Berita

Dari Laboratorium ke Harapan Pasien: Perjalanan Taletrectinib sebagai Obat Antikanker

Majalah Farmasetika-Taletrectinib merupakan generasi baru dari Tyrosine Kinase Inhibitor (TKI) yang baru saja disetujui oleh U.S Food and Drug Administration (FDA) pada Juni 2025 untuk terapi non-small cell lung cancer (NSCLC) ROS1-positif stadium lanjut atau metastatik. Obat ini dirancang untuk menghambat sinyal abnormal dari ROS1 dan terbukti efektif untuk pasien yang belum pernah menerima terapi ROS1. Uji klini taletrectinib pada program TRUST-I dan TRUST-II menunjukan tingkat respons objektif yang tinggi serta aktivitas yang baik di otak, sehingga mampu menjadi inovasi bagi tantangan utama kanker paru-paru ROS1-positif. Profil keamanan dari taletrectinib masih dapat ditoleransi dengan melakukan pemantauan yang tepat, meskipun efek samping seperti gangguan hati, pneumonitis, dan perpanjangan interval QT tetap perlu diwaspadai. Di Indonesia, penggunaan taletrectinib masih belum mendapatkan persetujuan dari Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) karena masalah ketersediaan diagnostik molekuler dan pertimbangan biaya serta aksesibilitas. Secara keseluruhan, taletrectinib mencerminkan kemajuan terapi kanker secara tertarget dan membawa harapan nyata bagi pasien.

Pendahuluan

Kanker paru-paru merupakan penyumbang angka kematian yang cukup besar akibat kanker di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Dari sekian banyak jenis kanker paru-paru, sekitar 85% merupakan jenis non-small-cell lung cancer (NSCLC) yang terjadi karena perubahan genetik khusus, salah satunya adalah fusi gen receptor tyrosine kinase (ROS1). Perubahan ini mendorong pertumbuhan sel kanker yang agresif, tetapi dapat juga membuka peluang besar bagi terapi yang lebih tertarget dan presisi. Obat crizotinib dan entrectinib merupakan obat yang telah disetujui oleh U.S Food and Drug Administration (FDA) untuk digunakan sebagai lini terapi pertama pada pengobatan ROS 1 fusion-positive NSCLC (ROS1+NSCLC). Namun, tidak seluruh pasien dapat merespon terapi kedua obat tersebut, bahkan sebagian besar pasien dapat mengalami resistensi terhadap crizotinib dan entrectinib. Oleh karena itu, dikembangkanlah taletrectinib untuk mengatasi resistensi pasien terhadap crizotinib dan entrectinib. Taletrectinib juga dikembangkan sebagai terapi tertarget kanker paru-paru dengan bekerja secara selektif terhadap kanker paru non-small-cell (NSCLC) yang memiliki mutasi ROS1.

Perkembangan dari Laboratorium: Bagaimana Taletrectinib Bekerja?

Taletrectinib dikembangkan sebagai tyrosine kinase inhibitor (TKI) generasi terbaru dengan mekanisme menghambat aktivitas abnormal dari protein ROS 1 yang terbentuk akibat fusi gen. Jika protein ROS1 tidak dikendalikan, maka sel kankekr paru-paru dapat terus bertumbuh dan berkembang biak. Melalui penghambatan sinyal tersebut, taletrectinib dapat memperlambat dan mengecilkan pertumbuhan tumor.

Keunggulan taletrectinib dibandingkan dengan beberapa obat pendahulunya, yaitu crizotinib dan entrectinib, adalah kemampuannya untuk melawan mutasi resistensi yang sering terjadi setelah terapi ROS1 sebelumnya. Salah satu contohnya adalah mutasi G2032R yang mnenjadi salah satu tantangan terbesar dalam terapi kanker paru-paru berbasis ROS1. Selain itu, taletrectinib menunjukan kemampuan untuk menembus membran sawar otak sehingga sangat penting untuk pasien dengan ROS1-positif yang sering mengalami metastasis otak. Gambar di bawah ini menunjukan mekanisme dari taletrectinib.

Sumber: https://oncodaily.com/drugs/taletrectinib-ibtrozi

Indikasi Klinis: Siapa yang Dapat Menggunakan Taletrectinib?

Pada Juni 2025, U.S. Food and Drug Administration (FDA) secara resmi menyetujui penggunaan taletrectinib (Ibtrozi) untuk pasien dewasa dengan kanker paru NSCLC ROS1-positif stadium lanjut atau yang sudah mengalami metastasis. Pasien perlu menjalani pemeriksaan molekuler untuk memastikan adanya fusi gen ROS1 sebelum dapat mendapatkan terapi taletrectinib. Hal ini menunjukan bahwa taletrectinib dapat menjadi bagian dari era precision medicine, di mana terapi dapat disesuaikan dengan profil genetik masing-masing pasien.

Hasil Uji Klinis: Dari Data Menuju Harapan

Persetujuan FDA terkait penggunaan taletrectinib didasarkan pada hasil uji klinis internasional yang dikenal dengan program TRUST. Program TRUST-I dijalani di Tiongkok, dan TRUST-II terjadi secara global. Hasil uji klinis dapat dirangkum sebagai berikut.

  1. Pada pasien yang belum pernah menerima terapi ROS1, tingkat respon objektif (objective response rate/ORR) mencapai 80-90%, yang berarti mayoritas pasien menunjukan penyusutan tumor.
  2. Pada pasien yang sudah pernah menerima terapi ROS1, taletrectinib masih dapat memberikan respon bermakna, menunjukan perannya untuk digunakan sebagai terapi lanjutan.
  3. Taletrectinib juga terbukti aktif terhadap metastasis di otak yang menjadi komplikasi serius pada pasien ROS1-positif.

Dari sisi keamanan, taletrectinib menunjukan tingkat toleransi yang baik oleh pasien. Tetapi, tetap ada beberapa efek samping yang perlu dipantau, seperti gangguan hati, pneumonitis (radang paru), serta perpanjangan interval QT pada jantung.

Potensi Perkembangan di Indonesia

Di Indonesia, hadirnya taletrectinib membuka peluang besar dalam meningkatkan standar terapi kanker paru-paru. Namun, terdapat sejumlah tantangan yang perlu di atasi untuk penerapan terapi taletrectinib di Indonesia. Pertama, akses diagnostik, deteksi ROS1 di Indonesia masih jauh lebih jarang dilakukan dibandingkan dengan tes genetik lain seperti EGFR pada kanker payudara. Tanpa adanya pemeriksaan molekuler, pasien dengan ROS1-positif tidak bisa mendapatkan terapi ini. Kedua, regulasi dan ketersediaan, hingga saat ini, belum ada persetujuan penggunaan taletrectinib di Indonesia oleh Badan POM. Ketiga, biaya terapi, seperti banyak obat kanker inovatif lainnya, harga terapi menjadi tantangan tersendiri sehingga sangat penting untuk keterlibatan pemerintah, rumah sakit, dan asuransi agar obat ini dapat diakses lebih luas. Jika seluruh tantangan ini dapat diatasi, taletrectinib berpotensi menjadi salah satu pilar utama dalam terapi kanker paru di Indonesia, khususnya bagi pasien yang mengalami NSCLC ROS1-positif dan resistensi terapi.

Kesimpulan

Perjalanan penemuan dan pengembangan taletrectinib dari laboratorium hingga sampai pada penggunaan pasien mencerminkan kemajuan pesat dalam bidang onkologi modern. Dengan kemampuan mengatasi resistensi obat, aktivitas metastasis otak, dan efektivitas terapi yang tinggi pada pasien ROS1-positif, taletrectinib menjadi harapan baru bagi pasien kanker paru-paru. Di Indonesia, langkah selanjutnya yang perlu dilakukan untuk persetujuan dan penggunaan taletrectinib adalah memastikan ketersediaan tes molekuler yang memadai, dukungan regulasi, serta akses obat yang merata, sehingga kemajuan terapi kanker paru-paru dengan taletrectinib membawa manfaat bagi pasien.

Daftar Pustaka

  1. U.S. Food and Drug Administration (FDA). (2025). FDA approves taletrectinib for ROS1-positive non-small cell lung cancer. https://www.fda.gov
  2. Nuvation Bio. (2025). Press release: FDA approval of IBTROZI (taletrectinib). https://ir.nuvationbio.com
  3. Papadopoulos, K. P., et al. (2020). Phase I first-in-human study of Taletrectinib (DS-6051b/AB-106), a ROS1/NTRK inhibitor, in patients with advanced solid tumors. Clinical Cancer Research, 26(19), 4785–4795.
  4. Ou, S. H. I., et al. (2023). Taletrectinib in ROS1-positive NSCLC: pooled analyses from TRUST-I and TRUST-II. Journal of Clinical Oncology (ASCO Meeting Abstracts).
  5. Shi, Y., et al. (2023). Systematic review of Taletrectinib in ROS1-positive NSCLC. Frontiers in Oncology, 13, 1178456.
  6. Soeroto, A. Y., et al. (2023). Molecular Testing and Targeted Therapy Landscape in Indonesia: Current Status and Challenges. Asian Pacific Journal of Cancer Prevention, 24(3), 945–953.
Angela Alysia Elaine

Mahasiswa Farmasi Unpad 2019

Share
Published by
Angela Alysia Elaine

Recent Posts

Sistem Penghantaran Obat Terkontrol untuk Mengatasi Tingkat Kepatuhan Pasien

Majalah Farmasetika – Salah satu penyebab gagalnya terapi pengobatan pada pasien adalah tingkat kepatuhan yang…

1 hari ago

Liposom sebagai Penghantaran Obat Tertarget untuk Terapi Kanker

Majalah Farmasetika - Metode utama dalam pengobatan kanker meliputi pembedahan, radioterapi, kemoterapi, dan imunoterapi. Namun…

1 hari ago

Pentingnya CAPA dalam Menjaga Mutu Produk pada Distribusi Farmasi

Majalah Farmasetika - Distribusi farmasi merupakan salah satu tahapan kritis dalam rantai pasok obat, dimana…

2 minggu ago

Tablet Coating : Tak Sekadar Estetika, Namun Penjaga Stabilitas Juga

Majalah Farmasetika – Pada industri farmasi, serangkaian proses pembuatan obat dilakukan dengan tetap memperhatikan mutu…

3 minggu ago

Suplemen Kolagen Viral Byoote vs Coolvita vs Noera, Mitos atau Fakta : Benarkah Sampai ke Kulit?

Majalah Farmasetika - Fenomena kolagen minum tak terbantahkan. Tapi, sebagai farmasetika, kita harus bertanya: Bagaimana…

3 minggu ago

Alasan Obat Jerawat Benzolac (BPO) Bisa Bikin Sunscreen Azarine (Avobenzone) Gagal Melindungi?

Majalah Farmasetika - Banyak pejuang jerawat tidak sadar. Menggabungkan Benzoyl Peroxide dengan filter sunscreen yang…

3 minggu ago