Pemerintah Jokowi Mendukung Penuh Pengembangan Industri Farmasi Indonesia

Farmasetika.com – Presiden Joko Widodo (Jokowi) beserta kabinetnya berkomitmen terhadap pengembangan industri farmasi sebagai salah satu prioritas program kebijakannya.

Definisi Industri Farmasi

Industri merupakan kumpulan dari beberapa perusahaan yang menghasilkan barang maupun jasa yang bersifat subtitusi. Sedangkan farmasi adalah ilmu yang mempelajari cara bagaimana membuat, mencampur, meracik, memformulasi, mengidentifikasi, mengombinasi, menganalisis, serta menstandarkan obat dan pengobatan juga sifat-sifat obat beserta pendistribusian dan penggunaannya secara aman (Syamsuni, 2006).

Definisi industri farmasi yang tertera pada Permenkes No. 1799/MENKES/PER/XII/2010 adalah sebagai badan usaha yang memiliki izin dari menteri kesehatan untuk melakukan kegiatan pembuatan obat atau bahan obat (Direktur Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian, 2015).

Pemerintah Canangkan Program Pengembangan Industri Farmasi

Menteri Perindustrian Kabinet Kerja Jokowi – JK yang menggantikan Saleh Husein pada saat reshuffle Kabinet Kerja Jokowi adalah Airlangga Hartarto. Airlangga Hartarto merupakan putra dari Ir. Hartarto yang merupakan sebuah politisi dari GOLKAR (DPR, 2004).

Airlangga Hartarto mengungkapkan bahwa pemerintah telah merencanakan program pengembangan industri di bidang kefarmasian. Hal tersebut dilansir dari sebuah tweet di akun @airlangga_htr yang beliau tulis pada 27 Februari 2018 yakni,

“Industri farmasi berperan besar sebagai penggerak utama perekonomian nasional di masa yang akan datang” tulisnya.

Karena menurut beliau, bahwa industri farmasi menjadi salah satu sektor yang dapat diandalkan dalam pengembangan industri di tanah air Indonesia tercinta ini. Bukan hanya itu, Airlangga pun menunjukan keseriusannya dalam mendorong program ini dengan cara menjelaskan bahwa dalam perwujudan program tersebut sudah adanya penerbitan Paket Ekonomi Kebijakan XI yang sudah terdaftar pada Intruksi Presiden Nomor 6 Tahun 2016. Isi dari Intruksi Presiden Nomor 6 Tahun 2016 adalah Percepatan Pengembangan Industri Farmasi dan Alat Kesehatan (Alkes) serta Program Nawacita dalam Program Indonesia Sehat.

Instruksi Presiden Nomor 6 Tahun 2016 pun memiliki tujuan, yaitu ingin menciptakan sebuah kemandirian dari industri farmasi dan alat kesehatan nasional. Ketika industri farmasi dan alat kesehatan berdiri sendiri tanpa bergantung kepada negara lain, masyarakat pribumipun akan lebih mudah dalam mendapatkan fasilitas pengobatan yang terus berkelanjutan dan juga dengan mendapatkan harga yang terjangkau (Direktorat Utama Pembinaan dan Pengembangan Hukum Pemeriksaan Keuangan Negara BPK RI, 2018).

Insentif fiskal

Bukan hanya ingin menciptakan industri farmasi dan alat kesehatan nasional yang bersifat mandiri, tetapi dalam Instruksi Presiden Nomor 6 Tahun 2016 juga pemerintah sangat menginginkan dalam penyediaan insentif fiskal. Insentif fiskal yang ingin diwujudkan berupa fasilitas pengurangan dana pajak penghasilan badan atau bisa juga tax allowance dengan cara berusaha mengoptimalkan beberapa pengembangan inovasi berbahan baku lokal untuk industri farmasi di Indonesia ini (Direktorat Utama Pembinaan dan Pengembangan Hukum Pemeriksaan Keuangan Negara BPK RI, 2018).

Menteri Airlangga membuat kebijakan tersebut untuk menarik investasi farmasi di Indonesia. Pemerintah Kabinet Kerja memang telah berupaya menaikkan laju investasi industri farmasi di Indonesia sejak tahun 2016 lalu. Salah satu strategi yang dilakukan adalah dengan mempermudah izin investasi melalui media online. Hal ini dikarenakan pemerintah menyadari potensi bisnis dalam bidang farmasi yang sangat menguntungkan namun dilain pihak Indonesia masih jauh tertinggal dari negara lain. Total investasi industri farmasi di Indonesia dalam kurun waktu 2011 hingga 2016 hanya sebesar 8,9 triliun dan tiap tahunnya hanya akan mengalami sedikit peningkatan (Medistiara, 2016).

Kebijakan ini juga didasarkan atas pertimbangan bahwa industri produk biologi yang akan digeluti pemerintah membutuhkan modal yang besar, terutama dalam bioteknologi dan penggunaan standar internasional. Sebagai perbandingan, Korea Selatan pada tahun 2018 ini telah menganggarkan dana sebesar 4,69 triliun untuk mengembangkan indutri bioteknologi farmasi dalam proyek penelitan pil untuk otak dan genom (Meodia, 2018).

Pendirian pabrik bahan baku

Upaya lain dalam mencapai kemajuan di industri farmasi adalah dengan mendirikan pabrik. Pada tanggal 27 Februari lalu pemerintah melalui Presiden Jokowi meresmikan pabrik farmasi di Cikarang, Bekasi. Pabrik yang diresmikan tersebut merupakan PT Kalbio Global Medika (KGM), cabang dari PT Kalbe Farma yang akan fokus dalam obat dan produk biologi (Salim, 2018).

PT Kalbio Global Medika lebih rinci lagi akan bergelut dalam proses produksi Erythropoietin (EPO), zat yang digunakan untuk pencucian darah dan pengobatan kanker. Pemberian obat ini aman jika dikonsumsi oleh pasien yang menderita penyakit anemia sekaligus penyakit ginjal kronik yang menjalani proses dialisis maupun tidak. Namun tidak dianjurkan untuk pasien yang memiliki penyakit hipertensi atau riwayat hipersensitivitas (Rahardja, 2013). Selain itu, pabrik ini akan memproduksi obat peningkat produksi ganulosit yaitu Granulocyte Colony Stimulating Factor (GCS) (Harsono, 2017).

Produk lainnya adalah Epoetin (Long Acting EPO), stimulan pembentukan sel darah merah yang sifatnya sangat mirip dengan zat erythropoietin dimana zat tersebut merupakan zat alami yang diproduksi dalam tubuh. Obat long acting akan masuk ke dalam aliran darah setelah 4 jam. Obat ini diberikan dengan cara penyuntikan yang dilakukan sebulan sekali. PT Kalbio Global Medika akan terlibat langsung dalam proses penelitian dan pengembangan obat ini. Pemasaran obat ini harus menunggu proses sertifikasi BPOM dan proses monitoring terhadap kinerja obat selama 6 bulan hingga 2 tahun (Harsono, 2017).

Produk lainnya adalah Mab (Monoklonal Antibodi) yang digunakan dalam pengobatan penyakit kanker. Cara kerja dari Monoklonal antibodi dengan menyerang bagian khusus sel kanker secara spesifik. Adapun penelitian terbaru yang berhasil dalam mewujudkan antibodi yang dapat berikatan dengan sel kanker juga sel imun sehingga respon dari obat akan jauh lebih baik daripada yang sebelumnya. Namun penggunaan monoklonal antibodi hanya bisa bertahan dalam waktu yang singkat dan efek imunoterapinya bisa juga mengakibatkan pasien tersebut menjadi demam tinggi hingga mengalami penurunan tekanan darah. Adapun biaya yang cukup besar menjadi sebuah pertimbangan dalam pengembangan imunoterapi ini (Jayalie, 2015).

Pabrik baru ini juga akan memproduksi insulin. Insulin adalah obat yang digunakan dalam proses penyembuhan pasien yang mengidap penyakit diabetes 1 dan 2. Obat ini sangat diperlukan karena secara rutin digunakan oleh seperempat penderita diabetes (Fox dan Anne, 2010).

Produk ekspor

Produk obat-obatan ini akan diekspor ke negara-negara ASEAN, Timur Tengah, Afrika, Taiwan, dan Australia. Hal ini merupakan suatu kemajuan bidang farmasi bagi Indonesia. Selama ini Indonesia sangat bergantung kepada negara lain dalam pengadaan bahan baku obat, bahkan menurut data 90% bahan baku obat dan 100% bahan baku canggih untuk produk biologi diimpor dari luar negeri (Ihsanuddin, 2018). Biaya yang dibutuhkan untuk proses impor tidaklah sedikit, tercatat biaya yang dikeluarkan mencapai 10 miliar US dolar. 10 miliar US dolar apabila dikalkulasikan dalam satuan rupiah setara dengan 137.580.000.000.000 rupiah. Apabila pabrik dalam negeri berhasil mengurangi ketergantungan terhadap impor bahan baku obat maka anggaran tersebut dapat direduksi dan digunakan untuk hal lain (Medistiara, 2016).

Referensi:

Direktorat Utama Pembinaan dan Pengembangan Hukum Pemeriksaan Keuangan Negara BPK RI. 2018. Instruksi Presiden Nomor 6 Tahun 2016. Tersedia online di http://jdih.bpk.go.id/?p=54350. [Diakses secara online pada tanggal 03 Maret 2018 pukul 21.52 WIB].

Direktur Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian. 2015. Upaya Penguatan Bidang Farmasi dan Sarana Distribusi Untuk Mendukung Ketersediaan Obat di Fasyankes. Tersedia online di binfar.depkes.go.id/v2/wp-content/…/12/Paparan-sosialisasi-hukum-batam-rev.pdf. [Diakses pada tanggal 03 Maret 2018 20.16 WIB].

DPR. 2004. Profil dan program Dewan Perwakilan Rakyat (DPR-RI), 2004-2009. Jakarta: Media Center Komisi Pemilihan Umum.

Fox,C dan Anne Kilvert. 2010. Bersahabat dengan Diabetes Tipe 2. Jakarta: Penebar Plus.

Harsono, F. H. 2017. Satu Produk Biologi Masa Depan akan Dirilis 2018. Tersedia secara online di http://m.liputan6.com/health/read/2831325/satu-produk-biologi-masa-depan-akan-dirilis-2018 [Diakses pada tanggal 3 Maret 2018 pukul 21.00 WIB].

Ihsanuddin. 2018. Di Depan Jokowi, Bos Kalbe Sebut 90 Persen Bahan Baku Obat Masih Impor. Tersedia secara online di https://nasional.kompas.com/read/2018/02/27/12445001/di-depan-jokowi-bos-kalbe-sebut-90-persen-bahan-baku-obat-masih-impor. [Diakses pada tanggal 3 Maret 2018 pukul 21.10 WIB].

Jayalie, V. F. 2015. Imunoterapi pada Pengobatan Kanker. Tersedia secara online di http://lpp.fk.ui.ac.id/ilpop/2015/imunoterapi-pada-pengobatan-kanker/. [Diakses pada tanggal 3 Maret 2018 pukul 21.15 WIB].

Medistiara, Yulida. 2016. 3 Perusahaan Farmasi India Masuk RI, Impor Bahan Baku Obat Bisa Berkurang 50%. Tersedia secara online di https://m.detik.com/finance/berita-ekonomi-bisnis/d-3378657/3 perusahaan-farmasi-india-masuk-ri-impor-bahan-baku-obat-bisa-berkurang-50. [Diakses pada tanggal 3 Maret 2018 pukul 21.20 WIB].

Medistiara, Yulida. 2016. Selama 5 Tahun Terakhir, Investasi Industri Farmasi Baru Rp 8,9 Triliun. Tersedia secara online di https://m.detik.com/finance/berita-ekonomi-bisnis/d-3336200/selama-5-tahun-terakhir-investasi-industri-farmasi-baru-rp-89-triliun [Diakses pada tanggal 3 Maret 2018 pukul 21.25 WIB].

Meodia, Arindra. 2018. Kembangkan Bioteknologi, Korsel Gelontorkan Rp 4,69 Triliun. Tersedia secara online di http://m.liputan6.com/health/read/3213547/kembangkan-bioteknologi-korsel-gelontorkan-rp-469-triliun [Diakses pada tanggal 3 Maret 2018 pukul 21.30 WIB].

Salim, H. J. 2018. Resmikan Pabrik Obat di Cikarang, Jokowi: Ini Wujud Investasi. Tersedia secara online di http://m.liputan6.com/news/read/3325669/resmikan-pabrik-obat-di-cikarang-jokowi-ini-wujud-investasi [Diakses pada tanggal 3 Maret 2018 pukul 21.35 WIB].

Syamsuni. 2006. Farmasetika Dasar dan Hitungan Farmasi. Jakarta: EGC.

Penulis : Arini Nurhaqiqi Aminudin dan Putri Nur Fauziyah

Arini Nurhaqiqi A

Share
Published by
Arini Nurhaqiqi A

Recent Posts

Menkes Rilis Pengurus Organisasi Kolegium Farmasi 2024-2028

Majalah Farmasetika - Kementerian Kesehatan Republik Indonesia resmi mengesahkan Susunan Organisasi Kolegium Farmasi periode 2024-2028 melalui Keputusan…

4 hari ago

IVFI dan Kolegium Farmasi Indonesia Bersinergi untuk Kemajuan Tenaga Vokasi Farmasi

Majalah Farmasetika - Yogyakarta, 5 Desember 2024 – Upaya untuk memperkokoh eksistensi dan profesionalisme tenaga…

2 minggu ago

Anggota Dewan Klarifikasi Istilah Apoteker Peracik Miras di Dunia Gangster

Majalah Farmasetika - Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI Komisi III, Muhammad Rofiqi, menyampaikan klarifikasi…

3 minggu ago

Penggunaan Metformin pada Pasien Diabetes Tingkatkan Risiko Selulitis, Infeksi Pada Kaki, dan Amputasi

Majalah Farmasetika - Metformin, salah satu obat diabetes paling populer di dunia, telah lama dikenal…

3 minggu ago

Anggota DPR Minta Maaf, Salah Pilih Kata Apoteker bukan Secara Harfiah

Majalah Farmasetika - Anggota Komisi III DPR RI Dapil 1 Kalimantan Selatan, dan juga Ketua…

3 minggu ago

Peran Penting Apoteker dalam Menjamin Distribusi Aman Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi (NPP)

Majalah Farmasetika - Pedagang Besar Farmasi (PBF) adalah perusahaan yang memiliki izin untuk menyediakan, menyimpan,…

1 bulan ago