CDO Takeda : Evolusi Perawatan Kesehatan Berbasis Teknologi Digital di Jepang. Setiap 60 detik di internet saat ini telah terjadi lebih dari 293.000 status Facebook muncul, 550.000 tweet yang ditulis, dan 2,78 juta video YouTube ditonton.
Teknologi digital telah terhubung di setiap sisi kehidupan manusia. Setiap industri mengubah model bisnis dan metoda cara pelanggan terlibat dengan produk dan layanan mereka dengan berbasis digitalisasi. Termasuk di dunia kesehatan.
Bruno Villetelle, Chief Digital Officer (CDO) dari Takeda berbagi pengalamannya mengenai keadaan saat ini di Jepang terutama diperusahaan yang dipimpinnya.
Inovasi baru yang dibutuhkan untuk merespon dinamika baru dalam ekosistem kesehatan Jepang
Pertumbuhan penduduk yang belum pernah terjadi sebelumnya dimana mayoritas dari populasi adalah generasi tua menjadi salah satu dinamika yang merubah ekosistem kesehatan di Jepang. Selain itu, peraturan untuk perusahaan farmasi juga mengalami perubahan yang signifikan, karena pemerintah berusaha untuk menanggapi meningkatnya biaya kesehatan dan muncul teknologi yang tidak perlu. Hal ini telah menyebabkan perluasan akses ke elemen penting seperti resep generik dan perawatan pasien.
Oleh karenanya, kami banyak berkolaborasi dengan perusahaan global diantara industri teknologi dan di luar industri teknologi. Salah satu contoh adalah tampilan inovatif kolaborasi lintas-industri antara Japan Post (perusahaan pos dan giro Jepang), IBM dan Apple. Kelompok ini telah bekerja sama untuk mendistribusikan iPads dengan pre-loaded yang mendukung kehidupan aplikasi untuk orang tua dalam jaringan pelanggan Japan Post.
Contoh lain adalah Hitachi, RICOH dan PARO. Hitachi telah mengembangkan perangkat dukungan obat terhubung dosis dengan solusi cloud untuk kepatuhan dan pemantauan jarak jauh. RICOH telah mengembangkan perangkat yang dapat dikenakan untuk pengasuh untuk berkomunikasi dengan profesional kesehatan dari rumah pasien. Kemudian ada sebuah robot yang dinamakan PARO robot, robot yang digunakan di beberapa rumah perawatan di Jepang untuk orang dengan demensia dan sudah didukung oleh data klinis.
Perusahaan farmasi global Takeda adalah contoh lain dari perusahaan terkemuka yang sedang mengejar aplikasi baru dari teknologi digital untuk mengembangkan solusi terhadap tantangan yang dihadapi kesehatan, baik di Jepang dan di seluruh dunia.
Takeda dan “Start-Up Incubator”
Dengan lebih dari 30.000 karyawan yang hadir di 70 negara dan produk di berbagai bidang terapi, Takeda terus mencari cara baru untuk membawa nilai baru untuk pasien sebagai bagian dari budaya yang berbasis kepada pasien. Salah satu cara adalah pendekatan untuk strategi digital dan teknologi.
Takeda telah membentuk pusat inkubator penelitian digital dengan nama “Takeda Digital Accelerator” untuk program Riset dan Pengembangan di bidang teknologi digitalnya yang dirancang untuk menampung untuk ide-ide baru yang dan menghasilkan inovasi pasien-sentris.
Pertama, Takeda merakit tim dan sumber daya yang dibutuhkan untuk berlangsungnya eksperimen ini. Kemudian, tim yang berbeda bekerja pada skala kecil, tantangan lokal, yang mereka menguji menggunakan hipotesis tertentu. Temuan ini kemudian diinkubasi dan berbagi di jaringan masyarakat Takeda, di mana tim lain dapat memanfaatkan hasil penelitian mereka.
Cara lain Model Digital Accelerator ini bekerja adalah melalui ekosistem global mitra eksternal Takeda yang telah dibangun selama bertahun-tahun. mitra ini juga mebantu membuat rekomendasi dan solusi untuk tantangan kesehatan, dan temuan diinkubasi, diuji dan dibagi di seluruh jaringan yang lebih besar.
Pemikiran seperti ini membantu Takeda lebih maju dalam mengidentifikasi, mengeksplorasi dan bereksperimen dengan cara-cara baru digitalisasi pengalaman kesehatan dengan cara yang pada akhirnya bermanfaat bagi pasien.
Membantu membangun masa depan dengan digitalisasi kesehatan
Dunia digital akan terus berkembang di tempat yang sangat cepat, berdampak bagaimana perusahaan, pemerintah dan masyarakat berinteraksi, dan menyebabkan perubahan yang sebenarnya bisa mengganggu sepanjang waktu. Gangguan ini bisa terus mengubah pola kesehatan, dan organisasi yang berkontribusi terhadap pengalaman pasien akan perlu untuk memperbaikinya dengan teknologi digital kembali.
Sumber : http://www.pharmexec.com/digital-healthcare-evolution
Majalah Farmasetika - Kementerian Kesehatan Republik Indonesia resmi mengesahkan Susunan Organisasi Kolegium Farmasi periode 2024-2028 melalui Keputusan…
Majalah Farmasetika - Yogyakarta, 5 Desember 2024 – Upaya untuk memperkokoh eksistensi dan profesionalisme tenaga…
Majalah Farmasetika - Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI Komisi III, Muhammad Rofiqi, menyampaikan klarifikasi…
Majalah Farmasetika - Metformin, salah satu obat diabetes paling populer di dunia, telah lama dikenal…
Majalah Farmasetika - Anggota Komisi III DPR RI Dapil 1 Kalimantan Selatan, dan juga Ketua…
Majalah Farmasetika - Pedagang Besar Farmasi (PBF) adalah perusahaan yang memiliki izin untuk menyediakan, menyimpan,…