Majalah Farmasetika – RYZNEUTA (Efbemalenograstim alfa-vuxw) telah disetujui oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) sebagai terapi yang dapat mengurangi risiko infeksi yang ditandai dengan Febrile Neutropenia pada orang dewasa yang menerima obat antikanker myelosuppressive.
Febrile Neutropenia
Sumsum tulang adalah bagian tubuh yang paling rentan mengalami efek samping dari kemoterapi. Kemoterapi secara langsung dapat mempengaruhi sumsum tulang yang menyebabkan supresi hematopoiesis dan bisa akibatkan penurunan jumlah sel-sel darah (anemia, leukopenia dan neutropenia, dan/atau trombositopenia). Seluruh pasien yang menerima kemoterapi berisiko mengalami komplikasi neutropenia namun sulit bagi tenaga medis untuk memprediksi pasien atau kelompok yang memiliki risiko lebih tinggi secara spesifik.
Neutropenia merupakan kondisi medis yang ditandai dengan rendahnya kadar neutrofil dalam darah yang merupakan salah satu jenis sel darah putih. Febrile Neutropenia merupakan salah satu efek samping kemoterapi yang terjadi akibat supresi hematopoiesis yang dapat mengakibatkan neutropenia ditambah dengan faktor pemberat lain seperti infeksi. Febrile neutropenia dianggap sebagai kegawatdaruratan medis dan onkologi yang memiliki tingkat mortalitas tinggi. Febrile Neutropenia ditandai dengan peningkatan suhu tubuh diatas 38,3॰C dengan jumlah neutrofil kurang dari 500/mm^3 atau 1000/mm^3 dengan prediksi penurunan sampai 500/mm^3 selama kurun waktu 48 jam.
Febrile Neutropenia terjadi 10 hingga 50% pada pasien yang telah menjalani kemoterapi dengan tumor padat dan lebih dari 80% pada pasien yang telah menjalani kemoterapi keganasan hematologi. Berdasarkan jenis keganasan pada pasien kanker, terlihat jelas bahwa pasien dengan keganasan hematologi memiliki risiko yang lebih tinggi mengalami neutropenia dibandingkan dengan pasien dengan tumor padat, dikarenakan proses dasar penyakit serta intensitas terapi yang digunakan lebih tinggi.
Pasien dengan Febrile Neutropenia memiliki risiko sebesar 50% untuk mengalami infeksi dan mayoritas episode febris pada periode neutropenia yang berkaitan dengan dengan infeksi (sekitar 60%). Sasaran infeksi yang paling sering terjadi terdapat di saluran pencernaan, paru-paru, dan kulit. Organisme yang paling sering ditemukan sebagai penyebab ondeksi dan bakteremia adalah bakteri batang gram negatif seperti Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae, dan Pseudomonas aeruginosa serta bakteri aerobik seperti Staphylococcus sp., Streptococcus sp., dan Enterococcus. Selain bakteri terdapat mikroorganisme lain yang dapat menyebabkan Febrile Neutropenia seperti jamur. Pada penelitian yang dilakukan oleh Donowitz, dkk (2001) diperkirakan lebih dari 20% dari semua pasien neutropenia dapat mengalami infeksi jamur sistemik yang agen penyebabnya terutama spesies Candida, Aspergillus, Fusarium, Scedosporium (90%).
Persetujuan FDA terhadap RYZNEUTA berdasarkan bukti dari dua uji klinis utama GC-627-04 dan GC-627-05, pada 515 pasien kanker payudara yang menerima kemoterapi. Uji coba dilakukan di 52 lokasi di 5 negara termasuk Hongaria, Rusia, Ukraina, Bulgaria, dan Amerika Serikat. RYZNEUTA dievaluasi dalam dua uji klinis utama yang dilakukan secara acak dan terkontrol. Sebanyak 515 pasien diacak untuk menerima RYZNEUTA atau plasebo, atau Neulasta, setelah menerima obat antikanker myelosupresif yang terkait dengan kejadian Febrile Neutropenia yang signifikan secara klinis untuk mengobati kanker payudara metastatik. Studi menunjukkan bahwa durasi rata-rata neutropenia berat pada siklus 1 lebih rendah pada pasien yang diobati dengan RYZNEUTA dibandingkan dengan pasien yang diobati dengan plasebo, dan rata-rata hari neutropenia berat pada pasien yang diobati dengan RYZNEUTA tidak melebihi pasien yang diobati dengan Neulasta. Lebih dari 0,6 hari (margin noninferioritas yang ditentukan sebelumnya) pada siklus 1 kemoterapi. RYZNEUTA tidak kalah efektif dengan Neulasta dan lebih efektif dibandingkan plasebo dalam mengurangi durasi neutropenia parah, pada pasien yang menerima kemoterapi myelosupresif dapat mengurangi komplikasi yang terkait dengan pengobatan kanker termasuk rawat inap dan infeksi yang mengancam jiwa.
RYZNEUTA adalah faktor pertumbuhan leukosit dengan merangsang koloni yang bekerja pada sel hematopoietik dengan mengikat reseptor permukaan sel tertentu, sehingga merangsang proliferasi, diferensiasi, komitmen, dan aktivasi fungsional sel akhir.
Dosis yang Direkomendasikan: 20 mg diberikan secara subkutan sekali per siklus kemoterapi. Dibererikan sekitar 24 jam setelah kemoterapi sitotoksik. Jangan diberikan antara 14 hari sebelum dan 24 jam setelah pemberian kemoterapi sitotoksik.
Efek samping RYZNEUTA yang paling umum adalah mual, anemia, dan trombositopenia. RYZNEUTA juga dapat menyebabkan efek samping lain seperti pecahnya limpa yang fatal, sindrom gangguan pernafasan akut, reaksi alergi yang serius termasuk anafilaksis, krisis sel sabit pada pasien dengan kelainan sel sabit, glomerulonefritis, trombositopenia, sindrom kebocoran kapiler, dan sindrom myelodysplastic dan leukemia myeloid akut pada pasien dengan kanker payudara dan paru-paru.
RYZNEUTA dikontraindikasikan pada pasien dengan riwayat reaksi alergi serius terhadap faktor perangsang granulosit seperti efbemalenograstim alfa-vuxw, pegfilgrastim, atau produk filgrastim.
Tingginya persentase kejadian Febrile Neutropenia pada pasien yang menerima kemoterapi, RYZNEUTA dapat digunakan untuk mengurangi risiko terjadinya Febrile Neutropenia pada pasien kemoterapi. RYZNEUTA bekerja pada sel hematopoietik dengan mengikat pada reseptor sel tertentu sehingga dapat mempengaruhi pertumbuhan leukosit yang dapat mengurangi kejadian infeksi seperti yang dimanifestasikan oleh Febrile Neutropenia pada pasien yang menerima pengobatan kemoterapi.
Drugs at FDA. 23 Agustus 2024. fda.gov. https://www.accessdata.fda.gov/drugsatfda_docs/label/2023/761134s000lbl.pdf
Budiana, I.N.G. and FEBIANI, M., 2017. Febrile neutropenia pada pasien pascakemoterapi. Indonesian Journal of Cancer, 11(2), pp.77-82.
Rasmy, A., Amal, A., Fotih, S. and Selwi, W.J.J.C.P.C.R., 2016. Febrile neutropenia in cancer patient: epidemiology, microbiology, pathophysiology and management. J Cancer Prev Curr Res, 5(3), p.00165.
Majalah Farmasetika - Kementerian Kesehatan Republik Indonesia resmi mengesahkan Susunan Organisasi Kolegium Farmasi periode 2024-2028 melalui Keputusan…
Majalah Farmasetika - Yogyakarta, 5 Desember 2024 – Upaya untuk memperkokoh eksistensi dan profesionalisme tenaga…
Majalah Farmasetika - Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI Komisi III, Muhammad Rofiqi, menyampaikan klarifikasi…
Majalah Farmasetika - Metformin, salah satu obat diabetes paling populer di dunia, telah lama dikenal…
Majalah Farmasetika - Anggota Komisi III DPR RI Dapil 1 Kalimantan Selatan, dan juga Ketua…
Majalah Farmasetika - Pedagang Besar Farmasi (PBF) adalah perusahaan yang memiliki izin untuk menyediakan, menyimpan,…