Categories: Berita

FDA : Penggunaan Jangka Panjang Azitromisin Sebabkan Kanker Kambuhan pada Pasien Tertentu

Farmasetika.com – Food and Dug Administration (FDA) Amerika Serikat memperingatkan bahwa antibiotik azitromisin (zithromax, zmax) tidak seharusnya diberikan dalam jangka waktu yang panjang untuk mencegah kondisi radang paru (bronchiolitis obliterans) pada pasien dengan kanker darah atau kelenjar getah bening yang menjalani donor transplantasi sel induk/stem cell.

Apa itu Azitromisin

Azitromisin adalah antibiotik yang disetujui FDA dan juga Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI untuk mengobati banyak jenis infeksi yang mempengaruhi paru-paru, sinus, kulit, dan bagian lain dari tubuh.

Obat ini telah digunakan selama lebih dari 26 tahun. Dijual di bawah nama merek zithromax dan zmax dan sebagai obat generik oleh berbagai obat perusahaan.

Azitromisin bekerja dengan menghentikan pertumbuhan bakteri yang dapat menyebabkan infeksi. Belum diketahui efektif sebagai antibiotik dalam perawatan untuk profilaksis dari sindrom bronchiolitis obliterans.

Hasil pengujian klinis

Hasil uji klinis menemukan peningkatan tingkat kekambuhan kanker darah dan kelenjar getah bening, termasuk kematian pada pasien. FDA sedang meninjau data tambahan dan akan diumumkan kesimpulan dan hasil rekomendasi, ketika FDA selesai mereview.

Pada kondisi paru-paru yang disebut bronchiolitis obliterans, penggunaan jangka panjang azitromisin sedang diteliti, sindrom ini disebabkan oleh peradangan dan jaringan parut di saluran udara paru-paru, sehingga terjadi sesak napas parah dan batuk kering, Termasuk untuk pasien kanker yang menjalani transplantasi sel induk dari donor beresiko untuk sindrom bronchiolitis obliterans.

Para peneliti di Perancis berhasil mengidentifikasi peningkatan risiko kanker kambuh kembali dan kematian. Sementara melakukan uji klinis juga menyelidiki efektivitas jangka panjang azitromisin untuk mencegah sindrom bronchiolitis obliterans pada pasien yang menjalani donor, atau alogenik, batang transplantasi sel untuk kanker darah dan kelenjar getah bening.

Para peneliti menyimpulkan bahwa risiko jangka panjang azitromisin paparan setelah donor transplantasi sel induk mungkin melebihi manfaat. Pengujian tidak bisa menentukan mengapa tingkat kanker kambuh dan kematian lebih tinggi dengan azitromisin.

Para peneliti menghentikan allozithro percobaan sekitar 13 bulan setelah studi selesai pendaftaran 480 pasien karena tak terduga peningkatan tingkat kedua kanker kambuh dan kematian diamati pada pasien mengambil azitromisin. Kanker kambuh diamati pada 77 pasien (32.9%) dengan azitromisin pengobatan dibandingkan 48 pasien (20.8%) dengan plasebo, yang merupakan tidak aktif pengobatan. Sebanyak 95 pasien meninggal di azitromisin kelompok perlakuan versus 66 pasien dalam kelompok plasebo, dengan demikian, 2 tahun sintasan adalah 56.6% di azitromisin-pasien yang diobati dibandingkan dengan 70.1% pada mereka menerima plasebo. Dalam beberapa bulan pertama dari sidang, kematian tingkat tentang sama antara mereka yang menerima azitromisin dan plasebo. Namun, ketidakseimbangan terjadi selanjutnya dan terus sampai 2 tahun titik waktu ketika studi dihentikan.

Safety communication

Perawat kesehatan professional diminta tidak meresepkan jangka panjang azitromisin untuk profilaksis dari sindrom bronchiolitis, sindrom pasien yang menjalani donor sel induk transplantasi karena peningkatan potensi untuk kanker kambuh kembali dan kematian. Pasien yang telah melakukan transplantasi sel induk seharusnya tidak berhenti mengambil azitromisin tanpa pertama konsultasi dengan ahli kesehatan. Hal ini bisa berbahaya tanpa pengawasan dalam perawatan kesehatan.

Sumber :

farmasetika.com

Farmasetika.com (ISSN : 2528-0031) merupakan situs yang berisi informasi farmasi terkini berbasis ilmiah dan praktis dalam bentuk Majalah Farmasetika. Di situs ini merupakan edisi majalah populer. Sign Up untuk bergabung di komunitas farmasetika.com. Download aplikasi Android Majalah Farmasetika, Caping, atau Baca di smartphone, Ikuti twitter, instagram dan facebook kami. Terimakasih telah ikut bersama memajukan bidang farmasi di Indonesia.

Share
Published by
farmasetika.com

Recent Posts

Menkes Rilis Pengurus Organisasi Kolegium Farmasi 2024-2028

Majalah Farmasetika - Kementerian Kesehatan Republik Indonesia resmi mengesahkan Susunan Organisasi Kolegium Farmasi periode 2024-2028 melalui Keputusan…

4 hari ago

IVFI dan Kolegium Farmasi Indonesia Bersinergi untuk Kemajuan Tenaga Vokasi Farmasi

Majalah Farmasetika - Yogyakarta, 5 Desember 2024 – Upaya untuk memperkokoh eksistensi dan profesionalisme tenaga…

2 minggu ago

Anggota Dewan Klarifikasi Istilah Apoteker Peracik Miras di Dunia Gangster

Majalah Farmasetika - Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI Komisi III, Muhammad Rofiqi, menyampaikan klarifikasi…

3 minggu ago

Penggunaan Metformin pada Pasien Diabetes Tingkatkan Risiko Selulitis, Infeksi Pada Kaki, dan Amputasi

Majalah Farmasetika - Metformin, salah satu obat diabetes paling populer di dunia, telah lama dikenal…

3 minggu ago

Anggota DPR Minta Maaf, Salah Pilih Kata Apoteker bukan Secara Harfiah

Majalah Farmasetika - Anggota Komisi III DPR RI Dapil 1 Kalimantan Selatan, dan juga Ketua…

3 minggu ago

Peran Penting Apoteker dalam Menjamin Distribusi Aman Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi (NPP)

Majalah Farmasetika - Pedagang Besar Farmasi (PBF) adalah perusahaan yang memiliki izin untuk menyediakan, menyimpan,…

1 bulan ago