farmasetika.com – Direktorat Pengawasan Distribusi Produk Terapetik dan PKRT, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), mengeluarkan safety alert “Loratadine dan Desloratadine: Laporan Efek Samping Peningkatan Berat Badan Pada Anak” melalui situs e-meso.pom.go.id.
Sehubungan dengan adanya informasi keamanan obat terbaru yang diperoleh dari WHO UMC-Signal, BPOM menyampaikan informasi untuk tenaga kesehatan profesional sebagai upaya meningkatkan kehati-hatian bagi tenaga kesehatan profesional dalam penggunaan obat tersebut untuk pasien.
Informasi keamanan ini merupakan hasil analisis laporan kasus efek samping obat (ESO) dari WHO Global database diantaranya terkait Desloratadine/loratadine dan risiko peningkatan berat badan pada anak.
Loratadine dan desloratadine adalah antagonis reseptor histamin 1 (H1) peripheral. non-sedasi, yang aktif secara oral, digunakan untuk menghilangkan gejala rhinitis alergi musiman, rhinitis alergi tahunan dan urtikaria idiopatik kronis pada pasien dewasa dan anak-anak.
Loratadine dan desioratacline termasuk generasi kedua antihistamin-H1 baru yang mengikat, tetapi tidak mengaktifkan reseptor histamin, sehingga menghalangi kerja agonls histamin atau histamin. Desloratadine ini merupakan metabolit aktif utama dari loratadine.
Loratadine dan desloratadine mencapai konsentrasi plasma maksimal (Tmax) antara 1-1,5 jam dan 1,5-3,7 jam setelah pemberian. Peningkatan konsentrasi plasma loratadine telah dilaporkan terjadi setelah penggunaan bersamaan dengan ketokonazol, eritromism, dan simetidin dalam suatu uji klinik, namun tidak diikuti dengan perubahan klinis yang signifikan (termasuk elektrokardiografi).
Terdapat informasi baru yang diperoleh dari Buletin Signal yang diterbitkan oleh WHO Uppsala Monitorig Centre (UMC) pada butan April 2017, terkait laporan peningkatan berat badan setelah dilakukan skrining deteksi signal terhadap penggunaan desloratadine pada anak-anak usia antara 2 sampai 11 tahun.
Sebagaimana diketahui bahwa desioratadine adalah metabolit dari loratadine, maka loratadine juga dimasukkan dalam evaluasi ini. WHO UMC mengelola global data base laporan efek samping obat dari seluruh dunia (yang disebut VigiBase), termasuk dari Indonesia.
Berdasarkan data di ViffiBase-WHO hingga tanggal 6 November 2016, terdapat 115 laporan tentang peningkatan berat badan, obesitas dan peningkatan nafsu makan. 97 dari 115 laporan kasus tentang peningkatan berat badan, obesitas dan peningkatan nafsu rnakan diduga hanya disebabkan oleh loratadine (suspect drug). Usia pasien yang dilaporkan berkisar antara 4 sampai 77 tahun dengan usia rata-rata 35 tahun.
Dari 97 laporan kasus peningkatan berat badan, obesitas dan peningkatan nafsu makan tersebut, terdapat 11 laporan terjadi pada anak-anak dengan kelompok usia 2 sampai 11 tahun yang terdiri dari :
Dari 11 laporan kasus pada anak-anak, terdapat 5 laporan kasus yang sembun (berat badan kembali normal) dengan rincian sebagai berikut:
Sementara itu, terkait desIoratadine, berdasarkan data VigiBase hingga tanggal 6 November 2016, terdapat 44 laporan kasus kenaikan berat badan, obesitas dan peningkatan nafsu makan. 34 dari 44 laporan kasus kenaikan berat badan, obesitas dan peningkatan natsu makan tersebut diduga hanya disebabkan oleh desioratadine (suspect drug). Usia pasien yang dilaporkan berkisar antara 20 bulan dan 60 tahun dengan usia rata-rata 34,5 tahun.
Sebelas (11) dan 34 laporan kasus kenaikan berat badan, obesitas dan peningkatan nafsu makan terjadi pada anak-anak dengan kelompok usia dari 2 sampai 11 tahun dengan rincian sbb:
Dua (2) dari 5 kasus yang diduga disebabkan desloratadine tersebut di dilaporkan mempunyai dechallenge dan rechallenge positif. Deskripsi kedua kasus tersebut adalah sebagai berikut:
Pada literatur, tidak ada inforrnasi yang ditemukan terkait penarnbahan berat badan pada desloratadine atau loratadine, namun diketahui bahwa neuron histamin dan reseptomya terbukti mengatur metaboljsme energi dan dianggap sebagai target anti-obesitas.
Beberapa subtipe reseptor histamin telah diidentifikasi, reseptor histamin H1 dan H3 telah secara khusus dikenal sebagai mediator asupan energi dan pengeluaran. Mekarijsme ini mungkin tasa mewakiti penjelasan yang logis untuk kenaikan berat badan karena antihistamin, meskipun jika antagonis H1 generasi kedua (termasuk desloratadine) memiliki afinitas dan selekbvitas yang tinggi untuk reseptor H1 perifer.
Evaluasi terhadap laporan-laporan ini menunjukkan bahwa desloratadine dan loratadine berisiko menyebabkan kenaikan berat badan pada anak-anak. Peningkatan berat badan dengan loratadine dan desloratadine merupakan signal yang harus dipertanbangkan daram peresepan obat ini pada anak-anak.
Hingga bulan Oktober 2017, Badan POM sebagai Pusat Farmakovigilans Nasional beIum pemah menerima laporan mengenai peningkatan berat badan dan nafsu makan pada penggunaan loratadine dan desloratadine.
Dalam rangka meningkatkan pemahaman dan kewaspadaan kepada tenaga Kesehatan profesional, Badan POM merasa perlu untuk menyampaikan informasi ini. Apabila dalam praktik sehari-hari, tenaga kesehatan profesional menerirna adanya keluhan efek samping peningkatan berat badan atau efek samping lainnya pada pasien, dihimbau agar melaporkan efek samping tersebut kepada Badan POM RI menggunakan forrnulir kuning MESO atau secara oniine melalui subsite e-meso (http://e-meso.pom.go.id).
Sumber:
1. Lippsala Monitoring Centre WHO Coilaborating Centre for International Drug Monitoring_ 2017. Signal. Analyses of reports in the WHO globai database of individual case safety reports, VigiBase. April 2017.
2. Data Badan POM RI
Majalah Farmasetika - Pedagang Besar Farmasi (PBF) adalah perusahaan yang memiliki izin untuk menyediakan, menyimpan,…
Majalah Farmasetika - Produk farmasi, seperti obat-obatan, memerlukan stabilitas tinggi untuk menjaga efektivitas dan kualitasnya…
Majalah Farmasetika - Dalam dunia perdagangan obat, surat pesanan memiliki peran yang sangat penting. Di…
Majalah Farmasetika - Di fasilitas distribusi farmasi, memastikan obat-obatan dan alat kesehatan tetap berkualitas sepanjang…
Majalah Farmasetika - Studi kohort yang baru-baru ini diterbitkan dalam Annals of Medicine Journal menetapkan…
Jakarta - BPOM resmi mengumumkan penarikan produk pangan olahan impor latiao asal Tiongkok penyebab keracunan.…