farmasetika.com – Pada zaman globalisasi seperti sekarang ini, segala sesuatu dituntut untuk selesai dalam waktu yang cepat, tepat dan efisien, termasuk juga di dalam bidang kesehatan. Di zaman milenia ini bidang kesehatan telah mengalami pergeseran dari sistem digital tradisional menjadi sistem digital Modern.
Model perawatan kesehatan digital di negara berkembang seperti Indonesia seringkali masih terlalu mahal untuk diterapkan, namun sistem ini lebih berpotensi memberikan perawatan kesehatan dengan aksesibilitas, kemananan, dan kualitas yang baik yang dapat dinikmati oleh berbagai kalangan. Seiring dengan meningkatnya penghasilan dan berubahnya gaya hidup di lingkungan masyarakat, maka semakin mengingkat juga kebutuhan perawatan kesehatan dan menuntut jasa yang lebih baik.
Solusi kesehatan sistem digital tradisional seperti Rekam Kesehatan Elektronik (RKE) yang populer di negara maju dimana membutuhkan biaya pembelian, pemasangan, dan pemeliharaan yang tinggi tidak diminati di negara berkembang. Namun, solusi digital baru seperti RKE berbasis cloud atau open source RKE dapat membantu di negara berkembang untuk mendigitalisasikan rekam kesehatan dengan biaya yang murah (Meijer, 2016).
Seperti di negara Filipina, mereka telah menerapkan sistem open source rekam kesehatan elektronik yang dikelola oleh pemerintah yang bernama CHITS. Begitu juga dengan rumah sakit swasta di negara Malaysia, mereka mendapatkan dukungan yang kuat dari pemerintahnya untuk membangun sebuah sistem digitalisasi farmasi (Meijer, 2016).
Pada bidang distribusi, digitalisasi farmasi sangatlah penting, terutama untuk pemesanan sediaan farmasi dan alat kesehatan dari Pedagang Besar Farmasi (PBF). Oleh karena tuntutan zaman dimana mobilisasi sudah sangat cepat, maka perpindahan barang dari satu distributor farmasi ke unit pelayanan farmasi juga harus efisien.
Distribusi obat menjadi peran paling penting didalam memastikan obat untuk sampai ke pasien dengan tepat. Alur distribusi yang semakin cepat ini membuat industry farmasi harus memastikan mutu obat tidak akan berubah, obat tidak rusak, obat tepat waktu untuk sampai dan obat sampai di tujuan. Saat ini digitalisasi obat dapat dilihat dengan cara melihat tracking dari obat yang didistribusikan. Durasi waktu perjalanan obat dapat dipantau dengan cara ini dan dapat dilihat apakah obat sampai tujuan dengan kondisi yang baik dan tepat waktu atau tidak.
Menurut FDA, saat ini merupakan era digitalisasi yang semakin maju, tidak hanya didalam pelayanan pasien (pharmaceutical care) tetapi juga dari pendistribusian juga dimulai digitalisasi pendistribusian obat. Monitoring pada rantai pasok digunakan karena tingginya resiko obat untuk disalahgunakan dan keamanan obat yang harus dipastikan. Dengan digitalisasi distribusi obat juga dapat mencegah tersebarnya obat palsu dimasyarakat yang akan dapat sangat membahayakan pasien yang menggunakan obat tersebut
Salah satu perusahaan yang tengah membangun digitalisasi distribusi obat adalah Pfizer yang telah diperkenalkan pada tahun 2006 dan ditargetkan digitalisasi distribusi obat akan sepenuhnya digunakan pada tahun 2023. Selama 6 tahun terakhir, FDA juga membuat suatu terobosan yaitu melacak obat dari proses packaging dimana proses ini yang menjadi tingakat standar untuk melacak penyebaran obat palsu. Proses ini dapat dilihat menggunakan koneksi internet yang dapat dipantau oleh siapapun yang berkepentingan. Bahkan disaat ini pasien juga dapat melacak keaslian obat yang ditermanya di internet.
Dalam hal lain, salah satu sistem yang telah banyak diterapkan adalah sistem inventori elektronik dan teknologi barcode yang terhubung langsung dengan internet. Kabinet dispensing automatis merupakan salah satu teknik distribusi terbaru yang menerapkan teknologi dikombinasikan dengan teknologi barcode. Penggunaan teknologi ini terbukti meminimalisir kesalahan dan eror dalam aspek distribusi konvensional seperti sistem unit dosis maupun floor stock atau ward stock.
Sistem distribusi unit dosis memiliki tingkat kesalahan dan eror yang paling minimum jika dibandingkan dengan sistem konvensional lainya. Automated Dispensing Cabinet (ADC) merupakan salah satu sistem inventory yang terintegrasi secara digital yang didampingi penggunaannya dengan seorang farmasis. Penerapan dispensing automatisasi ini dapat diterapkan secara desentralisasi maupun sentralisasi. Pemakaian sistem secara desentralisasi menunjukan potensi tetapi memiliki keterbatasan, terutama dalam faktor harga, yang akan sangat berdampak pada efisiensi pelayanan (Nicole, et., al, 2014).
Sebuah studi menyatakan distribusi secara konvensional selama satu bulan memiliki insidensi kesalahan sebesar 0.157% dan metode distribusi secara elektronik memiliki nilai insidensi kesalahan sebesar 0.135%, pelayanan distribusi obat yang dikombinasikan dengan penggunaan barcode memiliki nilai insidensi sebesar 0,137% (Alan, et., al, 2015).
Sistem barcode yang diterapkan dalam pelayanan kefarmasian dan penyampaian obat ke tangan pasien, merupakan teknologi yang paling banyak diterapkan saat ini. Pelayanan berbasis barcode akan membantu tenaga medis lainnya dalam mencegah salah pemberian obat.
Selain teknologi barcode, teknologi digital yang diterapkan adalah rekam medik dan catatan administrasi berbasis elektronik. Electronic Medication Administration Record (EMAR) dan Barcode Medication Adminitration (BCMA) dapat menekan persentase eror dibawah 2 persen, angka ini lebih rendah jika dibandingkan dengan persentase eror sebelum penerapan sistem EMAR dan BCMA.
Penerapan sistem teknologi berbasis digital ini tetap harus didukung oleh farmasis atau tenaga medis lainnya yang kompeten baik dalam pengetahuan dan teknologi (Paoletti, et., al, 2007). Penggunaan BCMA tidak hanya mengurangi persentase eror pada instalasi farmasi, tetapi teknologi ini telah diterapkan pada bagian pelayanan kesehatan lainnya, seperti ruang operasi dan ruang ICU (Pieter, et., al, 2009).
Secara keseluruhan penelitian penelitian mengenai pelayanan farmasi berbasis digital dan teknologi meningkatkan pelayanan menjadi lebih efektif dan efisien, hal ini dibuktikan dengan minimalnya persentase eror dan meningkatnya pelayananan yang dirasakan pasien.
Penulis : Febriansyah Putra, Bagus Maulana, Abdi Jepri Bangun, Nurmalia Saraswati, Rudy Suseno
Sumber :
Alan R. Oldland, Larry K. Golightly, Sondra K. May, Gerard R. Barber, Nancy M. Stolpman. 2015. Electronic Inventory Systems and Barcode Technology: Impact on Pharmacy Technical Accuracy and Error Liability. Hosp Pharm 2015;50(1):34–41.
Meijer, Erik. 2016. Memanfaatkan Teknologi Digital untuk Akses Layanan Kesehatan. Tersedia di http://www.indotelko.com/kanal?c=id&it=memanfaatkan-digital-kesehatan (Diakses pada 21 Desember 2017).
Nicole W Tsao, Clifford Lo, Michele Babich, Kieran Shah, and Nick J Bansback. Decentralized Automated Dispensing Devices: Systematic Review of Clinical and Economic Impacts in Hospitals. C J H P – Vol. 67, No. 2 – March–April 2014.
Pieter J. Helmons, Lindsay N. Wargel, and Charles E. Daniels. 2009. Effect of bar-code-assisted medication administration on medication administration errors and accuracy in multiple patient care areas. Am J Health-Syst Pharm—Vol 66 Jul 1, 2009.
Richard D. Paoletti, Tina M. Suess, Michael G. Lesko, Alfred A. Feroli, James A. Kennel, Joye M. Mahler, Timothy Sauders. 2007. Using bar-code technology and medication observation methodology for safer medication administration. Am J Health-Syst Pharm—Vol 64 Mar 1, 2007.
Majalah Farmasetika - Studi kohort yang baru-baru ini diterbitkan dalam Annals of Medicine Journal menetapkan…
Jakarta - BPOM resmi mengumumkan penarikan produk pangan olahan impor latiao asal Tiongkok penyebab keracunan.…
Majalah Farmasetika - Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Tentang Industri Farmasi Nomor 1799/MENKES/PER/XII/2010 tahun 2010 tentang…
Majalah Farmasetika - Dalam industri farmasi, menjaga kebersihan dan mengontrol kontaminasi adalah prioritas utama untuk…
Majalah Farmasetika - Obat merupakan produk kesehatan yang berperan penting dalam upaya penyembuhan dan pencegahan…
Majalah Farmasetika - Pelayanan Kefarmasian merupakan nomenklatur baru dalam definisi Praktik Kefarmasian pada pasal 145…