Farmasetika.com – Baru-baru ini, penelitian golongan obat statin pada asma dan penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) sedang dikembangkan. Latar belakang penelitian ini adalah data epidemiologi yang menghubungkan penggunaan statin dengan peningkatan kesehatan paru-paru, dan pengurangan rawat inap terkait asma dan kunjungan ruang gawat darurat. Dalam hal ini peneliti telah mengidentifikasi peningkatan tingkat intubasi, dan kapasitas vital paksa.
Uji in vitro dan in vivo pada hewan menunjukkan bahwa statin memiliki efek anti-inflamasi, antiproliferatif, antioksidan, dan imunomodulator. Efek-efek ini dapat membantu menenangkan respon pada hewan percobaan yang bisa menjadi asma.
Sampai saat ini, banyak peneliti telah menyusun dan melakukan uji klinis menggunakan statin pada pasien yang menderita asma. Sebuah artikel yang telah dipublikasikan dalam The Journal Expert Review of Respiratory Medicine menjelaskan bahwa statin digunakan dalam penyakit paru-paru. Fokus khusus peneletian ini adalah penggunaan statin dalam bentuk sediaan inhalasi.
Hasil uji klinis menggunakan statin secara oral untuk pengobatan asma telah menghasilkan hasil yang bertentangan, dan beberapa peneliti menunjukkan bahwa kadar statin yang sedikit dan tidak memadai di kompartemen saluran napas mungkin menjelaskan perbedaannya.
Bagian yang menarik dari artikel ini adalah mekanisme detilnya. Sebagai contoh, para penulis membahas statin dan peran mereka dalam jalur mevalonate (MA). Pensinyalan MA sangat terikat dalam biologis paru-paru dan asma.
Artikel ini juga membahas uji klinis statin oral pada asma, pemeriksaan laboratorium, dan tantangan untuk memahami pemberian statin secara sistemik dan inhalasi.
Dalam hal statin yang dihirup, penulis menjelaskan alasan di balik ‘repurposing’ obat terdahulu untuk penyakit kronis. Mereka mencatat beberapa keuntungan, termasuk manfaat keuangan menggunakan obat statin untuk indikasi baru.
Penting untuk dicatat bahwa mengembangkan obat apa pun yang akan digunakan dalam inhaler merupakan serangkaian tantangan tersendiri. Inhalasi juga memiliki potensi yang luar biasa. Inhalasi statin melewati metabolisme pertama pada lambung, dan memungkinkan dokter untuk menggunakan dosis yang jauh lebih rendah daripada yang diperlukan secara oral.
Artikel ini diakhiri dengan bagian komentar ahli. Di dalamnya, para ahli di lapangan mengakui bahwa penyelidikan yang sedang berlangsung dapat mengungkapkan bahwa statin oral tidak memiliki manfaat klinis yang jelas. Jika itu terjadi, komunitas ilmiah mendukung repurposing statin untuk pengiriman melalui inhalasi.
Pasien yang menderita asma dapat segera menemukan statin yang dihirup berguna untuk mengendalikan penyakit mereka. Studi definitif diperlukan sebelum statin menjadi standar perawatan.
Sumber : Zeki AA, Elbadawi-Sidhu M. Innovations in asthma therapy: is there a role for inhaled statins? Expert Rev Respir Med. 2018 May 3:1-13. doi: 0.1080/17476348.2018.1457437. [Epub ahead of print]
Majalah Farmasetika - Kementerian Kesehatan Republik Indonesia resmi mengesahkan Susunan Organisasi Kolegium Farmasi periode 2024-2028 melalui Keputusan…
Majalah Farmasetika - Yogyakarta, 5 Desember 2024 – Upaya untuk memperkokoh eksistensi dan profesionalisme tenaga…
Majalah Farmasetika - Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI Komisi III, Muhammad Rofiqi, menyampaikan klarifikasi…
Majalah Farmasetika - Metformin, salah satu obat diabetes paling populer di dunia, telah lama dikenal…
Majalah Farmasetika - Anggota Komisi III DPR RI Dapil 1 Kalimantan Selatan, dan juga Ketua…
Majalah Farmasetika - Pedagang Besar Farmasi (PBF) adalah perusahaan yang memiliki izin untuk menyediakan, menyimpan,…