Farmasetika.com – 7/6/2016. Pengembangan industri farmasi selaras dengan Paket Kebijakan XI Pemerintah. Ini terkait meningkatkan daya saing nasional dalam ekonomi global. Saat ini ada 206 industri farmasi yg dominasi pasar obat nasional. Sekitar 76%. Namun, sebaliknya bahan baku obat 95% diimpor dari luar.
Pemerintah bertindak cepat dengan mengeluarkan roadmap industri farmasi. Salah duanya pengembangan riset di bidang farmasi dan mendorong investasi. PT Kimia Farma (Persero) Tbk menandatangani Nota Kesepahaman dengan BPPT dan Sungwun Pharmacopia Co Ltd Korea .
Penandatanganan Nota Kesepahaman yang berlangsung di ruang VIP BPPT, pada Senin, (06/06) tentang Pengembangan Produk Cephalosporin/sefalosforin dan Turunannya untuk mendukung kemandirian bahan baku obat nasional.
“Saya sangat mengapresiasi apa yang dilakukan oleh BPPT dan Sungwun Pharmacopia. Karena banyak pihak yang tidak berani mengambil resiko dengan mengembangkan bahan baku obat di Indonesia” ujar Rusdi Rosman, Direktur Utama Kimia Farma dikutip dari akun twitter Kementrian BUMN.
Kebijakan ini sesuai dengan yang dicitakan Pemerintah Indonesia selaras dengan Paket Kebijakan Ekonomi XI, mampu berdikari sediakan bahan baku obat. Selain itu, kemandirian industri farmasi kunci untuk mendorong perekonomian.
“Kerja sama ini, tidak menargetkan untuk kebutuhan dalam negeri saja. Tapi kami akan masuki pasar Jepang dan Amerika,” ujar Rusdi.
Sejalan dengan Dirut Kimia Farma, Kepala BBPT, Unggul Priyanto mendukung lahirnya kerjasama ini.
“Selain kerjasama pengembangan antibiotik, ini besar artinya dalam pengembangan industri farmasi Indonesia,”ujar Unggul Priyanto.
Kimia Farma merupakan perusahaan yang meraih penghargaan sebagai HR Asia’s Best Companies To Work For in AsiaTM (Chapter Indonesia) dan berencana ekspansi ke luar negeri. Khususnya kota di Timur Tengah, seperti Madinah/Makkah yang jamak dikunjungi WNI. Realisasinya Kimia Farma tengah jajaki kerjasama dengan perushan Arab.
PT Kimia Farma terus bertransformasi untuk kemandirian Industri farmasi. Baru-baru ini mereka mendirikan pabrik di Cikarang, Bekasi. Pabrik baru mampu produksi 15 jenis bahan baku obat dgn kapasitas 180 ton per tahun. Sekitar 80% diekspor ke AS & JPN. 20% untuk domestik.
Majalah Farmasetika - Kementerian Kesehatan Republik Indonesia resmi mengesahkan Susunan Organisasi Kolegium Farmasi periode 2024-2028 melalui Keputusan…
Majalah Farmasetika - Yogyakarta, 5 Desember 2024 – Upaya untuk memperkokoh eksistensi dan profesionalisme tenaga…
Majalah Farmasetika - Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI Komisi III, Muhammad Rofiqi, menyampaikan klarifikasi…
Majalah Farmasetika - Metformin, salah satu obat diabetes paling populer di dunia, telah lama dikenal…
Majalah Farmasetika - Anggota Komisi III DPR RI Dapil 1 Kalimantan Selatan, dan juga Ketua…
Majalah Farmasetika - Pedagang Besar Farmasi (PBF) adalah perusahaan yang memiliki izin untuk menyediakan, menyimpan,…