredaran obat lainnya dari golongan yang sama yakni vadadustat dengan merk dagang Vafseo®.
Vafseo® (vadadustat) diproduksi oleh perusahaan farmasi Akabia therapeutics. Vafseo® diindikasikan untuk pengobatan anemia akibat PGK pada orang dewasa yang menjalani dialisis selama minimal 3 bulan. Vafseo® diminum secara oral sekali sehari. Vafseo® berada dalam bentuk tablet salut selaput dengan pelepasan segera (immediate release). Vafseo® tersedia dalam dosis 150 mg, 300 mg, dan 450 mg.
Vadadustat adalah salah satu obat golongan HIF-PHIs. Hypoxia-inducible factor (HIF) adalah faktor transkripsi yang mengatur respons fisiologis terhadap hipoksia sehingga merangsang produksi eritropoietin di hati dan ginjal. HIF dapat mengalami degradasi oleh prolyl hydroxylase. Obat golongan HIF-PHIs bekerja dengan menghambat aktivitas prolyl hydroxylase, sehingga mencegah degradasi HIF, menginduksi hipoksia, dan merangsang produksi eritropoietin endogen.
Keefektifan dan keamanan Vafseo®, yang diberikan sekali sehari untuk mengobati anemia pada pasien dewasa dengan PGK, telah dibuktikan dalam dua uji klinis global (INNO2VATE-1 dan INNO2VATE-2) yang melibatkan 3923 pasien. Dalam uji klinis ini, pasien dibagi secara acak untuk menerima Vafseo® atau darbepoetin alfa selama 52 minggu. Pasien memiliki rentang usia 19 hingga 93 tahun, dan mayoritas adalah laki-laki (55,9%) dengan proporsi etnis yang bervariasi. Vafseo® diberikan dari dosis 300 mg hingga 600 mg per hari untuk mencapai target kadar hemoglobin. Uji klinis menunjukkan bahwa Vafseo® yang diberikan oral tidak kalah efektif dibandingkan darbepoetin alfa yang diberikan parenteral, dalam meningkatkan dan mempertahankan kadar hemoglobin pada pasien dengan PGK yang menjalani dialisis (tabel 1).
Tabel 1. Hasil uji klinis Vafseo® dibandingkan darbepoetin alfa
Hemoglobin (g/dL) | INNO2VATE-1 | INNO2VATE-2 | ||
Vafseo
N=181 | Darbepoetin Alfa
N=188 | Vafseo
N=1777 | Darbepoetin Alfa
N=1777 | |
Baseline | 9,4 ± 1,1 | 9,2 ± 1,1 | 10,3 ± 0,9 | 10,2 ± 0,8 |
Minggu Ke 24-36 | 10,4 ± 1,1 | 10,6 ± 0,9 | 10,4 ± 1,0 | 10,5 ± 1,0 |
Minggu Ke 40-52 | 10,5 ± 1,2 | 10,6 ± 1,1 | 10,4 ± 1,0 | 10,6 ± 1,0 |
Sumber:https://www.accessdata.fda.gov/drugsatfda_docs/label/2024/215192s000lbl.pdf
Uji klinis menunjukkan adanya efek samping yang ditimbulkan oleh penggunaan oral Vafseo®, yang relatif sama dengan efek samping yang ditimbulkan oleh darbepoetin alfa. Efek samping yang muncul diantaranya adalah hipertensi, diare, sakit kepala, mual, kelelahan, nyeri perut, muntah, pusing, dispnea, dan trombosis. Efek samping utama yang muncul adalah hipertensi dan diare yang terjadi pada >10% pasien yang mendapatkan Vafseo®.
Pada Maret 2024, FDA menyetujui peredaran obat Vafseo® yang mengandung zat aktif vadadustat. Vadadustat adalah obat golongan hypoxia-inducible factor-prolyl hydroxylase inhibitors (HIF-PHIs) yang digunakan secara oral. Obat ini bekerja dengan meningkatkan eritropoiesis terutama melalui peningkatan produksi EPO endogen. Hasil uji klinis terhadap 3923 pasien menunjukkan bahwa penggunaan vadadustat secara oral, tidak kalah efektif dibandingkan penggunaan darbepoetin alfa yang diberikan parenteral dalam meningkatkan dan mempertahankan kadar hebmoglobin pada pasien dengan PGK yang menjalani dialisis. Oleh karena itu, vadadustat dapat menjadi alternatif pengganti EPO rekombinan untuk pengobatan anemia pada PGK.
PUSTAKA
Majalah Farmasetika - Pedagang Besar Farmasi (PBF) adalah perusahaan yang memiliki izin untuk menyediakan, menyimpan,…
Majalah Farmasetika - Produk farmasi, seperti obat-obatan, memerlukan stabilitas tinggi untuk menjaga efektivitas dan kualitasnya…
Majalah Farmasetika - Dalam dunia perdagangan obat, surat pesanan memiliki peran yang sangat penting. Di…
Majalah Farmasetika - Di fasilitas distribusi farmasi, memastikan obat-obatan dan alat kesehatan tetap berkualitas sepanjang…
Majalah Farmasetika - Studi kohort yang baru-baru ini diterbitkan dalam Annals of Medicine Journal menetapkan…
Jakarta - BPOM resmi mengumumkan penarikan produk pangan olahan impor latiao asal Tiongkok penyebab keracunan.…