Farmasetika.com – Baru-baru ini telah ditemukan sediaan antiinflamasi terbaru untuk pengobatan spesifik pada beberapa penyakit imunologis yang dikenal dengan nama dagang Simponi ARIA.
Sediaan Simponi ARIA mengandung zat aktif Golimumab yang dikembangkan oleh Janssen Biotech Inc. (dahulu Centocor Ortho Biotech Inc.) yang telah mendapat persetujuan dari European Medicines Agency (EMEA) pada tahun 2008. Pada tahun 2013, Simponi ARIA mendapatkan persetujuan FDA sebagai terapi untuk Rheumatoid Arthritis (RA) dan kemudiaan disetujui sebagai terapi untuk psoriasis (PsA) dan Ankilosing Spondilitis (AS) oleh FDA pada Oktober 2017.
Zat aktif Golimumab dalam Simponi ARIA merupakan antibodi monoklonal yang bekerja sebagai imunosupresan. Obat ini dapat mengatasi inflamasi secara lebih spesifik karena merupakan satu-satunya anti TNF-α (tumor necrosis factor alpha) manusia yang dihasilkan dari proses rekayasa genetika. Tumornecrosis factor alfa (TNF-α) merupakan sitokin mediator inflamasi yang memegang peranan kunci dalam patogenesis dari berbagai penyakit imunologi.
Reduksi dari TNFα menunjukkan perbaikan gejala dari penyakit yang dikarakterisasi oleh adanya inflamasi akibat reaksi autoimun atau hiperimun, seperti nyeri dan kaku khususnya pada bagian kerangka aksial, bagian sakroiliak, dan enthesis. Kondisi-kondisi inflamasi tersebut umumnya diobati menggunakan obat-obatan AINS (antiinflamasi non steroid) seperti aspirin, ibuprofen, naproxen, atau obat-obatan anti-reumatik (DMARD) seperti metroteksat (MTX) dan kortikosteroid.
Obat-obatan dengan target TNF-α, seperti Infliximab, Etanercept, dan Adalimumab, telah digunakan secara luas di pasaran. Obat-obatan tersebut terbukti efektif dalam pengobatan inflamasi yang termediasi imun termasuk reumatoid artritis, inflamasi pada usus, dan psoriasis, namun memiliki kekurangan dalam aspek afinitas, stabilitas, solubilitas, dan imunogenisitas. Hal-hal tersebut memengaruhi rute dan frekuensi administrasi.
Berbeda dengan anti TNF-α lainnya, Simponi ARIA dihasilkan melalui proses rekayasa genetika yang dihasilkan dari knocking gen immunoglobulin manusia ke dalam genom murine pada hewan transgenik. Setelah hewan transgenik diimunisasi dengan antibodi TNF-α stabil, diperoleh struktur utuh dari manusia dengan teknik hibridoma tanpa adanya manipulasi in vitro. Dengan teknik ini dihasilkan senyawa Simponi ARIA yang memiliki daerah tetap yang identik dengan infliximab, namun memiliki daerah bebas (variable region) atau sekuen manusia secara utuh.
Melalui teknik transgenik ini, Simponi ARIA diharapkan memiliki immunogenecity (kemampuan menginduksi terjadinya respon imun) yang rendah dibandingkan dengan antibodi yang dihasilkan melalui teknik in vitro. Selain itu, Simponi ARIA memiliki afinitas, kapasitas netralisasi TNF-α, stabilitas konformasi, dan kelarutan yang tinggi. Hal itulah yang menjadi kelebihan Simponi ARIA dibandingkan dengan anti TNF-α lain.
Simponi ARIA (Golimumab) diindikasikan untuk pengobatan RA moderat hingga berat dan sebaiknya dikombinasikan dengan metroteksat (MTX). Pada terapi PsA dan AS, Golimumab dapat diberikan sebagai agen tunggal atau kombinasi dengan metroteksat (MTX). Simponi ARIA tersedia dalam bentuk injeksi prefilled syringe (50 mg/0,5 mL; 100 mg/mL; intravena 50 mg/4mL, serta autoinjector Simponi SmartJect 50 mg/0,5 mL dan 100 mg/mL.
Simponi ARIA dapat diadministrasikan melalui infus selama 30 menit, atau melalui subkutan 50mg/bulan untuk terapi PsA dan AS (dengan atau tanpa metotreksat atau nonbiologic DMARDs). Sedangkan untuk rheumatoid arhtritis dapat diberikan melalui IV 2mg/kgBB pada minggu ke 0 dan 4, kemudian dilakukan setiap 8 minggu atau secara subkutan sebanyak 50mg/bulan dan diberikan kombinasi dengan metotreksat.
Efek samping yang umumnya timbul dari penggunaan Simponi ARIA (kejadian ≥ 3%) diantaranya Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA), infeksi virus, bronkhitis, hipertensi, dan kemerahan (rash). Selain itu, diperlukan monitoring ketat terhadap penggunaan Simponi ARIA pada pasien dengan infeksi yang serius, infeksi jamur, reaktivasi virus Hepatitis B, gagal jantung, hipersensitivitas serius, dan lupus karena dapat meningkatkan keadaan penyakit jika dosis berlebih.
Simponi ARIA tidak boleh digunakan bersamaan dengan sediaan biologis untuk terapi Artritis Reumatoid lain seperti Abatacept dan Anakinra, serta bersamaan dengan pemberian vaksin rutin karena dapat meningkatkan risiko terkena infeksi serius. Pada pasien dengan kondisi kehamilan, belum ada penelitian khusus mengenai efek berbahaya terhadap janin sehingga dianjurkan untuk menggunakan Simponi ARIA jika benar-benar dibutuhkan.
1. Absorpsi
Perbandingan cross-trial nilai rata-rata setelah administrasi secara subkutan ataupun IV menunjukkan nilai bioavailabilitas absolut Simponi ARIA adalah 53%.
2. Distribusi
Volume distribusi untuk Simponi ARIA terdistribusi secara primer pada sistem sirkulasi dengan distribusi ekstravaskuler terbatas.
3. Metabolisme
Jalur metabolisme pasti Golimumab masih belum diketahui.
4. Eliminasi
Populasi analisis PK menunjukan penggunaan NSAID, kortikosteroid oral, atau sulfasalazine tidak mempengaruhi klirens Simponi ARIA. Pasien yang memiliki antibodi anti-golimumab umumnya memiliki konsentrasi serum steady-state yang lebih rendah.
Daftar Pustaka
Drugs.com. Golimumab. Avalilable online at https://www.drugs.com/ppa/golimumab.html [ diakses 19 November 2017].
Horsham, Pa. 2017. Janssen Recieves Two US FDA Approvals for Simponi Aria® (Golimumab) for the Treatment of Adults With Active Psoroatic Arthritis or Active Ankylosing Spondylitis. Avalilable online at https://www.jnj.com/media-center/press-release/janssen-recievies-two-us-fda-approvals-for-simponi-aria-golimumab-for-thetreatment-of-adults-with-active-psoriatic-arthritis-or-active-ankylosing-spondylitis [diakses 19 November 2017].
Hutas, Gabor. 2010. Golimumab as The First Monthly Subcutaneous Fully Human Anti-TNF-α Antibody in The Treatment of Inflammatory Arthropathies. Immunoteraphy. 2(4): 453-460.
Mazumdar, S dan David, G. 2009. Golimumab. mAbs, 1(5): 422-431.
Shealy, David, et al. 2010. Characterization of Golimumab, a Human Mooclonal Antibody Specific for Human Tumor Necrosis Factor α. mAbs. 2(4): 428-439.
Penulis : Authors: Rizka K. Guntina, Ilham Septiandi, Trifena Lokajaya, Khanifah Hidayati P. N., Tri Nenci S. Puri, Siti Sofiatul Jannah, Anggun Putri Perwira
Majalah Farmasetika - Kementerian Kesehatan Republik Indonesia resmi mengesahkan Susunan Organisasi Kolegium Farmasi periode 2024-2028 melalui Keputusan…
Majalah Farmasetika - Yogyakarta, 5 Desember 2024 – Upaya untuk memperkokoh eksistensi dan profesionalisme tenaga…
Majalah Farmasetika - Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI Komisi III, Muhammad Rofiqi, menyampaikan klarifikasi…
Majalah Farmasetika - Metformin, salah satu obat diabetes paling populer di dunia, telah lama dikenal…
Majalah Farmasetika - Anggota Komisi III DPR RI Dapil 1 Kalimantan Selatan, dan juga Ketua…
Majalah Farmasetika - Pedagang Besar Farmasi (PBF) adalah perusahaan yang memiliki izin untuk menyediakan, menyimpan,…